Home » » Ayu Utami: Yang Dikecam, Yang Antik

Ayu Utami: Yang Dikecam, Yang Antik

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 17 Juli 2009 | Juli 17, 2009


Beberapa bulan lalu penulis pernah mengecam novelis hebat kita ini. Tapi tentunya kecaman tersebut masih dalam koridor objektifitas sudut pandang. Mengkaji setiap karya ataupun diri Ayu Utami sendiri memang selalu memunculkan revolusi pemikiran yang berkembang, liar, sekaligus mengagumkan. 

Dalam sebuah diskusi Ayu Utami pernah melontarkan pikirannya bahwa inti dari spiritualitas adalah adanya tempat misteri. Memberi tempat bagi misteri bukan berarti menolak yang bukan misteri. Sebaliknya, orang harus menganggap misteri sebagai teka-teki dan melawannya sampai titik ia kehabisan tenaga dan percaya bahwa yang dihadapinya bukan teka-teki, melainkan memang misteri.

Ayu Utami Semasa kecil suka berkhayal sebelum tertidur. Tapi mungkin itu memang kebiasaan dari kebanyakan para sastrawan di masa kecil. Justina Ayu Utami adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia lahir di Bogor, 21 November 1968, besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia.




Ayu pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Setelah rezim Orde Baru membredel Tempo, Editor dan Detik , ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Ia juga bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Novel Saman pernah menuai kontroversi di kalangan moralis dan agamawan sebab dinilai sebagai bagian dari "sastra selangkang" yang mengeksploitasi kelincahan bahasa vulgar.



Ayu mulai dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung. Ayu Utami meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2008 untuk kategori prosa lewat novelnya, Bilangan Fu.




Keunikan gaya dalam teks sastra "antik" yang memperkaya novelnya menjadikan Ayu berbeda dengan novelis lainnya. Dalam hal tema-tema yang diusungnya, Ayu telah berhasil merangsang daya gedor pikiran kita untuk menelanjangi makna perempuan dari segala sisi. 

Sebuah kutipan dari selembar halaman dalam novel Bilangan Fu: Perempuan dikuasai oleh monster ubur-ubur di dalam perutnya. Mereka senang melakukan percintaan yang membuang banyak tenaga hanya jika monster itu masih mengharapkan lebih. Jika sang monster memperkirakan bahwa lelaki Y tak akan menghasilkan lebih, ia akan memerintahkan si perempuan untuk menghemat energi. Ketika itulah mereka memilih posisi telentang. Demikianlah ekonomi perempuan.

Share this article :

7 komentar:

  1. pertamaxxx...
    (senengnya pertamaxxx ampe mo' klimax nii... lho'...)
    ternyata banyak iia tokoh2 kuli tinta yang cantik juga.. heheheh.. di kecam?! buat profesi spt yg mrka geluti, kecam cekal bahkan hingga penjara memang uda jd resiko... langganan... brrrrrrr...
    makasih ampirannya kang :)

    BalasHapus
  2. Klimaks apresiasi yg membuat saya harus haturkan terimakasih setulus-tulusny buat genial. Salam sukses.

    BalasHapus
  3. tapi gak seterkenal STA ato chairil... tapi salut juga, salah satu bunga bangsa, hmm

    BalasHapus
  4. Rasanya ada yg kurang bila sehari tidak mampir ke sastra radio..karna ada kelembutan didalamnya yaitu sastra dan seni yg selalu ingin kereguk kelembutannya...sastrawan dan sastrawati yg ditampilkan telah mewakili kelembutan ini...Hmm,Ayu Utami cantik dan antik.

    BalasHapus
  5. Di tengah tudingan (seperti yang disebut Saut Situmorang, juga Hudan Hudayat) bahwa Ayu berkolaborasi dengan GM sehingga Saman mencuat sebagai karya yang menuai prestasi, saya memberi ruang penghargaan buat dia di benak saya. Ayu Utami, penulis yang hebat, meski karyanya (dikecam Taufik Ismail sebagai sastra kelamin). Paling tidak sekaranglah Ayu harus membuktikan bahwa dia memang hebat, Ayu harus keluar bayang-bayang tersebut. Terimakasih Ivan, sudah merekamkan jejak Ayu Utami disini. Tulisan yang mantap.

    BalasHapus
  6. kalam munajat yg dibacakan sy minta yg berjudul Paronama Ruhaniah ,karena Paronama Ruhaniah pernah dibacakan oleh Hamid jabbar di TIM tahun 1980..untuk sekedar mengenang..Ini pesan dari Cm.Hizboel sang penulis..beliau mengucapkan terimakasih banyak kepada RCA FM.

    BalasHapus
  7. ~ADVINTRO_ya, thanks
    ~Newsoul_ he he tapi tetap objektif sebab saya juga mengecamnya ekaligus mengaguminya.
    ~ateh75_Paronama Ruhaniah akan dibacakan minggu siang jam 11 Wita di RCA. Salam hormat buat beliau dari tim program Ekspresi RCA.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday