Home » » Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan Sufistik dari Kaliwungu

Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan Sufistik dari Kaliwungu

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 21 Juli 2009 | Juli 21, 2009


Ahmadun Yosi Herfanda dilahirkan di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Sejak remaja menjadi penulis puisi, cerpen, dan esei. Banyak menelurkan esei sastra, sajak sufistik dan sosial-religius.. Sastrawan Indonesia dari generasi 1980-an juga kerap menetaskan cerpen-cerpenn bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial.

Ahmadun juga dikenal sebagai wartawan (dengan inisial AYH) dan redaktur sastra Harian Republika dan pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2006. Ia juga sering diundang untuk membacakan sajak-sajaknya maupun menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan seni budaya di dalam dan luar negeri.

Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta ini menyelesaikan S-2 jurusan Magister Teknologi Informasi pada Universitas Paramadina Mulia, Jakarta, 2005. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1995), dan ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 1999-2002). Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana, ia mendirikan Creative Writing Institute (CWI). Tahun 2007 terpilih sebagai Ketua Umum Komunitas Cerpen Indonesia (KCI, 2007-2010). Tahun 2008 terpilih sebagai Ketua Umum Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) periode 2006-2009, tapi mengundurkan diri. Ahmadun juga pernah menjadi anggota Dewan Penasihat dan anggota Mejelis Penulis Forum Lingkar Pena (FLP). Dianggap sebagai salah satu sastrawan Indonesia terkemuka saat ini.

Karya-karya Ahmadun dimuat di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri, antara lain Horison, Ulumul Qur'an, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Ohio University, A.S., 2001), Waves of Wonder (The International Library of Poetry, Maryland, A.S., 2002), jurnal Indonesia and The Malay WorldThe Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995).

Pernah beberapa kali sajak-sajaknya diulas dalam program acara "Sajak-Sajak Bulan" Ini di Radio Suara Jerman Deutsche Welle. Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan salah satu penghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain: Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980), Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984), Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986), Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990), Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997), Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997), Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997), Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung Pustaka, 2004),Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004), Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005),Koridor yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta Publishing House, 2006). Berikut dua buah puisinya yang pernah penulis abcakan di radio.

SEMBAHYANG RUMPUTAN

walau kaubungkam suara azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi

sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan

walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu

aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan

aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi allah tuhan sekalian alam

pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah

aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang

1992

DI BAWAH LANGIT MALAM

———— purworejo

kucium kening bulan
dalam sentuhan dingin angin malam
ayat-ayat tuhan pun tak pernah bosan
memutar planet-planet dalam keseimbangan

langit yang membentang
menenggelamkanku ke jagat dalam
kutemukan lagi ayat-ayat tuhan
inti segala kekuatan putaran

jagad yang menghampar
membawaku ke singgasana rahasia
pusat segala energi dan cahaya
membebaskan jiwa
dari penjara kefanaannya

kucium lagi kening bulan
engkau pun tersenyum
dalam penyerahan
1983


Beberapa bulan lalu, seorang pendengar mengirimkan CD ke studio yang berisi rekaman pembacaan dua buah puisi sastrawan sufistik ini untuk diputar di acara sastra RCA. Penulis sendiri baru mengenal nama Ahmadun Yossi Erfanda sejak itu.


Share this article :

11 komentar:

  1. Maaf, itu bukan puisiku. Puisiku mah noraks2 :(

    Aku pernah baca cerpennya yang Wali Tiban, gayanya khas, keluaran pondok pesantren. Pernah dapat penghargaan dari MABIMS juga yah rupanya...??? salut2...

    Lupa, aku juga pernah ketemu beliau di Rumah Dunia :) empat tahun yang lalu.

    BalasHapus
  2. walaupun bukan puisi nya.. tetapi berbagi ilmu dan kata-kata yang didapat kepada orang lain sangat bermanfaat.. terimaksih sudah mau berbagi..!

    BalasHapus
  3. @ anazkia, oh ya kalo anazkia ketemu lagi dg dia, titip salam kenal ya dariku kepada beliau.
    @ belly, benar mas. terimakasih ya.

    BalasHapus
  4. kl fav aq sih Sultan Takdir Ali Syahbana :)
    btw blognya cepet koq, koneksi saya standar 384kbps

    BalasHapus
  5. Mantap, beliau memang sastrawan sufistik yang hebat. Saya suka membaca Puisi Sembahyang Rumputannnya. Terimakasih sudah merekam jejaknya kembali disini van.

    BalasHapus
  6. Ahmadun yossi Herfanda ..saya kagum denganmu ..karna dalam sastramu ada sisi religius yg melengkapi kesempurnaan...makasih mas ivan sharingnya.

    BalasHapus
  7. ini dia yang kusuka dr blog anda mas....ska mengulas profil2 sastrawan indonesia.........(jjr saya hanya penikmat karya dan tiak pernah mau tahu siapa dibaliknya, stidaknya itu yang saya jalani selama ini, namun sepertinya saya harus mengenal siapa sutradaranya hehehehe)
    salam hangat
    -joni_

    BalasHapus
  8. waaaahhh puisi sembahyang rumputannya keren ya.....buwel suka...

    BalasHapus
  9. ~Free Your Mind, Insya Allah akan saya posting Sutan Takdir Alihsyahbana. Thanks infonya juga.
    ~Newsoul, ya sangat religius bunda Elly.
    ~ateh75, benar, hyaris perfect
    ~Joni-Joni-Joni, terimakasih. Tidak melulu profil sastrawan sih. Di bulan2 kemaren campur2 esai dsb.
    ~buwel, kalo aku suka juga puisi kang Buwel yg "Baginda" itu lho..

    BalasHapus
  10. aku bangga sebagai orang kaliwungu, ternyata punya sastrawan terkenal

    BalasHapus
  11. @ Ceweudik, ya dong harus bangga. Indonesia punya banyak orang hebat seperti om Ahmadun.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday