Home » » Asmaraman S. Kho Ping Hoo, Pendekar Besar dari Rimba Cerita Silat

Asmaraman S. Kho Ping Hoo, Pendekar Besar dari Rimba Cerita Silat

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 22 Juli 2009 | Juli 22, 2009


Para penggemar novel silat di Indonesia bahkan di Asia pasti mengenal namanya. Dialah legenda pengarang cerita silat Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, lelaki peranakan Cina kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926. Ratusan novel lahir dari tangannya. 

Buku-bukunya seperti Serial Bu-kek Sian-su, Serial Pedang Kayu Haru, Serial Pendekar Sakti, Serial Raja Pedang dan ratusan lagi lainnya berhasil menghipnotis pencinta sastra cersil (cerita silat) terutama pada dekade 70 hingga 90-an.Menakjubkan, sebenarnya dia tak bisa membaca aksara Cina tapi imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Selama 30 tahun lebih berkarya, dia telah menulis sekitar 400 judul serial berlatar Cina, dan 50 judul serial berlatar Jawa. Ceritanya asli dan khas. Pengarang ini memiliki ide-ide tanpa henti yang dituangkan dalam napas ceritanya yang panjang. Seolahdia tak pernah kehabisan inspirasi.
Kho Ping Kho berasal dari keluarga miskin dan hanya dapat menyelesaikan pendidikan kelas 1 Hollandsche Inlandsche School (HIS). Namun, ia seorang otodidak yang amat gemar membaca sebagai awal kemahirannya menulis. Ia mulai menulis tahun 1952. Tahun 1958, cerita pendeknya dimuat oleh majalah Star Weekly. Inilah karya pertamanya yang dimuat majalah terkenal ketika itu. Sejak itu, tulisan-tulisannya mengalir seakan tak pernah berhenti.
Karya cerita silat pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat secara bersambung di majalah Teratai. Majalah itu ia dirikan bersama beberapa pengarang lainnya. Saat itu, selain menulis, ia masih bekerja sebagai juru tulis dan kerja serabutan lainnya, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, setelah cerbung silatnya menjadi populer, ia pun meninggalkan pekerjaanya sebagai juru tulis dan kerja serabutan itu, dan fokus menulis. Hebatnya, ia menerbitkan sendiri cerita silatnya dalam bentuk serial buku saku, yang ternyata sangat laris. Hal itu membuat kreatifitasnya makin terpicu. Karya-karyanya pun mengalir deras. Cerita silatnya pun makin bervariasi. Tak hanya cerita berlatar Cina, tetapi juga cerita berlatar Jawa, di masa majapahit atau sesudahnya. 


Serial silat terpanjangnya Kisah Keluarga Pulau Es, yang mencapai 17 judul cerita, dimulai dari kisah Bu Kek Siansu sampai Pusaka Pulau Es. Karya serial berlatar Jawa, yang juga terbilang melegenda antara lain : Perawan Lembah Wilis, Darah Mengalir di Borobudur, dan Badai Laut Selatan. Serial Darah Mengalir di Borobudur pernah dirilis sebagai sandiwara radio.

Pendekar novel dan komik silat ini meninggal dunia akibat serangan jantung pada 22 Juli 1994 dan dimakamkan di Solo, namun namanya tetap melegenda. Karya-karyanya masih dinikmati oleh banyak kalangan penggemarnya. Beberapa karyanya dirilis ulang media massa, dirilis dalam sandiwara radio pada dekade 80-90-an, diangkat ke layar film layar lebar, dan sinetron laga. Legenda Kho Ping Hoo, pernah menjadi sinetron andalan SCTV. Lewat penerbit CV Gema, karya-karyanya masih terus dicetak.

Penggemar cerita silat Kho Ping Hoo sangat banyak yang setia. Mereka sudah gemar membaca karya Kho Ping Hoo sejak usia 10-an tahun hingga usia di atas 50-an tahun. Mula-mula mereka senang melihat gambar komiknya. Namun, lama-lama makin tertarik cerita tulisannya. Tak jarang penggemar mengoleksi karya-karya Kho Ping Hoo, bahkan mencarinya ke bursa buku bekas di kawasan Senen.

Dunia silat bukanlah hal yang asing bagi Kho Ping Kho. Sejak kecil, ayahnya telah mengajarkan seni beladiri itu kepadanya. Sehingga dia sangat mahir dalam gerak dan pencak, juga makna filosofi dari tiap gerakan silat itu. Keistimewaan Kho Ping Kho yang lain, di dalam setiap karyanya nampak keberhasilannya menyusupkan ajaran-ajaran filosofi tentang kehidupan. Salah satu tentang yang benar adalah benar, dan yang salah tetap salah, meski yang melakukannya kerabat sendiri.selain secara gemilang memasukkan makna-makna filosofis, dia pun menanamkan ideologi nasionalisme dalam cerita silatnya.

Di kawasan Asia bahkan mungkin seluruh dunia, Asmaraman S. Kho Ping Kho masih merupakan nama yang paling disegani oleh para pendekar cerita silat lainnya. Cerita silat adalah salah satu genre sastra yang memiliki segmen penggemar tersendiri hingga kini. Sekiranya Kho Ping Kho masih hidup sekarang, penulis yakin karyanya masih akan tetap mengalir satu serial dalam setiap minggu. Sayang sekali, pendekar besar dari rimba cerita silat ini tidak pernah mengangkat satu orang pun murid untuk mewariskan sedikit ilmunya.

Share this article :

5 komentar:

  1. Wah jadi ingat masa remaja nih.Dulu aku suka baca2 novelnya Asmaraman S .kho ping ho .tapi lupa apa aja judulnya.pokoknya seru ceritanya.hehe jadi larut.TOB deh sahabat postingannya.

    BalasHapus
  2. Bener kata teh Ateh. Jadi inget masa SMA dulu. Stiap pulang skolah pasti mampir ke "Perpustakaan Umum" Mang Anang buat baca komik and Kho Ping Hoo

    BalasHapus
  3. @ Ateh75, he he gitu ya mbak. Hmm pasti seru bukan hanya karena adegan laganya. Alur kisah2nya memang kreatif. Bahkan kadang dibumbui romantisme.
    @ eNeS, wah nostalgia nih kang? ha ha

    BalasHapus
  4. Hehehe, masih kecil dulu (SD)sampe nekat nyewa di taman bacaan untuk baca karya Kho Ping Ho. Setelah SMP... beralih ke ke karya Dr.Karl May, serial Winnetou. Keduanya ada kemiripan, sama-sama menyelipkan filosopi sikap ksatria, dan gentle. Jadi ingat kisah masih kecil neh van.

    BalasHapus
  5. Bunda Elly juga suka cersilnya KhoPing Kho ya ternyata. He he, sama dg paman saya. Buku2 yg digemari o/orang2 di sekitar saya selalu menginspirasi saya utk mereview rekam jejak pengarangnya di sini.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday