Tak akan pernah ada petunjuk khusus yang bisa lebih membantu memahami puisi selain mendengar dengan seksama segala bunyi yang dilontarkan oleh setiap puisi yang dibaca ataupun mendengarkannya dibacakan orang lain. Pengetahuan dari pendengaran kita untuk memahami satu larik puisi adalah pengetahuan pola bahasa yang sudah terbiasa pada kita sejak masih bayi. Pada intinya puisi bisa kita nikmati, sebagaimana kita menikmati percakapan, lagu, tanpa perlu pengetahuan khusus sebab puisi dan rima-rimanya mampu menggedor hati kita.
Bila ingin mempelajari metrik tradisional, kita hanya perlu baca kumpulan puisi William Butler Yeats atau Ben Johnson, misalnya. Untuk memahami free verse, baca dua volume kumpulan puisi William Carlos Williams dan Wallace Stevens. Untuk memahami linea pendek, baca kumpulan puisi Emily Dickinson. Tentang adaptasi metrik balada ke dalam puisi modern, baca kumpulan puisi Thomas Hardy.
Lee Siegel dalam pengantar novel DH Lawrence, The Lost Girl, mengatakan, “Sebagai akibat diakademikannya sastra, orang-orang literer ketika mengapresiasi fiksi menganggap perasaan dan persepsi merupakan ungkapan bagi seorang amatir. Bahkan di luar tembok universitas, dalam kritik sastra kita masih juga menemukan bahasan tentang alam sadar dan ironi, karakter dan karikatur, realisme sejarah dan realisme psikologis, dan lain sebagainya.
Terletaklah perbedaan persepsi seorang akademikus dengan seorang penulis. Bagi seorang penulis sastra, penulisan adalah reaksinya pada tempat, mood, waktu, dan kenyataan di sekelilingnya. Mereka menulis tanpa memikirkan teori, tanpa mengikuti metode pemahaman sastra baik dari buku sastra maupun dari kampus, sebab reaksi tiap penulis pada suatu kenyataan berbeda-beda. Hal kedua adalah bila penulis sastra menulis dengan “ekspresi kreatif sealami pernafasan”, maka menikmati karya-karya penulis sastra semestinya tak membutuhkan analisis yang memaksa pembacanya seolah terdampar di negeri asing.
Sealami nafas, puisi adalah denyut yang bersinggungan langsung dengan keseharian para penikmatnya. Yang tidak mampu menikmati, kebetulan mungkin hanya karena persoalan "ruang keinginan yang begitu sempit untuk menikmati."
Memahami karya sastra dari alam, mantap van. Terimakasih sudah mensharenya disini.
BalasHapusterimakasih infonya ,saya akan coba lihat profilnya dan karyanya di webs
BalasHapussbuah karya sastra memang layak dipahami dari segala sisi, top info nih mas ivan
BalasHapusGreat brother.........
BalasHapusi agree with ur statemen........
"menulis seraya bernafas"
salam hangat joni
Sealami nafas, puisi adalah denyut yang bersinggungan langsung dengan keseharian para penikmatnya. Yang tidak mampu menikmati, kebetulan mungkin hanya karena persoalan "ruang keinginan yang begitu sempit untuk menikmati"
BalasHapussetuju sekali mas ivan..
Terimakasih sudah share seperti biasa..
“ekspresi kreatif sealami pernafasan"
BalasHapuswhew..hebat ya... tapi kalo yg baca kadang njelimet... ;0)
betul.betul.betul
BalasHapus"puisi adalah denyut yang bersinggungan langsung dengan keseharian para penikmatnya."
Setuju bangget ama yang ini ....
menikmati karya-karya penulis sastra semestinya tak membutuhkan analisis yang memaksa pembacanya seolah terdampar di negeri asing.
BalasHapusini nich...... bakal kusimpan rapi kalimat ini. biar kayak sastrawan. hehe
aku juga menulis tanpa teori. aku tahu teori menulis setelah berkecimpung di dunia menulis cerpen cukup lama. pengetahuan itu kuperoleh dari majalah2 yg membahas ttg menulis cerpen. juga dari pengalamanku sendiri. jadi otodidak banget nih belajar nulisnya.
BalasHapusdari alam sastra terdengar lebih alami ya...
BalasHapusabsen nih bang ivan...
en, happy belated birthday ya...semoga sehat selalu.
Mampir malam kesastra yg lembut...
BalasHapusmalam bang........
BalasHapussenang banget selalu mendapatkan info dari abang about seni sastra
salam hangat selalu
Mampir lagi mas Ivan .....
BalasHapusMalem - malem gini enaknya ngapain yaa ???
penulis adalah orang yg 'bebas'
BalasHapusjika burung terbang dgn sayap, maka penulis terbang dgn kata2nya
Setuju banget dgn pendapatmu Kawan, nulis jangan di 'cekokin'
BalasHapuswith love