Home » » Nasib Naskah Kuno Nusantara

Nasib Naskah Kuno Nusantara

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 28 Juli 2009 | Juli 28, 2009

Mungkin anda pernah berkunjung ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Jakarta? Hingga kini terdapat 10 ribu lebih naskah kuno yang ada di Perpusnas. Jumlah sebanyak itu sebenarnya hanya segelintir dibanding ratusan ribu naskah lainnya yang entah di mana rimbanya kini. 

Menurut sejarah dan bukti-bukti yang ada, sebahagian besar naskah kuno nusantara diangkut ke negeri Belanda oleh penguasa Hindia Belanda pada abad ke-17 dan 18. Yang mengenaskan, ratusan naskah kuno yang dibawa Belanda itu membuktikan nusantara adalah tempat kediaman peradaban besar di zaman lampau yaitu peradaban tinggi Lumeria yang terkenal itu. Jauh berabad-abad sebelum Majapahit dan Sriwijaya berdiri.


Naskah-naskah kuno warisan nenek moyang bangsa Indonesia dan memiliki nilai berharga itu disimpan di tempat khusus di Perpusnas, Tujuannya agar
naskah aslinya yang terbuat dari daun lontar, kulit kayu atau kertas yang sudah berumur ratusan tahun itu tidak rusak. Ribuan manuskrip penting itu berisi soal ramalan-ramalan, nasihat, budaya, sastra dan lainnya, baik menggunakan huruf Batak, Melayu, Jawa kuno, Sunda kuno, Bugis, Sansekerta maupun Belanda. Namun sayang, dari 10 ribu naskah itu ternyata hanya sekitar 100 naskah kuno yang sudah diteliti.

Sebenarnya di berbagai daerah di tanah air masih banyak naskah kuno dipegang oleh masyarakat. Masih banyak masyarakat yang enggan menyerahkan naskah kuno kepada Perpusnas, karena mereka beranggapan naskah yang dipegangnya itu adalah jimat. Suburnya mitos di tengah masyarakat mengenai keampuhan naskah-naskah kuno yang disimpannya, membuat mereka enggan untuk menyerahkannya ke pepustakaan nasional. Lagipula proses untuk mengambil naskah kuno itu harus melalui proses ritual-ritual dan izin dari pihak kerajaan setempat.

Seharusnya pihak Perpusnas dan instansi terkait lainnya harus melakukan pengawasan dan penarikan agar naskah-naskah kuno itu tidak hilang, sehingga masih ada nilai-nilai sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang bisa dipelajari dengan baik. Penarikan naskah-naskah kuno yang berada di tengah masyarakat harus dilakukan secara persuasif oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI agar tidak menimbulkan masalah. Salah satu cara agar naskah-naskah kuno itu tidak hilang, Perpusnas harus meminta duplikatnya melalui foto digital, sehingga nantinya bisa dicetak dan kemudian diteliti isi materinya. Banyak naskah kuno yang ada di Perpusnas yang belum diteliti dan dikaji, padahal kandungannya penting diketahui oleh masyarakat.

Salah satu jalan keluar yang pernah ditawarkan oleh beberapa ahli, Perpusnas bersama peneliti, pengkaji naskah dan lainnya perlu segera menerbitkan naskah kuno yang masih menggunakan bahasa Jawa kuno, Batak, Sansekerta, Belanda, Arab kuno, Bugis, Sunda dan Melayu. Untuk mendukung program penyelamatan naskah-naskah kuno itu Perpusnas sudah selayaknya memberikan penghargaan kepada para peneliti dan pengkaji naskah yang telah merampungkan penelitiannya, salah satunya bisa berupa pemberian honor yang pantas sesuai dengan jerih payah dan prestasi peneliti atau penelaah naskah.

Naskah-naskah kuno yang tersimpan di Perpusnas harus segera diselamatkan melalui proses terjemahan (transkrip) dan transliterasi oleh para peneliti, yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku. Selama ini bahkan ada naskah kuno yang diperdagangkan ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura, terutama naskah kuno Melayu. Terjemahan naskah kuno melalui penerbitan buku sangat bermanfaat agar agar anak-anak bangsa di zaman sekarang dapat bergairah membaca naskah kuno.

Materi-materi yang terkandung dalam naskah-naskah kuno merupakan karya sastra. Untuk mempopulerkannya di tengah masyarakat harus direncanakan penerbitan karya adaptasinya. Karya adaptasi adalah pengalihan bentuk dan pengolahan kembali sebuah karya sastra agar lebih sesuai dengan kalangan pembaca tertentu dalam memperhatikan unsur lingkungan dan budaya. Kadang-kadang karya adaptasi lebih hidup dibandingkan karya aslinya. Mungkin ada baiknya bila naskah-naskah kuno yang ada diadaptasi dalam bentuk roman atau cerita anak-anak, sehingga menarik minat generasi muda.

Share this article :

8 komentar:

  1. Assalamualaiku..sastra.
    Sangat ironis sekali ya nasib sastra kuno . padahal sebuah karya sastra yg sangat mahal harga ide kreatif para pujangganya.semoga nasib sastra kuno terselamatkan agar terawat dan bermanfaat bagi kita semua.khuhsusnya pecinta seni dan sastra..salam sastra selalu.

    BalasHapus
  2. Setuju, naskah-naskah Kunbo di Nusantara ini perlu diselamatkan. Banyak memang yang sudah dipindahkan secara digital, tapi cabikan naskah itu sendiri tentu harus diselamatkan. Tulisan mantap van. Terimakasih sudah menyebarkannya disini.

    BalasHapus
  3. salam sobat,,semakin malang nasib yang kuno-kuno kalau tidak diperhatikan mulai dari sekarang..ya termasuk naskah kuno ini,,juga yang lainnya di negara kita.

    BalasHapus
  4. Sahabat ..ada award untukmu ,diambil ya..trimakasih.

    BalasHapus
  5. yup setuju.. naskah kuno merrupakan rekam jejak bangsa kita ini..

    BalasHapus
  6. @ ateh75, waalaikumusalam. Semoga artikel ini dapat menggugah kita semua agar menjaga kelestarian warisan nenek moyang termasuk naskah kuno. Terimakasih awardnya, mbak.
    @ Newsoul, ya kewajiban anak2 bangsa menyebarkannya, bunda.
    @ NURA, naskah kuno hanya salah satu contoh. Mungkin masih banyak warisan leluhur lainnya yg mengalami nasib serupa ya.
    @ jaloee, saya bersyukur bisa mempostingnya di sini. Semoga menjadi bahan renungan dan kemudian menjadi aksi kita bersanma menjaga segala aset budaya.

    BalasHapus
  7. Kita emang lagi sulit menerima seni kita... tapi selalu optimis dan usaha, nanti juga dapet hasil yang bagus...

    BalasHapus
  8. pam_hinu@yahoo.frSelasa, Oktober 19, 2010

    Antara lain, penyelamatan dan pelestarian agar anak muda memahami betapa kayanya bangsa Indonesia ini adalah dengan membuat terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dan menerbitkannya. Kalau tidak diterbitkan dan disebar di masyarakat umum, percuma saja. Naskah hasil terjemahan hanya bakal jadi penghuni museum atau perpusnas saja.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday