Home » » Vandalisme di Tembok Sastra

Vandalisme di Tembok Sastra

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 29 Maret 2009 | Maret 29, 2009

Semasa kecil di bangku sekolah dasar bagi manusia Indonesia yang mencandui sastra pasti pernah membaca salah satu puisi Chairil Anwar. Penyair penting itu ternyata memiliki puisi-puisi yang diterbitkan dalam bentuk buku justru jauh hari setelah dia wafat. Tapi vandaliskah Chairil Anwar karena itu? Tidak. Vandalisme mungkin memang beragam. Sastrawan besar dihargai dan dibadikan justru pada zaman berikutnya di mana mereka kadang tak lagi bisa berkarya bahkan tinggal nama mewangi di buku sejarah.

Di setiap kota bahkan desa di republik ini dengan mudah dapat dijumpai aksi vandalisme. Entah vandalisme sosial, budaya, politik atau hanya sekedar coretan dinding yang menempel dalam bathin kita. Sementara di tembok sastra, adakah vandalisme yang bisa hadir? Vandalisme sastra ternyata setiap saat muncul selama ia punya kebebasan menolak kompromi dengan kaidah sastra yang reduksionistik. Artinya, kemerdekaan ajuan ekspresi realitas harus sampai tanpa semacam eufemisme, selama ia dapat representatif dan gamblang menghadirkan gagasan, aspirasi, uneg-uneg, kegelisahan dan kegilaan.

Norma dan tatanan sastra pada umumnya hanya semacam sensor nilai baku yang bicara tentang “sastra abnormal” dan “karya layak”. Padahal, penulisan karya vandal dan sarkastis merupakan sastra ekspresif yang lebih hebat dibandingkan penulisan sastra penganut keindahan kata-kata semata. Sastra vandalisme memang tidak jinak, menohok dan tak santun. Vandalisme sastra, mereka punya hak hidup di negeri ini. Sekedar menulis untuk memberitahu orang-orang yang lewat, vandalisme dengan bentuknya yang paling sederhana. Mereka tidak narsis sebab menulis dengan tanpa cat warna di tembok kota. Ya, hanya dengan kapur atau arang. Apakah para vandalis sastra menulis di internet? Atau baca puisi dan esai di radio? Lalu mereka yang anti vandalis, apakah mereka produktif dan setiap bulan menerbitkan buku? Apakah menulis (menerbitkan) buku telah menjadi syarat utama agar tidak dicap sebagai sastrawan vandalis?
Share this article :

1 komentar:

  1. Chairil Anwar
    adalah salah atu idola saya setelah
    Ws rendra

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday