Home » » Gus Mus, Kiai Puisi

Gus Mus, Kiai Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 03 September 2009 | September 03, 2009


Gus Mus, termasuk kiai langka. Ia juga sekaligus penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim. Pernah dalam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kiai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu membaca puisi pendeknya: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.” Gus Mus termasuk produktif menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992). Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesia” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia”. Buku yang berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia.

Kiai ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. KH. A. Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944) adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang. Ia juga penulis kolom yang sangat familiar di kalangan sastrawan.

Sejak masa remaja, saat masih nyantri di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Pameran lukisan Gus Mus pada tahun 1998, berupa 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Kiai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah menulis ratusan sajak yang lau dihimpun dalam lima buku antologi puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).

Seperti kebanyakan kiai lainnya, Mustofa aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.

Gus Mus, potret kiai langka di Indonesia. Bukan karena ia kiai yang perokok berat namun karena bisa dihitung dengan jari, kiai yang bisa menyamainya sebagai ulama sekaligus budayawan.



referensi: http://www.gusmus.net/page.php

Share this article :

18 komentar:

  1. Assalamualaikum...tok..tok udah pulang belum ya dari lari pagi..

    BalasHapus
  2. eh..ternyata masih sepi nih,panglaris dong hehe..

    BalasHapus
  3. Gus Mus cocok sekali dengan sebutan kiyai puisi ,beliau memang luar biasa,dan beliau pun termasuk sahabat Hizboel wathony...jejak rekam yg sempurna ,tentang budayawan yg religius...

    BalasHapus
  4. lama juga nunggu yg lari pagi...pulang aja deh

    *wassalam...

    BalasHapus
  5. jadi nambah lagi ilmuku. terima kasih bang.. tapi apa Gus Mus masih satu keluarga sama Gus Dur yach??

    BalasHapus
  6. keren kak reviewnya.. mudah2an gus Mus terus berkarya demi Indonesia.

    Sukses terus ya kak.. semangat.... Makasih dah sharing :)

    Sharing Tips

    BalasHapus
  7. Gus hanya sebutan dari keluarga para kiyai2 ,dan panggilan untuk para putra kiyai tersebut.khususnya dijawa.Gus mus dan Gus dur tidak satu keluarga...itu yg saya tahu..he..he ,kok saya yg jawab,

    tadi mau pulang eh ada tamu ,jadi saya tunda dulu deh pulangnya...yg punya rumah nya masih lari pagi,nyasar kali ya..kok lama banget...

    BalasHapus
  8. Gus Mus punya profesi lengkap ya. Terimakasih sudah merekam jejak beliau disini van. Nice posting.

    BalasHapus
  9. nambah ilmu lagi ne...
    salam mas...

    BalasHapus
  10. Gus Mus...kiyai yang me 'nyastra'..
    indahnyaaa...

    BalasHapus
  11. Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
    I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll

    BalasHapus
  12. siang ini bandung panaaaaaaaaaasss sekali

    BalasHapus
  13. Selamat sore sobat,...
    Saya semakin banyak mengenal tokoh dari postingan rekam jejak disini.
    makasih sobat.

    BalasHapus
  14. kyai yang budayawan itu emang susah dicari

    BalasHapus
  15. Seorang kiai sekaligus budayawan... emang gabungan profesi yg langka dan unik...

    BalasHapus
  16. Kyai dan budayawan jadi komplit, ya. Bagaimana dengan Taufik Ismail dan Emha Ainun Nadjib? Mereka juga budayawan religius ... (tanpa gelar kyai 'kali ya) Saya suka karya mereka berdua. Sedangkan karya Gus Mus, tidak banyak yang saya tahu.
    Nah, berkat tulisannya mas Ivan, saya jadi tahu nih. Trims ya ...

    BalasHapus
  17. nambah pengetahuan...trimakasih

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday