Home » » D Zawawi Imron, Carok Sastra dari Madura

D Zawawi Imron, Carok Sastra dari Madura

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 20 Juli 2009 | Juli 20, 2009


Mungkin dialah satu-satunya penyair yang tidak tamat Sekolah Rakyat namun memiliki kekuatan puitika yang jarang tandingannya. Penyair yang juga muballigh ini dilahirkan dengan nama D Zawawi Imron di Batang-batang, Sumenep, Madura, 1945, (uniknya, tidak pernah diketahui tanggal dan bulannya).

Dia adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang juga berhasil menginvasi dominasi sastra di ibukota. Dia memenangkan hadiah utama penulisan puisi ANTV (1995). Sejak kecil hingga menjadi kakek, Zawawi lebih suka bermukim di desa kelahirannya. Tempat di mana dia dapat menghirup udara segar inspirasi sepuas-puasnya.


Zawawi pernah tampil dalam acara kesenian Winter Nachten di Belanda (2002). Beberapa karya besarnya di jagad sastra tanah air seperti: Semerbak Mayang (1977), Madura Akulah Lautmu (1978), Celurit Emas (1980), Bulan Tertusuk Ilalang (1982; yang mengilhami film Garin Nugroho berjudul sama) Nenek Moyangku Airmata (1985; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K, 1985), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), dan Madura Akulah Darahmu (1999).

Nama Zawawi semakin membubung tinggi ke kancah nasional semenjak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1982). Di tahun itu terbit kumpulan sajaknya “Bulan Tertusuk Lalang”, dan “Nenek Moyangku Airmata” dapat hadiah Yayasan Buku Utama. “Celurit Emas” dan “Nenek Moyangku Airmata” (1990) terpilih sebagai buku terbaik Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Zawawi pernah menjadi Pembicara dalam Seminar Majlis Bahasa Brunai Indonesia Malaysia (MABBIM) dan Majlis Asia Tenggara (MASTERA) Brunai Darussalam (Maret 2002).

Tipikal penyair "alam" yang ditempa kekuatan puitika pedesaan dan pergaulan dengan rakyat biasa telah melahirkan Zawawi yang khas dan memang sudah sepantasnya diperhitungkan dalam jagad sastra nasional. Baca saja beberapa sajaknya yang menggali kesederhanaan sekaligus kedalaman perenungan.

IBU
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu


SAJAK GAMANG
dibiarkannya orang-orang merangkak
selarat kerbau menarik bajak
dibiarkannya cacing yang tak punya kuasa
kalau anak-anak menyanyi tentang daun-daun hijau
bagus, karena bapaknya parau bagai harimau
musik dan gamelan kadang bikin gamang
sungai dan hutan jangan diurus kancil atau siamang

DOA I
bila kau tampakkan secercah cahaya di senyap malam
rusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuh
membangkitkan gelombang lautan rindu
menggebu menyala
dan lagu-Mu yang gemuruh
menyangkarku dalam garden-Mu
biarkan aku menari dalam lagu-Mu
gila lestari melimbang badan
ah, hatiku tertindas gatal dan pedih
meski nikmat semakin erat memelukku
aku meronta dalam kutuk-Mu
duhai, naung kasih-Mu melambai tangan
sekali lagi kau kilatkan cahaya di tengah malam
aku silau, hanya tangan yang menggerapai
golang golek tubuhku dalam yakin
ah, kegilaan begitu mesra
tangis bahagia yang bersimbah di raut jiwa
menggermang nyala bulu-bulu seluruh tubuh
terbisik di hati puji syukur memanjat rindu

1965
(dari buku : CINTA LADANG SAJADAH, karya D ZAWAWI IMRON, penerbit Gita Nagari, cetakan I, tahun 2003).

Semoga di masa datang, akan bermunculan carok-carok sastra lainnya dari Madura seperti D Zawawi Imron.

Share this article :

7 komentar:

  1. Zawawi Imron, sastrawan hebat dari Madura. Membaca rekam jejaknya disini, semakin memekatkan kekaguman saya. Tulisan yang mantap, kawan.

    BalasHapus
  2. D Zawawi imron ..puisinya yg berjudul IBU sangat menyentuh sekali mengingatkan aku pada ibuku...

    Mama...
    Kau adalah pelita hidupku ...
    Yang telah menjadi cahaya hidupku...
    Tanpamu aku tak akan ada...

    Mama...
    Kau adalah wanita tegar dari segala ketegaran yg ada...
    terlalu banyak yg ingin kuungkapkan untukmu mama...
    Tapi semua biarlah menjadi rangkaian mutiara terindah didalam hati...

    Mama ...
    Terimakasih untuk segalanya ...
    Jasamu tak dapat kugantikan oleh apapun ..
    Hanya doa yg kupersembahkan...amiiin Allahumma Amin...

    BalasHapus
  3. Nice post sob,,, meskipun saya g begitu mengerti sama yang namanya sastra,, tp kalau buat belajar, kayanya oke jug,, hehehehe

    BalasHapus
  4. Wah..keren..

    Walaupun saya gak ngerti ckikikikiki

    BalasHapus
  5. wooooow d zawawi imron, makasih mas infonya......

    BalasHapus
  6. wadaw berat juga puisi na D Zawawi, musti bolak2i membacanya baru ngeh

    BalasHapus
  7. @ Newsoul, semantap kopi asli dari kampungny abunda Elly.Hmmm...
    @ ateh75, wah..puisinya cantik banget lho mbak Latifah.
    @ ReMo-XP, sastra adalah untuk semua orang, sobat.
    @ Download Max99 V1.0.4 beta, he he..sama, sobat.
    @ buwel, terimakasih apresiasinya kang.
    @ jaloee, bolak balik? Kayaknya sama halnyangeblog kali ya? he he

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday