Home » » Pelukis Kata Bernama Frans Nadjira

Pelukis Kata Bernama Frans Nadjira

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 05 Agustus 2009 | Agustus 05, 2009


Sejak pertama kali membaca karyanya di radio, diam-diam saya menjulukinya pelukis kata. Dia memang seorang pelukis sekaligus penyair dan cerpenis. Frans Nadjira namanya. 

Dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan, 3 September 1942. Konon di masa kecil, Frans mengambil kartu pos bergambar Rembrant dan Vincent van Gogh dari kotak surat seorang Belanda, ia juga menemukan reproduksi lukisan Wassily Kandinsky di tong sampah

Karya-karya maestro dunia itu, secara tanpa sadar telah membawa Frans mencintai seni lukis dan mendorongnya bersekolah di Akademi Seni Lukis Indonesia (ASLI) Makassar selama setahun. Kemudian ia merantau ke Kalimantan Utara, Filipina sebagai buruh dan pelaut, serta mendalami seni lukis dan sastra. 

Pada tahun 1974 ia pindah ke Denpasar, Bali sebagai pelukis dan memilih metoda seni lukis otomatis (psikografi) yang ditekuni hingga sekarang sekaligus melakukan berbagai kegiatan pengembangan sastra di Bali.

Karya-karyanya beterbangan ke banyak media seperti Horison, Sinar Harapan, Berita Buana, Kesenian, Zaman, Bali Post, AIA News (Australia), Muriara, CAK dan lain-lain. Juga dalam antologi Terminal Laut Biru Langit Biru, Puisi ASEAN, The Spirit That Moves Us (USA), Tonggak, On Foreign Shores, Ketika Kata Ketika Warna, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning, Springs of Fire Springs of Tears, Horison Sastra Indonesia, Jendela Jadikan Sajak dan beberapa buku apresiasi sastra Indonesia.

“Lukisan lahir dari kekuatan kosmik lewat tangan pelukis”, kata Frans di suatu hari. Sebagaimana cabang seni yang lain maka puisi, prosa dan sebagainya adalah artefak-artefak yang menandai sebuah peradaban. Karya Frans dapat disebut sebagai salah satu artefak penting yang masih akan digali oleh generasi-generasi mendatang. Cuplikan dari salah satu cerpennya berikut ini mungkin bisa lebih mempertegas tentang Frans Nadjira yang melukis kata dengan ribuan warna.

Bercakap-cakap Di Bawah Guguran Daun-daun
Sekali waktu seseorang ingin kembali ke masa kanak-kanaknya. Bermain di dalam hujan dan keluar dari kerepotan hidup sehari-hari.


Sahabatku, seorang pelukis yang punya wawasan puisi dalam karya-karyanya, berlari-lari memandang ke bintang -bintang malam hari di sebuah taman sambil bercakap-cakap tentang soal-soal kesenian. Atau tentang adanya kenyataan yang paling sulit diterima, datangnya saat kematian. Yang dilewati manusia secara bergiliran seperti melewati tiang-tiang kilometer dalam satu perjalanan. Kemudian menari dan melompat-lompat dengan girang sambil menangkapi daun-daun yang gugur. Lihat, angin melucuti dedaunan dan awan hitam yang bergerak seperti berderak di atas menara gereja tua itu.


Kehidupan yang polos. Seperti yang pernah kami lakukan berbaring di rerumputan dikelilingi anak-anak yang barangkali menganggap kami korban kecelakaan.(nukilan dari salah satu cerpen Frans Nadjira)
Share this article :

19 komentar:

  1. Makasih atas awardnya.. maap bariu saya posting... makasih juga atas kunjungannya... met pagy...

    BalasHapus
  2. met pagi azarre. thanks ya. jangan pernah bosan ke rumahku yg sedrhana ini.

    BalasHapus
  3. pagiiiiiiii!!!!!

    mmm ella baru tau nih ma frans nadjira....belum pernah denger sebelumnya hehhheh.....

    makasih infonya

    BalasHapus
  4. met pagi Van,.... semoga Rahmat dan Semangat senantiasa menyertai.

    Frans Nadjira,... Aku baru denger. Makasih yah.

    BalasHapus
  5. wah ada jugag yah pelukis kata....hebat banget seniman emang luas sekarang yah....gag hanya lukis n nyanyi...ada banyak lage drama, pantomim, panyair, dll

    BalasHapus
  6. Selamat tinggal mas Ivan .Mohon maaf lahir dan batin . Terimakasih ya sudah bersedia kutitipkan gubuk blogku.Doaku disana selalu menyertaimu...amiin.

    BalasHapus
  7. wah, melukis kata ya? emang asik kok melukis dg kata.

    BalasHapus
  8. Rekam jejak yang mantap van. Terimakasih sudah menuliskannya disini. Saya juga baru tau sosok hebat beliau darisini. Bravo van.

    BalasHapus
  9. Berkunjungg...
    hiihihi..yuni br tw ttg ini..
    apa dia termasuk org yg terkemuka d daerah itu.. ^^

    BalasHapus
  10. salam sobat,,,waallaikuummsaallaam ,trims kunjungannya ke ALJUBAIL.S.A.

    karya pelukis kata Frans Nadjira,,saya suka,"terminal laut biru"

    BalasHapus
  11. maestro sejati , bukan hanya membuat sebuah karya, tetapi juga memberi inspirasi pd penikmatnya yg mungkin suatu saat akan jd maestro2 berikutnya
    hope to see you around my blog soon

    BalasHapus
  12. weh nukilannya keren juga ternyata... beneran.. ivan suka yg jadullsss hahahaha

    BalasHapus
  13. ngemeng2 gak usah diam2 ah julukinnya... tereak2 juga gpp..

    BalasHapus
  14. baru bisa mampir mas ;) makasih info terbarunya

    BalasHapus
  15. Istilah yang menarik "Pelukis Kata" ^_^
    Seniman memang akan selalu dikenang karena karyanya. Tapi baru sekali ini aku mendengar tentang Frans Nadjira. Apa karena dia low profile atau memang publikasinya yang kurang ya?

    BalasHapus
  16. wahh, senang sekali bisa mengenal sosok pelukis kata, thank ya sobat, jgn lupa ada yg bari neh.salam.

    BalasHapus
  17. @ Susy Ella,..padahal saya juga baru kenal namanya 3 tahun lalu he he..
    @ Seti@wan Dirgant@Ra, doa yg sama untuk bapak. Amin.
    @ ^^haqie, iya ya, banyak banget sob..
    @ ateh75, doa kami menyertai mbak Ateh sekeluarga. Selamat jalan ya mbak. Semoga kembali lagi ke tanah air dg selamat dan bisa ngeblog lagi.
    @ Sang Cerpenis bercerita, sama halnya dg yg dilakukan oleh mbak Fanny selama ini kan?
    @ Newsoul, terimakasih bunda. Yg mantap tetap bunda dong.
    @ yuni.fyi, dia salah satu yg terkemuka di Bali sekarang.
    @ mel, thanks sobat. Ya sepakat.
    @ ducky, he he kalo tereak2 ntar tetangga bangun semua tuh hi hi..
    @ rezKY p-RA-tama, Insya Allah saya akan tambah posting replika lukisannya Frans Nadjira, bro.
    @ Awal Sholeh, makasih ya dg kunjungan rutinnya sobat.
    @ Perempuan Rumahan, dia mungkin low profile kali ya. Publikasi sangat gencar tapi di sekolah menengah banyak tokoh penulis kita tidak diperkenalkan dalam kurikulum bahasa dan sastra.
    @ Patahati, saya tidak akan lupa sobat. Postinganmu yg baru selalu membuatku kangen ke rumahmu.
    @ Joni-Joni-Joni, nah ini dia nih si joni pelukis kata kit ayg masih belia tapi hebat lho.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday