Home » » Buya Hamka, Inspirasi Terbesar Bagi Idealisme Sepanjang Masa

Buya Hamka, Inspirasi Terbesar Bagi Idealisme Sepanjang Masa

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 07 Juli 2009 | Juli 07, 2009


Tidak pernah ada yang menyangka bocah Minangkabau berusia 10 tahun itu di kemudian hari akan menjadi salah satu inspirasi terbesar bagi bangsanya sepanjang zaman. Ia adalah inspirasi bagi pergerakan perjuangan agama, jurnalisme, politik, sastra, dan budaya. 

Namanya Hamka, rajin mendalami agama Islam dan bahasa Arab. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di sanalah Hamka belajar. Namun sebagaimana tradisi pada masa itu Hamka juga mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo. Buya Hamka lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Meninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.

Ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Hamka adalah akronim dari Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padangpanjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. 

Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Sebenarnya Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. 

Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertumbuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletakkan jabatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Aktivitas politik Hamka bermula pada tahun 1925 dalam partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Semasa di penjara Hamka menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam keagamaan dan politik, Hamka adaalh seorang wartawan, penulis, editor dan sekaligus penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa media seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka menulis karya-karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Buya memang langka. Beliau adalah ulama, ilmuwan, pendidik, politisi, jurnalis, sastrawan, dan budayawan. Di hari-hari ini ketika idealisme mulai tergerus arus hebat materialisme-hedonisme maka orang-orang pun mencoba untuk mengadopsi gaya Hamka melalui sinergitas antara agama, politik, pendidikan, kebudayaan, seni dan pers untuk mencapai tujuan. tertentu. Diyakini bahwa apa yang telah dicontohkan oleh Buya Hamka bisa efektif. Tapi satu hal yang banyak dilupakan orang dari diri Hamka yaitu bahwa efektifitas tidak akan tercapai jika ketulusan niat tidak bersenyawa dengan proses dan tujuan.

Share this article :

12 komentar:

  1. setuju dan makasih udah ngreview bapak Kyai ini...siiip mas..

    BalasHapus
  2. Terimakasih kang Buwel. Kan, masa anak muda aja yg direview? Kyai juga dong he he he..

    BalasHapus
  3. Subhanallah ..Buya hamka ulama yg sastrawan .sastrawan yg religius .pendidik yg tangguh .jurnalis yg kawakan.lengkap sudah yg disandangnya.alhamdulillah mas Ivan sudah menampilkan beliau.Semangat terus ya untuk menulis para sastrawan yg terkadang namanya terkubur oleh waktu.nice post.aku akan selalu rindu dng sastra yg lembut.

    BalasHapus
  4. oh ya kalo request llagi boleh ya ? profil tentang Emha Ainun Najib ato Cak nun ,beliau juga sahabat kami...terimakasih sebelumnya ya...

    BalasHapus
  5. @ Newsoul, ya dan mbak Elly juga hebat..
    @ ateh75, Cak Nun telah diulas pada edisi bulan Juni lalu. Cari aja di daftar isi blog. Thanks.

    BalasHapus
  6. Bapak budayawan kita tuh..karyanya selalu menjadi inspirasi..makasih infonya bang

    BalasHapus
  7. ulama yang sastrawan
    sekaligus
    sastrawan yang ulama
    plus politikus handal

    BalasHapus
  8. Ada Award khusus buat anda dariku silakan diambil ya...Terimakasih.

    BalasHapus
  9. karya sastra buya hamka memang mengagumkan. walaupun saya baru baca "di bawah lindungan ka'bah", saya sudah memasukkan Buya sebagai salahsatu penulis favorit saya.

    tapi kok ya susah menemukan karya beliau di toko2 buku?? saya menemukannya cuma di perpustakaan.

    BalasHapus
  10. Masya Allah... maaf beribu maaf, saya telat ke sini. Makasih banyak atas pemuatannya.

    Tapi, kenapa tidak seperti yang lainnya...??? Saya melihat di postinga beberapa penulis yang lain admin mengutip beberapa karyanya. Kenapa ini tidak?

    terus, isu tenggelamnya kapal van der wijk, konon meniru karya Mustafa Lutfi El Manfaluthi (saya belum habis baca soalnya, baru dapet). Kalau di kupas juga khan seru tuh...

    Sungguh saya menyesalkan, sepertinya, karya2nya begitu susah di temui di negara sendiri tapi, di Malaysia, ia masih ada dan banyak di perjualbelikan.

    Request lagi yah? Buya Hamka sudah, gimana kalau Syaikh Tahir Jalaludin? khan sama2 orang minag tuh dan membesar di melayu. Wallahu'alam.

    BalasHapus
  11. @ Sigit, makasih balik atas apresiasinya bang sigit.
    @ attayaya, komplit kan? he he
    @ morishige, oh ya sama dg aku yg juga susah banget temukan buku2nya di toko buku maupun perpustakaan.
    @ ateh75, terimakasih banyakan nih mbak awardnya tapi belum sempat nih aku balas dg award juga.
    @ anazkia, Insya Allah..

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday