Home » » Seni yang Komplit dari Motinggo Busye

Seni yang Komplit dari Motinggo Busye

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 06 Juli 2009 | Juli 06, 2009


Ia adalah novelis, dramawan, sutradara film, penyair, pelukis bahkan pecandu musik dan banyak cabang seni lainnya. Itu yang menjadikannya sebagai salah seorang seniman paling komplit yang pernah dimiliki Indonesia. Motinggo Busye lahir di Kupangkota, Lampung, pada tanggal 21 November 1937. Ia telah menulis lebih dari 200 buku. 

Menamatkan SMA di Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tapi tidak tamat. Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961-1964) dan Ketua II Koperasi Seniman Indonesia. Pada paruh pertama tahun 1970-an Motinggo menyutradarai beberapa film.
Lebih 200 karyanya pernah menghipnotis dunia di antaranya Malam Jahanam (novel, 1962), Badai Sampai Sore (drama, 1962), Tidak Menyerah (novel, 1963), Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963), Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963), Dosa Kita Semua (novel, 1963), Dia Musuh Keluarga (novel, 1968), Sanu, Infita Kembar (novel, 1985), Madu Prahara (novel, 1985), dan Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990).
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Korea, Cina, dan Jepang. 

Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair Asia (1986) dan antologi penyair dunia (1990). Seniman besar ini tutup usia pada tanggal 18 Juni 1999 di Jakarta. Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, "Nasehat buat Anakku", mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962.

Menelisik karya-karya Motinggo seolah kita menyelam di dasar laut. Yang tampak mungkin hanya karang dan ikan-ikan yang sehari-hari terdapat juga di darat. Tapi keasyikan menikmati karya-karyanya itulah yang sering membuat kita lupa bahwa sedang berada di dasar laut yang dalam. Seni harus membuat penikmatnya menjadi asyik sambil belajar. Mungkin itu filosofinya. Dan Motinggo melakukannya di ranah seni hingga ajal menghentikannya berkarya pada usia 61 tahun. Penulis sangat beruntung bisa menemukan sebuah puisi terakhir yang ditulisnya sebelum wafat pada 1999.


Merasuk Malam

Saatnya tiba untuk berbisik perlahan
pada Tuhan
aku sudah siap tapi ingin
tahu
bilakah saat diriku
Kau ambil
Agar kurasakan nikmat maut
menjemput
dalam terang tanpa berkabut
dan inilah kata ketika
aku merasuk dalam malam
sulit tidur adalah kebiasaan setelah tua
tapi sungguh tak ada takutku pada
maut
hari-hari ini tiba untuk berbisik
perlahan
membujuk Engkau untuk
memberitahuku
soal yang penting itu
aku ingin mengalaminya sendiri
dan menikmati mati
sehingga menjadi indah
tanpa cadar
dan ketika itu tiada pemberontakan
kecuali suka
sama suka

1999

Puisi terakhirnya sebagaimana film, drama, lukisan, novel dan apapun yang ditinggalkannya menjadi pusara-pusara yang patut untuk selalu dikunjungi. Karya-karyanya masih terlalu tangguh untuk dijajal sehingga Motinggo Busye telah disejajarkan dengan seniman-seniman dunia lainnya. 

Penulis justru khawatir sebab pernah ada kejadian memalukan. Pernah seorang anak sekolah di Prancis bertanya tentang novel-novel Motinggo Busye kepada seorang mahasiswa Indonesia. Sang mahasiswa garuk-garuk kepala lantaran nama Motinggo Busye saja baru kali itu dia dengar.






Share this article :

7 komentar:

  1. Wah..Motingge busye,sastrawan yg aku kagumi juga .makasih Mas Ivan sudah ditampilin ,saya jadi tahu profil nya Motingge busye nih lewat tulisanya Mas Ivan ...

    BalasHapus
  2. Saya juga pengagum Motinggo Boesye. Satu hal yang saya ingat sekali dari karya-karya beliau, bahwa di era tuanya tulisannya jauh lebih bijak dan lebih agamis. Tetapi, meski dalam masa mudanya karyanya tergolong vulgar (menurut saya)itu sangat memperlihatkan pengembaraan jiwa dengan kualitas seni yang sangat mantap dari dirinya. Dia seniman yang hebat. Terimakasih van sudah menghadirkan beliau di blog ini.

    BalasHapus
  3. Tiap kali kesini, saya di suguhkan dengan cerita baru para sastrawan lama. Makasih kawan...

    Oh ya, Buya Hamka dah di tampilin belum?

    BalasHapus
  4. yup Motinggo Busye emang penulis handal

    BalasHapus
  5. @ ateh75, terimakasih balik telah mampir membaca. Jangan pernah bosan ya mbak selalu mampir.
    @ Newsoul, salah seorang tante saya juga penggemar beratnya. Sebenarnya tante saya yg minta nulis ttg Motinggo.
    @ anazkia, Buya Hamka pada edisi setelah ini. Punya saran lagi? Silahkan saja anazkia.
    @ attayaya, ya dan attayaya juga adalah seorang blogger hebat. He he swear lho..thanks ya.

    BalasHapus
  6. novel pertama saya baca kelas 4 sd karangan beliau, baru la rose dan trilogi ahmad tohari sampai sekarang saya masih penasaran judul judul lin karya beliau

    BalasHapus
  7. terima kasih..
    kunjungi juga http://wisatateater.blogspot.com/

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday