Home » » Menelusuri Jejak Lampau Palembang dari Naskah Sastra Kuno

Menelusuri Jejak Lampau Palembang dari Naskah Sastra Kuno

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 21 Juli 2009 | Juli 21, 2009


Anda yang berasal dari Palembang mungkin pernah atau bahkan sering mendengarkan atau membaca kalimat ini: "Alqisah maka tersebutlah perkataan ada sebuah negeri ditanah Andalas, Palembang namanya, Demang lebar daun nama rajanya, asalnya dari anak cucu raja Syulan juga, Muara Tatang nama sungainya. Maka di hulu Muara Tatang itu ada sebuah sungai Melayu namanya. Dalam sungai itu ada sebuah bukit Si Guntang Mahameru namanya”(Ismail, 1998:83). Di tempat lain dikatakan pula: ”Sebermula dihikayatkan oleh orang yang empunya hikayat ini bahwa negeri Palembang itu Palembang yang sekarang ini, inilah” (Ismail, 1998:85). 

Menurut cerita dalam naskah ini, dari Bukit Si Guntang Mahameru tersebut turunlah tiga orang cucu raja Iskandar Zulkarnain dan yang bungsu menjadi raja di Palembang dengan nama Sang Utama (Nila Utama menurut naskah lain) yang kemudioan bergelar Sri Tribuana. Yang tertua diangkat menjadi raja di Minangkabau dengan nama Sang Sapurba, sedangkan yang kedua menjadi raja di Tanjungpura bernama Sang Maniaka. Jadi orang Melayu itu berasal dari daerah ini dan kemudian menyebar mencari tempat pemukiman baru. Raja-raja Melayu mengakui keturunan dari nenek moyang Bukit Si Guntang.

Periode awal sejarah Nusantara yang kita kenal dari sumber-sumber naskah sastra kuno yang berbentuk prasasti-prasasti Sriwijaya ditemukan dikota Palembang pada abad ke 7 dan ke-8. Seperti yang tertulis pada prasasti telagabaru yang kini disimpan dimusium nasional. Begetu pentingnya Sriwijaya sebagai pusat studi agama Budha ditentukan oleh prasasti yang ditemukan. I Cing, seorang agamawan pengembara, menyarankan kepada mereka yang berkeinginan untuk mempelajari agama Budha di India, hendaknya mereka terlebih dahulu bermukim selama satu tahun di Sriwijaya untuk belajar memfasihkan bahasa Sansekerta (Kumar,1996:xvi).


Salah satu keistimewaan Palembang sebagai tempat penemuan bukti-bukti arkeologi ialah adanya suatu kesinambungan dari segi penanggalan. Hal ini menandakan bahwa Palembang memiliki masa okupasi yang panjang dan berkesinambungan, sehingga seringkali ditemukan data-data sejarah dari zaman yang berbeda-beda. Prasasti yang ditemukan dikawasan Palembang dan sekitarnya ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan tipe tulisan Pallawa Akhir. Para ahli menyimpulkan bahwa kecanggihan tulisan dan bahasa pada prasasti itu tidak berdiri sendiri, pasti sudah ada penggunaannya dalam kesusastraan yang hidup berdampingan dengan bahasa administratif yang terdapat pada prasasti, meskipun hingga kini tidak ditemukan sisa-sisa kesusastraan kuno dalam bentuk tertulis. 

Pada abad ke-14 ada kerajaan yang luas dengan raja Adityawarman yang mencakup sebagian besar Sumatera Tengah. Prasasti yang ditinggalkan kerajaan itu cukup banyak, meliputi masa pemerintahan raja (1356-1375), peninggalan-peninggalan tersebut menunjukkan hubungan dengan Majapahit, dalam isinya maupun aksaranya yang mirip aksara jawa timur yang sejaman, namun dengan karakter yang khas. Penetrasi pengaruh jawa tersebar disebagian besar kawasan ini.


Salah satu sumber dari kitab sastra kuno Cina menyebutkan bahwa San-Fo-Ci atau Sriwijaya pada tahun 1373 diperintah oleh tiga penguasa, yaitu satu di Palembang, Darmasraya (Jambi), dan Adityawarman (Minangkabau). Di daerah Minangkabau inilah ditemukan arca Amoghapasya Lokesywara yang merupakan hadiah dari Raja Kertanegara kepada Srimat Tribuanaraja Mauliwarmadewa di Suwamabumi (sumatera). Arca ini merupakan tiruan dari arca di Candi Jago (Jawa timur). Setelah tahun 1377 tidak ada lagi berita mengenai daerah ini, mungkin karena pada tahun itu Jambi diserang dan dikalahkan oleh Majapahit. Tulisan dari zaman Sriwijaya diperkirakan banyak yang hilang, bukan berarti bahwa sastranya mati setelah wilayah Palembang menjadi bawahan Majapahit. Dari naskah yang sampai ditangan kita diperkirakan dapat terjadi pengalihan sastra Jawa ke sastra Melayu. 

Pada bidang politik terjadi perubahan-perubahan yang mempengaruhi warna budaya Palembang. Kekuasaan Majapahit atas Palembang mulai melemah karena kegoncangan yang terjadi di kalangan Majapahit dan juga disebabkan karena jarak antara kedua tempat cukup besar, akibatnya terjadi suatu kekosongan kekuasaan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Cina yang selalu hadir di Nusantara dan akhirnya menguasai Palembang (Groenevaldt dalam Purwanti, 2003:1). Setelah penguasaan Cina, menurut cerita sastra lisan Ki Gede Ing Suro mendirikan kerajaan yang dinamakan Palembang. Pendiri kerajaan Palembang berasal dari daerah pesisir utara Jawa, sebagaimana disebutkan dalam naskah sastra Melayu yang dikarang sebelum tahun 1536 (Ismail, 1998:125).

*dari berbagai sumber

Share this article :

13 komentar:

  1. Wah, takjub saya jejak naskah Sastra Kuno Palembang terekam juga disini. Begitulah kisah dari salah satu naskah tentang Kesultanan Palembang Tua. Terimakasih sudah menampilkannya disini sahabat.

    BalasHapus
  2. Palembang ternyata kota yg luar biasa ya,dan menjadi inspirasi para sastrawan untuk ditulis menjadi sebuah puisi...makasih ya mas Ivan sharingnya.

    BalasHapus
  3. @ Newsoul~Salah satu keinginan saya sejak dulu adalah berkunjung ke Palembang tapi belum kesampaian. Jadinya ya cuma bisa review lewat tulisan.
    @ ateh75~ setiap kota dan tempat di tanah air memiliki banyak kehebatan.

    BalasHapus
  4. jiah..keren nih crtnya...blog ini sealu ngasih pengetahuan umum ang jarang sekali ditemui heheheh..umm saya tinggal dipalembg wlopun asli jawa.........
    banyak tempat2 bersejarah yang disebutkan di tulisan ini yang uadh saya kunjungi tpi infonya gag sedetil itu thankz y.......makin cinta nih dgn plg.(wlopun kdg2 mau minggat dr kota yang mulai sesak ini heheeh)

    BalasHapus
  5. nice sobat...bener2 tobh deh

    aku bangga jadi orang palembang hehehe

    BalasHapus
  6. saluttttttt untuk mu, postingannya selalu dan selalu penting...siiiip

    BalasHapus
  7. @ Joni-Joni-Joni~~Lho kok penuh sesak? Ya, jadi tambah pengen ke sana nih berkelana di semua t4 bersejarah.
    @ RiP666~~orang2 Palembang memang hebat bro..juga bloger2nya.
    @ buwel~~makasih kanggrasi

    BalasHapus
  8. Selalu ada ilmu di sini. selalu tak jemu aku ke sini...

    Ternyata Pramudya dah di tulis juga yah? sayang, waktu itu lagi sembunyi. Makasih yah, requestnya selalu di tampilin.

    Mbak Helvy Tiana Rossa sudah belum?

    BalasHapus
  9. @ anazkia, Insya Allah, Helvy Tiana Rossa segera menyusul.

    BalasHapus
  10. peninggalan yg harus dilestarikan.

    BalasHapus
  11. @ Sang Cerpenis bercerita, setuju mbak Fanny.
    @ Distance Learning, terimakasih.

    BalasHapus
  12. Hmmmm...............jadi bangga ni tergolong orang palembang.
    Mampir ya semuanyaaaaaaa.........

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday