Home » » Mistikus Cinta Jalaluddin Rumi

Mistikus Cinta Jalaluddin Rumi

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 01 Agustus 2009 | Agustus 01, 2009


"jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku." kata Jalaluddin Rumi dalam salah satu karyanya. 

Konsep pemahaman Rumi menyatakan bahwa dunia hanya mungkin digapai lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Penyair sufi terkemuka sepanjang masa ini lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Masehi. Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal berjudul al-Matsnawi al-Maknawi, sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang pada masa itu kehilangan kekuatannya. Isinya juga mengoreksi filsafat yang cenderung mengkultuskan rasio. Rumi selalu memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Namun bukan puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide. Beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai ma'rifat.

Rum bukan sekadar penyair. Ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah atau Jalaliyah, sebuah tarekat yang berpusat di Turki. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H Rumi menutup usia. Dengan cinta, Rumi menghadap Tuhan. Sebagaimana yang dia ungkapkan dalam salah satu syairnya:

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;
"Kepada Nya, kita semua akan kembali"
Share this article :

17 komentar:

  1. Mistikus Cinta Jalaluddin Rumi, memang indah juga penuh makna. Hal yang saya suka, dia (Rumi) menyebarkan cintaNya dengan agung, melintasi berbagai dimensi tapi begitu mengena meski tanpa menurunkan secuil ayat dan hadist. Terimakasih sudah merekam jejak hebatnya disini van.

    BalasHapus
  2. Bergetar rasanya hati ini membaca puisi nya itu..hanya kata 2 luar biasa untuk Jalaludin Rumi.
    Terimakasih rekam jejaknya tentang beliau..saya jadi tahu profilnya..salam sastra.

    BalasHapus
  3. wah, unik sekali ya Jalaluddin ini.

    BalasHapus
  4. wahh...baru tau saya..selama ini yang saya tau khahlil gibran doang.makasih yach infonya

    BalasHapus
  5. ..dunia hanya mungkin digapai lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik...kata2 yang indah!

    BalasHapus
  6. salam sobat,,nice info,,RUMI bukan hanya penyair tapi tokoh sufi juga ya,,teryata.

    BalasHapus
  7. idola saya tuh, thx bngt udah di post

    BalasHapus
  8. * Newsoul @CintaNya yg Agung,.. benar bunda Elly.
    * ateh75 @Udah sembuh batuk2nya nih mbak? Syukur Alhamdulillah.
    * Sang Cerpenis bercerita @Setiap penulis memiliki ciri khas masing2. Juga keunikan. Semisal mbak Fanny, kekhasannya tuh nampak banget dalam setiap tulisan terutama cerpen.
    * yuni @Sengaja saya review sosok Rumi sebab namanya kurang dikenal di kalangan pencinta sastra islam. Terimakasih mbak ya..
    * Fanda @..he he..ya mistikus cinta banget tuh..
    * NURA @ Terimakasih untuk apresiasinya sobat. Salam Budaya.
    * mas doyok @ Oh ya ternyata idola mas Doyok nih rupanya. Hebat.Saya jadi takut sendiri lho siapa tahu gak hati2 cara saya mereview sosok Rumi.

    BalasHapus
  9. Jalaludin Rumi..jadi penasaran nih dengan beliau..

    BalasHapus
  10. makasih mas......jadi tahu neh ssalah satu karyanya....
    hhhmmm karyanya butuh di pikir secara mendalam neh....siiiip mas....

    BalasHapus
  11. pa kabar temen2? coba jalan2 setelah off beberapa hari.

    uhuk2.... batuk ne. maap bknnya mau nularin.

    maap baru mampir

    BalasHapus
  12. pa kabar temen2? coba jalan2 setelah off beberapa hari.

    uhuk2.... batuk ne. maap bknnya mau nularin.

    maap baru mampir

    BalasHapus
  13. duch sastrawan abad 21 nih kayaknya, salut dech, salam aja ya, jgn lupa kunjungannya. thanks.

    BalasHapus
  14. ditempatku juga mampir ya sobat.... jadi pengen dengar bahasanya ditempatku...

    BalasHapus
  15. salam tabik untuk Jalaluddin Rumi

    BalasHapus
  16. hakekat manusia kerap melupakan sang pecipta, cinta dunia hingga lupa diri bahkan tak tahu apa dan siapa sesungguhnya dirinya. subhanallah…., semoga kita tetap dalam Iman dan taqwa kepada Allah SWT. Amin.

    salam takjub,
    ^_^

    BalasHapus
  17. saya suka karya Jalaluddin Rumi meski sedikit sekali yang saya tahu. Diantaranya lewat buku "Akulah Angin Engkaulah Api" ... trims, Van ...

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday