Home » » Puisi-Puisi Cak Nun

Puisi-Puisi Cak Nun

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 09 September 2009 | September 09, 2009


Cak Nun, dia masih sebuah oase. Puisi-puisinya tak pernah tidur di Indonesia. Ada yang menyebutnya kyai. Lebih banyak lagi yang meyakininya sebagai satu-satunya penyair tanah air dengan karya-karya islami yang masih bertahan. Puisi-puisi yang berisi dari Cak Nun tetap terdepan di pelataran karya seniman dan budayawan Islam di negeri ini.

ANTARA TIGA KOTA

di yogya aku lelap tertidur
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk

kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu

kemanakah harus juhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga

surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya

kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

BEGITU ENGKAU BERSUJUD

Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah

Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid

1987

DARI BENTANGAN LANGIT

Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

    Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,

            1997

KITA MASUKI PASAR RIBA

Kita pasar riba
Medan perang keserakahan
Seperti ikan dalam air tenggelam

Tak bisa ambil jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta

Bernapas air
Makan minum air
Darah riba mengalir

Kita masuki pasar riba
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan

Telanjur jadi uang recehan
Dari putaran riba politik dan ekonomi
Sistem yang membunuh sebelum mati

Siapakah kita ?
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama

Tegantung kepentingannya apa
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa

1987


DITANYAKAN KEPADANYA

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia

Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia

Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia

Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia

Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia

1988
Share this article :

55 komentar:

  1. loading...

    oke juga puisi2nya cak nun
    saya iri ama orang2 yg pinter bmain kata

    BalasHapus
  2. kalo ga salah cak nun ini pernah kolaborasi dengan iwan fals di *sholawat* bener nggak Daeng :D

    BalasHapus
  3. hihi.. kedua dan ketiga gpp deh...

    BalasHapus
  4. Caknun budayawan muslim yg tangguh,semoga puisi2nya selalu membangunkan kita..

    * wah udah lari2 dari FB ,eh dapet kursi keempat ..ga apa2 deh.yng jejak rekam yg sempurna seperti biasa ..siiip.

    BalasHapus
  5. Aku dan suami suka sekali dg puisi-2 Cak Nun..!!
    Dia sangat pandai memainkan kata... Hebat... !!

    BalasHapus
  6. Sungguh indah kata2 yang dgunakan begitupula maknanya :)

    BalasHapus
  7. pinter ya cak nun...
    pinter bikin puisi, pinter nyanyi, pinter bikin org terpesona dgn kata2nya saat ber'tausiah;, ahh..pinter juga cari istri. :))

    BalasHapus
  8. loading...loading..loadiing..


    masih loading..

    ga ngertii hiks..

    terllau berat bahasanya bagi diriku ini ..
    hhehhhheh

    BalasHapus
  9. cak nun yang telah menolong masyarakat korban lumpur porong.
    mempertemukan mereka dengan keluarga bakrie.
    salut untuk cak nun

    BalasHapus
  10. Puisi nyantri ala pimpinan kyai Kanjeng ini memang maknyus. Rekam jejak yang mantap van.

    BalasHapus
  11. Pipit- sama, aku juga sering iri kpd Cak Nun.

    Bunda Sasha- Entah, bunda. Aku sendiri belum pernah dengar itu.

    latifah -selamat ya mbak, keempat. aku udah masuk grup Hizboel di FB. Keren.

    Reni -puisi2nya sewaktu muda juga romantis kan, mbak?

    BalasHapus
  12. Hani Hizboel -udah sembuh nih..?Alhamdulillah.

    AISHALIFE-LINE -ya, bagiku agak sulit menulis seperti beliau.

    Tisti Rabbani -pengen belajar ah kpd beliau, gimana cara cari istri.

    BalasHapus
  13. Sang Cerpenis -sepakat.

    Susy Ella-he he, sama dg aku..

    attayaya -Subhanallah..

    Newsoul -Terimakasih bunda. Oh ya baru2 dari FB nih?

    BalasHapus
  14. sang budayawan selalu membuat karya besarnya yaa... hebat,

    cuma orang hebat aja yang bisa begitu..

    BalasHapus
  15. Duuuh, makasih ya, sudah ngupas tentang Cak Nun. Sedari SD saya suka puisi-puisinya. Jadi ingat, dulu kelas 5 SD saya baca puisi "Doa Untuk Hari Esok Kami" karya beliau. Ingat terus sampai sekarang.
    Tulisan2nya selalu membuat kita merenung dan bercermin ...
    Apapun, terima kasih Ivan ..

    BalasHapus
  16. BrenciA KerenS-sebenarnya semua manusia itu hebat. Tergantung niat dan aksinya sendiri. Thanks, bunda.

    annie-cermin yg mencerahkan.

    BalasHapus
  17. Mampir setelah sahur..pasti di bulukumba udah pada sholat subuh ya..

    *Selamat menjalani puasa di hari ke 21..

    BalasHapus
  18. Ya nih mbak Ateh. Thanks, selamat beribadah juga di hari puasa ke-21.

    BalasHapus
  19. Setiap puisi Cak Nun sarat makna dan pesan...trims ya aku dapat menikmati puisi yg indah ini

    Salam

    BalasHapus
  20. Suka ama budayawan cak nun pisan yak.... emang pinter sangad tu cak nun jika berpuitis2 ria untuk saling mengingaktan kepada kebaikan :D

    BalasHapus
  21. whew.. kita masuk ke pasar riba...

    kiri dosa kanan dusta... masya Allah..

    puisi cak nun emang..TOP

    met puasa ya van... :)

    BalasHapus
  22. wah, pasti cape abis road show ya. bener nih mo married? masih muda kok.

    BalasHapus
  23. salam bahagia, caknur memang termasyuk penyair Islam yang pupuler dan berkualitas

    BalasHapus
  24. Cak nun sungguh budayawan sejati dan juga sederhana dan bersahaja saya mengenal cak nun langsung via sahabat ku Yusron yang juga adik kandung cak nun yang sekarang tinggal di surabaya.sungguh patut di teladani orang seperti cak nun apa yang dia ucapkan dia lakukan apa yang dia sarankan itu juga dia lakukan.salut nice posting sob.

    BalasHapus
  25. Subhanallah.. puisi dengan rasa penghambaan yang dalam. Kapan yah aku bisa nulis puisi kayak beliau...??? hehehe.. ini mah mimpi kali ye...

    BalasHapus
  26. salam sobat
    bagus ya,,puisi Cak Nun,,saya baru tahu ,,karena baca artikel mas IVAN
    trims infonya.

    BalasHapus
  27. Cak Nun, Kita sangat kagum kepadamu..
    Kagum dengan syair-syair indahmu..
    Kagum dengan segala apa yang telah engkau ciptakan..
    Kagum dengan suara merdumu ketika engkau melantunkan lirik sholawat dengan pujian-pujiannya..

    Poko'e njenengan 'is the best' buat kita semua.. !

    Salam super by :
    'PERGURUAN PENCAK SILAT ASTO JIWO' Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Indonesia Raya'

    BalasHapus
  28. Salam

    Saya suka karya2 Cak Nun..

    BalasHapus
  29. tak terasa ku meneteskan air mata...saat membacanya..caknun kau juga bagaikan air zamzam di samudera comberan.

    BalasHapus
  30. aku suka yang judulnya "BEGITU ENGKAU BERSUJUD" syair nya bagus sekali :")

    BalasHapus
  31. terima kasih banyak karena telah menyajikan berbagai informasi yang sangat menarik..

    BalasHapus
  32. dengan membaca kita bisa belajar dan mengetahui hal-hal baru yang terjadi ..
    terimkasih atas artikelnya kawan :)

    BalasHapus
  33. situs ini memberikan informasi yang bagus sekali dan berguna ..

    BalasHapus
  34. artikelnya sangat menarik untuk dibaca dan bermanfaat ...

    BalasHapus
  35. terimakasih atas informasinya .... menarik sekali pembahasannya ,
    ditunggu kembali artikel terbarunya

    BalasHapus
  36. trimakasih untuk informasinya baik untuk di simak dan
    bermanfaat untuk semua khusus nya nmenjadi motivasi untuk ane ..

    BalasHapus
  37. sungguh tak ku sangka blog ini memang keren banget, thank you ..

    BalasHapus
  38. terima kasih sudah berbagi informasi pada kami, semoga website ini bermanfaat untuk semuanya :)

    BalasHapus
  39. terimakasih atas beritanya.
    infonya sangat bagus sekali,
    terimakasih banyak ya,.

    BalasHapus

  40. Semoga kesuksesan selalu ada pada anda dan kita semua. Semakin maju dalam karir, tetap berjuang mencapai cita-cita dan selalu berbagi ilmu yang bermanfaat.

    BalasHapus

  41. siapapun yg kamu beri untuk membantu yg membutuhkan,tak akan hilang.semua pasti dicatat oleh tuhan,dan untukmu telah disiapkan balasan..tanks ka" admin untuk kerelaan-nya berbagi..

    BalasHapus

  42. Jangan mengerjakan sesuatu dengan setengah hati, karena hasil yang kamu dapat juga hanya akan setengahnya.terus semangat ka" berikan yg terbaik dan setulus hati..

    BalasHapus
  43. terima kasih pak admin telah menghadirkan informasi dan berita yg bermanfaat,semoga dengan sering di updated akan menjadikan website ini lebih bermanfaat lagi bagi pengunjung..

    BalasHapus
  44. artikelnya memberikan manfaat. terimakasih . sukses terus ya . salam sehat ...

    BalasHapus
  45. Makasih ya untuk informasi yang bermanfaatnya, kami tunggu informasi bermanfaat lainnya :)

    BalasHapus
  46. selamat sore !!! izin menyimak artikel agan yah, semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  47. kami sangat senang berkunjung ke website anda pak, beritanya sangat menarik . . . . . .

    BalasHapus
  48. Terimaksih banyak atas informasinya..sukses selalu untuk info beserta websitenya....

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday