Home » » Taufik Ismail, Penyair Bertanah Air Puisi

Taufik Ismail, Penyair Bertanah Air Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 24 Juni 2009 | Juni 24, 2009


PRESIDEN BOLEH PERGI
PRESIDEN BOLEH DATANG

oleh : Taufiq Ismail



Sebuah orde tenggelam
Sebuah orde timbul
selalu saja ada suatu lapisan

masyarakat di atas gelombang itu selamat
Mereka tidak mengalami guncangan yang berat
Yang selalu terapung di atas gelombang
Seseorang dianggap tidak bersalah
sampai dia dibuktikan hukum bersalah
Di negeri kami ungkapan ini begitu indah
Kini simaklah sebuah kisah
Seorang pegawai tinggi
gajunya satu setengah juta rupiah
Di garasinya ada volvo hitam
BMW abu-abu, Honda metalik,
dan Mercedes merah
Anaknya sekolah di Leiden,
Montpellier dan Savana
Rumahnya bertebaran di Menteng,
Kebayoran dan macam-macam indah
Setiap semester ganjil isteri terangnya
belanja di Hongkong dan Singapura
Setiap semester genap isteri gelapnya
liburan di Eropa dan Afrika
Anak-anaknya....................
Anak-anaknya pegang dua pabrik
tiga apotek dan empat biro jasa
Selain sepupu dan kemenakannya
buka lima toko onderdil, lima biro iklan
dan empat pusat belanjaKetika rupiah anjlok terperosaok,
kepeleset macet dan hancur jadi bubur,
dia, hah ! dia ketawa terbahak-bahak
kerena depositonya dollar Amerika semua
Sesudah matahari dua kali tenggelam
di langit Barat, jumlah rupiahnya
melesat sepuluh kali lipat
Krisis makin menjadi-jadi
Dimana-mana orang antri
Maka 100 kotak kantong plastik hitam
dia bagi-bagi
Isinya masing-masing : Lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng, dan tiga bungkus
mie cepat jadi.
Peristiwa murah ini diliput
dua menit di kotak televisi
dan masuk koran halaman lima pagi sekali
Gelombang mau datang,
Datang lagi gelombang setiap bah air pasang
Dia senantiasa terapung di atas banjir bandang
Banyak orang tenggelam toh mampu timbul lagi
lalu ia berkata sambil berdiri :
Yaaa..... masing-masing kita kan
punya rejeki sendiri-sendiri
Seperti bandul jam bergoyang-goyang
Kekayaan misterius mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......harus diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa


Sebagaimana puisi-puisinya yang lain, puisi Taufik Ismail di atas selalu bisa tertangkap apa adanya, jujur namun menghunjam dengan tegas. Nyaris tak ada metafora yang rumit dan mengambang seperti kebiasaan kebanyakan para penyair muda. Penyair yang telah berhasil melintas batas beberapa zaman. Setidaknya itu adalah gambaran pendekar kata-kata yang namanya pasti tertera dan disebut di mana-mana. Di panggung puisi, radio, televisi, internet bahkan panggung musik. Lirik lagu Panggung Sandiwara yang ditulisnya sukses dipopulerkan God Bless di era 70-an dan bahkan melegenda di belantara musik Indonesia. Taufik, satu-satunya penyair yang paling banyak puisinya digubah menjadi lagu populer, seperti yang pernah dinyanyikan Bimbo, Chrisye, Ahmad Albar dan Ucok Harahap. Lagu Pintu Sorga dipercayakan oleh Taufik kepada Gigi band untuk dilantunkan pada 2008.
Taufik adalah seorang sastrawan senior Indonesia yang dilahirkan di negeri pantun, Bukittinggi, 25 Juni 1935. Ia dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan, hingga profesi itu pun pernah dilakoninya juga. Penyair Angkatan '66 ini tak habis-habis. Buku-buku antologi puisinya dapat dilacak seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/ PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, Sajak Ladang Jagung dan lain-lain. Taufik remaja memang bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA, walau pada akhirnya harus kuliah dii UI Bogor pada 1963 jurusan Kedokteran Hewan dan Peternakan.


Penyair ini selalu rajin memotret dengan sangat jelas berbagai peristiwa zaman di mana ia tulus menjepretnya dengan lensa puitika. Puisi telah menjadi tanah air yang kedua bagi Taufik Ismail. Di tanah airnya yang kedua inilah puisi-puisi Taufik beranak pinak dan menggugat dengan lembut. Tapi, tidak menghujat.
Share this article :
Komentar

0 apresiator:

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday