Home » » Bunga Lampung: Iswadi Pratama

Bunga Lampung: Iswadi Pratama

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 10 Oktober 2009 | Oktober 10, 2009


Dia salah satu bunga dari Lampung tapi dia bukan gadis. Saya mengenal karya-karyanya dari beberapa buku antologi puisinya yang dipinjamkan seorang teman pada sekitar tahun 2000. Dia bunga di halaman sastra Lampung. “Bunga tumbuh di halaman layu di hatiku.” Begitu penggalan salah satu kalimatnya yang terkenal. Sebuah kalimat yang dia ciptakan pada masa kanak-kanak yang lalu membawanya menelusuri pergumulan sastra di Indonesia. Iswadi Pratama lahir 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandarlampung. Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung dan selesai tahun 1996 ini mulai menulis dan suka membaca buku-buku karya sastra sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Salah seorang mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1992 ini juga sempat aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa dan Seni (UKMBS) pada tahun 1993, dan sebagai anggota pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada tahun 1994.

Iswadi adalah seniman dua arah, sastra dan teater. Pada kedua genre seni inilah dia bisa mengekspolarasi ide-idenya. Karya Iswadi Pratama, selama tahun 1993 sampai 1996 dipublikasikan di berbagai media tanah air diantaranya, Republika, Media Indonesia, Horison, Koran Tempo, Kompas, Lampung Post, Jurnal Puisi, Swadesi, Serambi Indonesia, dan Teknokrat, surat kabar mingguan Salam. Berkat prestasinya yang cukup gemilang, ia pernah diundang pada acara Refleksi Kemerdekaan di Solo pada tahun 1995, diundang DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 di TIM Jakarta (1996), temu penyair se-Sumatra di Jambi, di samping pertemuan teater di berbagai kota di tanah air.

Sebuah prestasi terbesar yang pernah diraihnya adalah pernah menjadi nominasi 10 besar lomba puisi kemerdekaan di stasiun televisi swasta (AN-Teve). Penyair-cum jurnalis di Lampung Post ini pernah mementaskan drama yang diilhami dari puisi-puisinya, diantaranya ”Nostalgia Sebuah Kota”. Sebagai penulis naskah dan sutradara, Iswadi pantas diacungi jempol, karyanya ”Nostalgia Sebuah Kota”, meraih peringkat ketiga GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) awards 2003: Anugrah Festival Teater Alternatif se-Indonesia (Oktober 2003). Pada kegiatan itu, naskah “Nostalgia Sebuah Kota” didaulat sebagai naskah terbaik. ”Nostalgia Sebuah Kota: Kenangan Pada Tanjung Karang”, Iswadi malakukan pentas keliling ke tiga kota yaitu Bandung, Jakarta, dan Makasar, atas dana hibah Yayasan Kelola (September 2004). Sebelumnya, Iswadi Pratama bersama Teater Satu memperoleh hibah seni dari Yayasan Kelola pada tahun 2002. Dedikasinya yang besar terhadap teater di Lampung mengantarkannya merintis Festival Teater Pelajar dan Arisan Teater Pelajar di lampung.

Iswadi pernah mengikuti Festival Seni Tari Mahasiswa tingkat nasional Padangpanjang pada Januari 1993. Ia juga pernah mengikuti seminar pertunjukan Indonesia, temu ilmiah ke III Masyarakat Seni Pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) November 1992, dan festival teater tingkat nasional pertama di Surabaya.

Beberapa karya puisi Iswadi Pratama yang telah terbit: Belajar Mencintai Tuhan, Daun-Daun Jatuh Tunas Tumbuh, Refleksi Setengah Abad Indonesia, Antologi Cerpen Dari Lampung, Antologi Cerpen Dari Bumi Lada Cetik, Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ)-Balai Pustaka (1996), Hijau Kelon dan Puisi 2002 (penerbit buku Kompas, 2002), Pertemuan Dua Arus (Jung Foundation, 2004), dan Matinya Cerita Pendek (DKJ)-Cipta (2007).

*disarikan dari berbagai sumber


Bunga silaturahmi dari Avior Clef:


Terimakasih ya, sobat. Award keren ini saya berikan lagi kepada: 136 followers Sastra Radio. Harap diambil dan disebarkan lagi kepada teman-teman yang lain.
Share this article :

14 komentar:

  1. Aha..pertama nih,hehe...

    baca judulnya yg awalannya, dikira sastrawati seorang gadis ,ternyata bukan ..

    seperti biasa info yg mantap mas ivan..

    BalasHapus
  2. Mas Ivan, sekarang saya gak mau koment. hanya mau nanya tentang teknisnya saja, sebelum posting, mas Ivan jalan-jalan kemana dulu untuk menemukan jejak2nya? apakah harus memiliki peta seperti Dora? *halah... lebay nih dari FB, gara2 nguber ubur-ubur*

    BalasHapus
  3. @ ateh75- selamat ya jadi yg pertama he he he...

    @ anazkia- ha..ha..teknisnya tergantung mood kali ya. kadang jalan2 dulu di perpustakaan, kadang mancing dulu di sungai. he he..dan macam2 lagi teknisnya..

    BalasHapus
  4. Wah saya yang ketinggalan info ya van. taunya cuma Isbedy Stiawan ZS. Sastra dan teater, dua hal yang digeluti Iswadi, siip. Semoga makin menambah khazanah persastraan dan perteateran di tanah air.

    BalasHapus
  5. Bento: Muantabb kawan!

    BalasHapus
  6. sama mas ivan saya juga dapat loh

    BalasHapus
  7. Nice Info n selamet buat awardnya ......

    BalasHapus
  8. lampung euy... tar klo ke lampung ketemu ga ya... hehe

    biografi singkat padat n jelas... sedeeeppp

    BalasHapus
  9. selamat malam bang ivan... absen nih,...

    BalasHapus
  10. Aku Awalnya Juga mengira seorang perempuan karena sebutannya Bunga lampung.
    Makasih atas rekam jejaknya yang mantap. Selamat atas awardnya, ada award juga buat Daeng ivan di blog aku.

    Gimana dengan pemedaman bergilirnya?

    BalasHapus
  11. ternyata istilah bunga bisa dipakai buat pria juga ya...kenapa ga kumbang lampung ya? :)

    BalasHapus
  12. wih keren
    salam dua musim

    BalasHapus
  13. Lam kenal, hbs lht profil wah saya mesti banyak belajar nih biar kaya bang ivan, menjadi sastrawan.thx

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday