Home » » Gandrang Bulo: Panggung Perlawanan Rakyat

Gandrang Bulo: Panggung Perlawanan Rakyat

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 29 Juni 2009 | Juni 29, 2009


Semenjak masa kanak-kanak, kenangan tentang Gandrang Bulo masih melekat kuat di benak penulis sampai hari ini. Ketika zaman bergeser dan beringsut pelan meninggalkan berbagai kesenian tradisional, justru Gandrang Bulo masih jawara dalam katalog ingatan penulis. 

Gandrang Bulo adalah kesenian rakyat yang terdiri dari musik, tarian, dialog kritis dan kocak. Tapi luar biasa, konsep dialog di atas panggung tanpa naskah skenario sama sekali. Bagi para senimannya, panggung menjadi tempat berkisah mengenai masalah hidup mereka sehari-hari. Para penonton bisa terpingkal-pingkal oleh joke-joke segar para pemain sampai larut malam. Gandrang Bulo sejak awal adalah cara rakyat desa mengkritik para penguasa melalui seni. Tak heran jika tema-tema yang diangkat mulai dari politik hingga berbagai peristiwa yang mereka alami sehari-hari.

Sejak dulu sebagian besar seniman Gandrang Bulo berasal dari masyarakat pinggiran yang acapkali menghadapi kesulitan-kesulitan saat berhadapan dengan para pejabat seperti kepala desa, tentara, dokter atau oknum-oknum pemerintah yang tak menghiraukan mereka. Berbagai ketidakberdayaan dengan cerdas mereka tampilkan penuh improvisasi di atas panggung.

Pada awalnya Gandrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Gandrang Bulo. Grup-grup Gandrang Bulo di Sulawesi Selatan masih dapat dijumpai di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Gandrang Bulo, menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari. Ya, suara kaum marginal dalam bentuk humor.

Ketika masa penjajahan, Gandrang Bulo disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Rakyat dan seniman membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung.

Pada akhir dekade 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Seorang seniman asal Bontonompo, Gowa, Dg Nyangka mempelopori kreasi baru. Mulai saat itu Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dan acara-acara seremonial. Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik. Salah satu upaya agar tidak tergerus oleh zaman, Gandrang Bulo juga masih terus dipertahankan oleh generasi muda dalam pertunjukan anak-anak sekolah di panggung-panggung seni budaya.

Share this article :

13 komentar:

  1. TIPSPACK PERTAMAXXXX!
    Yang lain keduax aja... hehe...
    Ngopi + indomie pake telor, matabz sob... :D

    BalasHapus
  2. He he, thanks sobat blogger Tipspack. I love your blog. Inovatif and inspiratif.

    BalasHapus
  3. Hallo...salam kenal dari Yogya ya...

    Wah, baru denger nih ada seni pertunjukan yg namanya Gandrang Bulo. Kl baca deskripsinya ttg kesenian ini, mungkin kayak Lenong Betawi atau Ludruk dari Jawa Timur ya...
    Meskipun mengalami modifikasi, tetapi Gandrang Bulo yg asli msh sering ditampilkan juga kan? (soalnya kayaknya yg asli lebih seru tuh...!)

    BalasHapus
  4. Yoes Menoez, benar banget. Cuma selama ini Gandrang Bulo kurang terekspos. Pasca reformasi baru agak menggeliat. Memang ada kemiripan dg Lenong Betawi juga Ludruk tapi perbedaanya terletak pada tarian asli yg masih dipertahankan juga irama dan alat gendang. Yg asli tetap dipertahankan. Salam.

    BalasHapus
  5. Membaca tulisan ini, saya jadi tau tentang Ganrang Bulo. Artikel bagus sobat.

    BalasHapus
  6. Terimakasih, Newsoul. Hidup seni budaya tradisional. Sebenarnya saya jadi malu sendiri sebab penulis hebat seperti mbak Newsoul mau membaca tulisan-tulisanku yg masih mentah seperti di atas.

    BalasHapus
  7. trik tips, ucapan yg sama he he. thanks sobat.

    BalasHapus
  8. trik tips, ucapan yg sama he he. thanks sobat.

    BalasHapus
  9. aku juga suka tarian ini, masih inget dulu suka nonton :)

    salam kenal ya mas...aku juga lari nyari2 referensi tentang Gandrang Bulo, ohya kalau punya lagi ma rencong yang ngiringin tarian ini aku dibagi ya :D

    BalasHapus
  10. Ria, salam kenal balik. Insya Allah, tentang rencong aku share nanti..

    BalasHapus
  11. Saya terkenang semasa sekolah di SMKI Negeri Ujung Pandang, sering melihat dan menyaksikan "gandrrang bulo". Terima kasih mengingatkan saya pada kenangan "indah" itu, Puang.

    BalasHapus
  12. bisakah diberikan gambar pola lantai tariannya supaya saya bisa mengajarkan anak murid saya

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday