Home » » Dari Cihampelas Hingga Sastra Sunda

Dari Cihampelas Hingga Sastra Sunda

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 11 Mei 2009 | Mei 11, 2009

Sepulang dari Bandung ternyata saya tidak bisa membagikan oleh-oleh secara merata kepada semua teman dekat di kampung. Tapi semoga saja tulisan ini bisa menjadi oleh-oleh bagi beberapa orang teman yang kebetulan tidak kebagian baju kaos Bandung, manisan khas Bandung ataupun cinderamata lainnya. Hanya empat hari di kota Bandung tapi kesannya mungkin bisa terasa sampai empat tahunan atau lebih lama lagi. Berjalan-jalan di kota Bandung pasti tidak lengkap jika tidak menginjak kawasan Cihampelas. 

Konon menurut legenda, Cihampelas berasal dari nama kolam pemandian yang terletak di sisi jalan kecil Cihampelas, yaitu Jalan Taman Hewan. Kata Cihampelas berasal dari nama pohon Hampelas yang pada saat pembuatan kolam tahun 1904 banyak tumbuh di sekitar kolam. Sejak dekade 1980-an, Kawasan pertokoan Cihampelas terkenal dengan produk khasnya , yaitu pakaian berbahan kain denim atau sering disebut jeans.

Kekhasan Cihampelas dengan jeans mulai melegenda bersamaan dengan ramainya Kawasan Cibaduyut sebagai pusat produksi sepatu. Saking terkenalnya, bahkan pak Jusuf Kalla memakai sepatu dinas produksi Cibaduyut. Kekhususan dua tempat ini dengan produk jeans dan sepatu menjadikan siapa saja yang datang ke Bandung pasti merasa ada yang kurang jika belum berkunjung di dua tempat itu. Yang juga tak kalah unik di sepanjang jalan terdapat patung-patung raksasa personifikasi tokoh-tokoh komik legendaris luar negeri seperti Ironman, Batman, Spiderman, Superman, Tarzan, Cat Woman dan sebagainya.

Ternyata di Bandung bukan hanya terdapat Gedung sate yang terkenal itu atau pun berjubelnya moyang parahyangan yang manis dan cantik-cantik. Terdapat bangunan mal berciri open air concept dengan nama Cihampelas Walk (Ciwalk). Pusat perbelanjaan yang dibangun di atas bekas sebuah pabrik daging di zaman Belanda tersebut berusaha menampilkan diri sebagai mal yang asri. Pohon-pohon berukuran besar tampaknya sengaja tetap dibiarkan berdiri kokoh di sekitar kawasan mal sebagai peneduh. Benar-benar teduh. Teman-teman dari Jakarta bilang,"Bandung banget." Sebagai mal berkonsep terbuka, pengunjung bebas berjalan-jalan menikmati suasana dan menghirup udara segar sembari berbelanja. Bermacam-macam restoran ditampilkan dengan kursi pengunjung berada di luar ruangan.

Jika diberi waktu dan kesempatan lagi ke Bandung, saya masih ingin menikmati semangat anak-anak muda yang bermain musik dengan sopan di lampu merah atau aksi topeng monyet yang lucu di perempatan jalan. Bukan hanya itu Bandung juga terkenal dengan apresiasi tinggi masyarakatnya terhadap Sastra Sunda. Bahkan masih ada beberapa stasiun radio di Bandung yang tetap intens dengan program acara sastra Sunda seperti dongeng sunda, puisi Sunda dan semacamnya. Di luar itu masih ada beberapa komunitas seni Sunda lainnya yang tetap hidup sampai kini.

kupersembahkan buat kang Yusral, mas Ari, mbak Poppy, Andre Bule, Irvan Prambors Semarang, Sonny Bebeh'pria penghibur dari Bandung, dan semuanya.

Share this article :

2 komentar:

  1. Hmmm...rupanya banyak tau ttg Bandung ya?
    saya dah hampir 2 tahun disini(Bandung), tapi pengetahuannya masih kerdil...dasar KG(Kurang Gaul).

    BalasHapus
  2. semua bahan tulisan di atas cuma dari rekam jejak waktu di bandung n denger2 sih dari cerita orang2 Bandung sendiri. Memangnya Irma alamatnya di mana di Bandung?

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday