Home » » Sekedar Catatan Dari Cross Culture Fest 2009

Sekedar Catatan Dari Cross Culture Fest 2009

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 17 Oktober 2009 | Oktober 17, 2009


Sebuah pertemuan budaya secara massif dipertontonkan secara memukau di Cross Culture Fest 2009, sebuah perhelatan seni budaya yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Surabaya di Galaxy Exhibitions Centre, Galaxy Mall, Surabaya. Pembukaan pada Kamis 15 Oktober dijadikan momentum manis bagi majemuknya beragam etnik kebudayaan antar bangsa.

Satu persatu seni tari, musik etnis dan seni tradisi disajikan dan terbukti mampu menjadi salah satu perekat antar budaya dunia. Suguhan seni tari yang terangkai dalam sebuah komposisi medley bertajuk Etnik Bersatu dipersembahkan oleh Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatara Utara. 

Tarian etnik bersatu yang mengelaborasikan ragam etnik di Sumatera Utara, amat terasa menguat saat kurang lebih delapan belas orang penari laki-laki dan perempuan asal Serdang Bedagai menyajikan ragam gerak tari bernuansa Melayu, Karo, Simalungun, Tapanuli Selatan dan Batak Toba.
Para penari dari Serdang Bedagai seolah bercerita tentang kekayaan seni etnik, khususnya tarian asal tanah Sumatera Utara yang sampai sekarang ini tetap hidup di tengah-tengah komunitas masyarakat pendukungnya.

Seniman musik etnis, Charlie Eagles asal Ekuador tampil memukau di atas panggung dengan mengusung komposisi berjudul Mother Forest yang dia mainkan solo dalam ritme musik tiup khas Indian, Amerika Serikat. Tiga perangkat alat musik tiup Sikus terdiri dari Pan Flute, Qenacho dan Zamponias, Charlie Eagle yang sudah melanglang buana ke pelbagai Negara, antaranya, Dubai, Qatar, Singapura, Thailand, Jepang, Malaysia, itu seolah mengajak apresian untuk sejenak mengenal sekaligus menikmati irama musik khas suku Apache, di negeri Paman Sam.

Sajian menarik lainnya menyemarakkan festival kebudayaan Cross Culture Fest 2009, dipersembahkan oleh Kabupaten Ponorogo dengan tarian Dompo, Kabupaten Pemalang dengan tarian Selendang, Kabupaten Langsa, Nangroe Aceh Darussalam membawakan tarian Rampu dan Ghuangzo, China mengusung musik etnik/tradisional Tiongkok.

Lintas interaksi seni budaya dari berbagai ras umat manusia ini memang bukan yang pertama kali digelar di dunia tapi setidaknya Indonesia dapat memetik satu keuntungan yaitu kesan bahwa negeri ini adalah tempat yang paling bersahabat dan sangat cocok bagi sebuah pagelaran seni budaya antar bangsa. Gaungnya mungkin tidak besar. Tapi sekedar menggigit salah satu sisi kesadaran kita bahwa kita tidak sendirian, bolehlah.

Share this article :

14 komentar:

  1. Postingan mantap van. Lintas interaksi seni budaya dari berbagai penjuru dunia ini memang sangat menarik, menambah khazanah warisan budaya dunia. Saya suka dengan segala sesuatu dengan unsur etnis, bagi saya elegant, dan tentu menarik.

    BalasHapus
  2. Info menarik seperti biasa,tanpa menontonpun ,disni sudah cukup membaca nya,dng artikel ini saya jadi tahu =Seniman musik etnis, Charlie Eagles asal Ekuador dengan mengusung komposisi berjudul Mother Forest yang dia mainkan solo dalam ritme musik tiup khas Indian, Amerika Serikat...

    * Nice share..*_*

    BalasHapus
  3. Wahhhh...kerennnnnnnnnnn aku ingin ali mengunjungi pagelaran dahsyat sprti itu...tapi.... yah byk hambatan

    BalasHapus
  4. Yg namanya cross culture bg sy pasti menarik

    BalasHapus
  5. Selalu menarik melihat budaya yg lain

    BalasHapus
  6. turut berbangga wlopun g bisa menyaksikn langsung tapi dr certa kang ivan pasti acaranya bagus dan seru sekali..........
    semoga maa dunia kembali tebuka untuk melihat indonesia yang sesungguhnya...........:P
    salam hangta joni

    BalasHapus
  7. eh,,kayaknya seru nih ceritanya mas ipann
    hehehee

    BalasHapus
  8. pokoknya kalau main ke sini, pasti dapat info2 yg menarik..
    sip... :)

    makasih ya ...

    BalasHapus
  9. Gantian disini sobat,... kalau tidak mati lampu, yah inet lemot...
    Nasib....
    Semoga saja hal ini tidak mengurangi antusias kita.

    btw,... Cross Culture Fest 2009, Perhelatan lintas Budaya yang harus senantiasa digelar untuk memperkaya khazanah budaya. Bukan dengan jalan saling mengklaim.

    BalasHapus
  10. seru kayaknya. jadi pengen liat tapi kalo bukan seniman apa boleh?

    BalasHapus
  11. Good post sobat. Jika saja tiap daerah mengadakan hal yg sama tiap tahun, pasti budaya kita akan terjaga dan tidak diklaim negara lain. Sayang kadang bangsa kita kurang bisa menghargai budaya sendiri. Terbukti, di Jabar saja, seni calung dan reog sudah asing di kalangan anak muda sekarang. Hanya wayang golek dan jaipongan saja yg mungkin masih dikenali.
    Sedih deh....

    BalasHapus
  12. tentu event2 seperti ini sangat dinanti oleh para seniman dan seniwati negrei ini.
    kapan yah....event seperti itu di helat di kota2 selain surabaya (^ngarep^)

    BalasHapus
  13. setuju negara kita memang tempat yg cocok utk acara lintas budaya begini, krn negara ini memang byk sekali kebudayaan dari berbagai daerah.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday