Home » » Ketika Perempuan Disenggamai Sastra

Ketika Perempuan Disenggamai Sastra

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 22 April 2009 | April 22, 2009


Pada awal tahun 2001 di tanah air telah mulai terjadi pergulatan sastra yang diwarnai dengan tema seks. Hingga kini bagi kaum moralis tentu tak habis-habisnya menjadi pergunjingan. Entah kenapa saya enggan menuliskan nama para sastrawan perempuan khususnya di Indonesia yang getol bercumbu dengan karya berbau seks. Bukan karena saya menghargai hari Kartini 21 April kemarin. Tapi lebih kepada ketergesa-gesaan menulis sesuatu yang singkat buat para perempuan Indonesia.

Beberapa novelis perempuan Indonesia yang berada dalam lingkaran norma penikmat karyanya tiba-tiba memberontak. Mereka seolah merasa telah keluar dari kungkungan. Karya yang mereka anggap sebagai perlawanan terhadap hegemoni kaum lelaki ternyata juga tak semua kaum perempuan bisa dengan mudah menerimanya. Jadilah pemandangan ekslusivisme karya sastra bermutu tapi dianggap tak senonoh. Beberapa tahun geliat tersebut membumi di jagad penikmat sastra. Penulis-penulis perempuan datang mengangkangi pembaca dengan frase-frase yang dianggap "tidak sopan." Terlepas dari apresiasi aliran-aliran dan atas nama seni. Masyarakat pembaca di tanah air toh tidak begitu tertarik.

Apakah ada kemungkinan seksualitas fiksi perempuan tampaknya akan menghadapi kegagapan di tengah geliat zaman? Genre fiksi Islami dan genre mistisme linguistik adalah jalan satu-satunya untuk meneruskan derap langkah perempuan Indonesia. Jadi, mungkin masih ada secercah harapan dari para perempuan penulis untuk tetap eksis dan terus berkiprah demi melahirkan karya sastra besar yang tak akan lapuk ditelan zaman. Basis genre Islami cukup kuat, segmen yang jelas. Tapi sayang sekali sangat jarang sastrawan perempuan yang melirik itu. Padahal eksistensi genre sastra Islami memiliki peluang untuk terus berkembang dan mesti dipertimbangkan dalam jagad kesusastraan kita.

Sastra genre Islami semoga juga bukanlah sekedar trend jika tiba-tiba harus memimpin barisan karya sastra. Perempuan penulis Indonesia, selamat berkarya.

Share this article :

4 komentar:

  1. jadi ingat novel Saman kalau ngak salah karangan Ayu Utami ya? tolong koreksi kalau salah.Full adesan seksual yang diumbar dengan kata-kata berani. Hmmmmm.....aku tak bisa memaknai masuk dalam kategori yang mana.
    Atau novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan. WAlaupun pengarangnya laki-laki (kalau benar) tapi semua tokoh yang bermain adalah perempuan dan masih dalam lingkaran kevulgaran.
    Semoga ya Bang. Sastra perempuan dengan GEnre Islami tetap eksis. Walaupun kalau liat semuanya dengan cerita yang hampir sama.
    KApan ya akubagian dari mereka?

    BalasHapus
  2. Mbak Ira telah menjadi bagian dari mereka kok. Makasih ya mbak telah comment di bawah postingan lama ini.

    BalasHapus
  3. hikz comengku ilaaaaaaaanggg aarrghhhhhhhhhhh

    saman kalo gag salah emang ayu utami..aku suka banget baca novel na firbas (fira basuki) perpaduan antara kebudayaan indonesia dan islam..contohnya astral astria.
    emang seh untuk skarang ini novel bergenre islami banyak tapi jarang ada yang populer dan jujur aja aku jaraang banget beli novel bergenre islami yang ditulis oleh wanita >_< karena ceritanya pada umumnya sama semua dan bisa ditebak...ga nendang

    harapaanku kedepannya semoga nanti ada novel bergenre islami yang ditulis oleh seorang wanita yang ceritanya bisa menyaingi novel pop,fiksi,dll yang udah ada ;)

    BalasHapus
  4. ke empaaaaaaaaaaaaatttttttttttt :D hehehehe

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday