Home » » Sastra Yang Mudah Bagi Yang Muda

Sastra Yang Mudah Bagi Yang Muda

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 16 April 2009 | April 16, 2009


"Dengan sastra, hati kita akan damai dan bisa awet muda." Entahlah siapa yang pernah mengucapkan itu. Tapi kalimat itu begitu tertanam di ingatan saya hingga hari ini. Sebagian besar karya sastra berbicara tentang orang-orang dewasa, dewasa penuh, atau bahkan tua. Kalau memang ada yang tidak membicarakan tentang orang tua, pastilah itu sekalian malah anak-anak, seperti misalnya The Adventure of Tom Sawyer dan sekalian itu temannya si Huck Finn. Atau, ada lagi itu yang sangat dikenal, Alice in Wonderland, sampai-sampai dibuat versi kartunnya untuk konsumsi anak-anak.

Bagi para remaja, jarang sekali karya sastra yang mengisahkan tentang mereka. Kebanyakan para remaja diketengahkan sebagai satu bagian dari perkembangan tokoh dalam sebuah bildungsroman, novel perkembangan. Kira-kira apa yang menyebabkan hal ini? Tidak banyak karya yang langsung membuat remaja tertarik kepada sastra. Kalaupun ada buku-buku yang benar-benar bisa membuat mereka tertarik, pastilah itu buku-buku hebat yang tak begitu jauh dari bayangan mereka seperti Harry Potter. Gambaran kehidupan yang ditawarkan adalah benar-benar kehidupan yang tak terlalu jauh dari para remaja, kehidupan sekolahan.

Implikasi lain dari kurangnya tema remaja dalam sastra adalah laris manisnya teenlit bak maraknya gerai isi ulang di jaman HP. Begitu teenlit yang sesuai namanya hanya menggeber kisah kehidupan para remaja lengkap dengan jatuh cinta, patah hati, dan ekstrakurikulernya itu datang, kontan saja para remaja itu berebutan. Bahkan, saking larisnya, teenlit disebut-sebut sebagai jenis sastra yang akhirnya bisa meningkatkan minat baca para remaja—meskipun toh pada kenyataannya juga meningkatkan “daya tonton” mereka ketika novel-novel tersebut diadaptasi menjadi sinetron dan bioskop.

Ada beberapa pihak yang menguliti titik lemah teenlit atau mengatakan bahwa para penulis sastra jenis ini masih punya PR yang harus mereka kerjakan, yaitu perbaikan keterampilan kesastraan mereka, literaturnoss katanya dulu. Sementara itu, apa yang telah mereka lakukan untuk membuat karya sastra yang diagungkan itu sampai ke tangan remaja? Pastinya ada, tapi tidak menarik para remaja untuk memamahnya. Lantas, kenapa juga mereka belum mencoba mengetengahkan tema remaja? Kenapa pula, dalam profesi, mereka melupakan suatu masa dalam kehidupan yang paling penuh warna itu? Kenapa pula malu mengakui dan menceritakan masa ketika hasrat libido yang baru mulai muncul itu begitu membujuk untuk disalurkan? Tapi remaja adalah sebuah fase yang tidak mungkin bisa dibujuk begitu saja. diperlukan sebuah formula khusus untuk memasang pukat yang tepat.

Bagaimana halnya dengan banyak karya sastra besar lainnya? Dapatkah mereka merebut ruang pikir dan cinta di hati remaja? Sekali lagi, remaja tidak semudah itu dibujuk. Sudah harus ada sastra yang mudah bagi mereka yang berusia muda.

Share this article :

2 komentar:

  1. yup, teenlit memang sastra modern yg digemari anak2 remaja. hanya saja harus dibuat novel teenlit yg bermutu. dan itu gak mudah. saya sering baca novel2 teenlit juga walau sudah tua nih. dan..byk menemukan cerita2 teenlit yg lebay. mengumbar kekayaan ortu, dugem, dll.

    BalasHapus
  2. yup, sepakat mbak. hmm, kapan nih launching proyeknya?

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday