Home » » September, Novel Sejarah Hitam

September, Novel Sejarah Hitam

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 01 Oktober 2009 | Oktober 01, 2009


Judul: September

Pengarang: Noorca M. Massardi
Penerbit: Tiga Serangkai, 2006
Tebal: 622 Halaman

Sebuah kalimat tercetak: "Sebuah bangsa telah terluka. Luka itu tidak akan pernah terlupakan dan tidak akan terhapuskan untuk selama-lamanya… " cukup provokatif menghiasi sampul hitam novel September karya Noorca M. Massardi, seakan menyeret ingatan kita pada sejarah kelam bangsa Indonesia yang dipicu oleh Gerakan 30 September 1965.
Tapi jangan tergesa membayangkan detik-detik yang mencekam. Karena kita harus bersabar mengikuti petualangan Darius, manajer senior yang di-PHK karena pabrik kecap Mas Koki tempatnya bekerja dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. Karena ”masih punya otak, punya kaki, dan punya tangan”, Darius berangkat mencari pekerjaan. Di dalam Bis Kota Darius jatuh pingsan setelah bertemu dengan Bo Gesti, seorang pemuda yang begitu mirip dengan dirinya sendiri.

Setelah sadar, Darius menghadapi hal-hal aneh yang terasa sudah menjadi bagian dari masa lalunya, terutama ketika tubuhnya bisa merasuki tubuh orang lain. Dalam tubuh Bo Gesti, Niko Firdaus maupun bintang film Johan Bagus Redana, Darius memasuki kehidupan-kehidupan borjuasi muda metropolitan dengan segala dinamika dan romantikanya. Termasuk hubungan seksual antar dan sesama jenis.

Merasuki tokoh inilah, yang dipakai Noorca untuk mengintip perjalanan sejarah. Detik-detik sejarah yang mencekam itu, dimulai dari pesan pendek yang mengabarkan bahwa malam itu ibu kota tegang dan mungkin akan terjadi peristiwa penting. Sebuah peristiwa kudeta terjadi ... tujuh samurai yang disewa warga kampung itu dibunuh semua. Para banditnya justru yang sekarang menguasai seluruh desa. Bahkan, kepala kampung dan istrinya juga disandera...

Dari sinilah pembaca mulai diajak untuk membuka kembali ingatan sejarah dan mengingat nama-nama. Hal itu penting karena tokoh-tokoh sejarah yang dihadirkan oleh Noorca telah dibolak-balik susunan hurufnya, misalnya Letjen Mahya Nida (Ahmad Yani?), Jenderal Tasnio Hanu (AH Nasution?), Wakil PM Alimenje (J. Leimena?), Letnan Errie Pandeten (Pierre Tendean?) dan lain-lain. Nama-nama itu mau tidak mau mengingatkan kita pada tokoh-tokoh bersejarah seputar peristiwa G 30 S PKI, hanya saja hari dalam novel Noorca itu bertanggal 10 september.

Maka untuk mengetahui bagaimana kronologis yang sebenarnya, Darius merasuki tubuh Kolonel Djiwakarno, seorang ajudan presiden. Tidak hanya sebagai saksi sejarah, Darius ternyata juga mengubah sejarah itu sendiri. Apalagi ketika ia merasuki tubuh tokoh paling penting yaitu Presiden Sukresno, yang digambarkan sudah melek iptek dan terbiasa menggunakan komputer, internet dan mempunyai situs pribadi.

Pada waktu itu opini publik sedang dikuasai oleh militer, melalui media Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Kedua media itu dimanfaatkan untuk menebar isu tentang penganiayaan para jenderal oleh perempuan-perempuan Gerwani di lubang buaya. Tak pelak, isu itu mengakibatkan pembantaian yang meluas terhadap ratusan ribu orang yang dituduh sebagai anggota dan terkait dengan Paki, Partai Kiri yang dianggap berada di belakang penculikan dan penganiayaan itu.

Melihat semua itu, Darius dalam tubuh ”Putra Sang Surya” itu tidak tinggal diam. Ia bergerak mengubah sejarah dengan mengerahkan kemampuan tokoh-tokoh yang pernah dirasukinya. Yaitu Niko Firdaus (pemimpin redaksi harian Novum), Tamara, Nadya Duvierge dan Bo Gesti.

Empat sekawan itu berhasil mematahkan propaganda hitam, dan akhirnya memojokkan Mayjen Theo Rosa selaku Panglima Komando Pasukan Cadangan AD (Kopascad), untuk mengakui sebagai dalang kudeta september itu di depan DPR. Theo Rosa pun mengakhiri hidup secara tragis dengan menembakkan pistol, setelah menyampaikan sebuah pidato pengunduran dirinya. Adegan bunuh diri itu menjadi begitu sensasional ketika secara langsung disiarkan oleh televisi.

Kenyataan itu pasti akan meruntuhkan kronologis sejarah yang sudah dibangun pembaca. Tapi tak masalah karena menurut Noorca, novel ini seratus persen fiksi. Dan seperti cerita fiksi lainnya, Noorca harus mengembalikan Darius yang terjebak dalam dimensi lain ke dalam kehidupan nyata. Darius tersadar dan mendapati dirinya masih di rumah dan belum berangkat mencari pekerjaan. Jadi benarkah semua yang dialami Darius itu?

Entahlah, yang jelas ketika tersadar, Darius mendapati bagian dari perjalanan itu hadir dan nyata. Melalui novel ini, Noorca sepertinya ingin menyodorkan pemahaman baru tentang peristiwa kudeta itu. Apalagi ketika novel ini menyinggung sejarah penting tentang terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Benarkah dia sendiri yang terbunuh atau orang lain?

Yang menjadi pertanyaan mendasar ketika membaca novel ini adalah, siapa sebenarnya Darius? Apakah ia adalah gambaran Noorca itu sendiri, karena mantan manajer kecap Mas Koki itu bertanggal lahir sama, yaitu 28 Februari. Atau jangan-jangan Noorca juga sedang terasuki oleh sosok Darius. Novel ini cukup berhasil menghadirkan persepsi baru terhadap segala kejadian seputar 30 September di Indonesia.
Share this article :

12 komentar:

  1. Subhanallah... keren! bagus banget keknya novel itu. Liku2 sejarah... *pinjem mas* hehehe..

    BalasHapus
  2. pinjem mas, pinjemin aku bukunyah biar lebih tau lagi gituh ceritanya *gak modal mode.on* hehehe
    mohon maaf lahir dan batin yah mas, maaf baru bisa berkunjung kembali kemari hehehe^_^

    BalasHapus
  3. terimakasih infonya sahabat terus berkarya ya ,(ketoko buku dulu nyari novel nya ^_^ )

    BalasHapus
  4. Ya perspektif lain dari peristiwa 30 September sebetulnya sudah mulai banyak dituangkan. Saya jadi pengen cari novel Noorca yang ini van.

    BalasHapus
  5. novel yg mengulas sejarah 30 september dng sosok Darius ,baca sekilas disini pun sudah menarik ,apalg baca novelnya ya !...

    wah jadi penasaran pengen baca novelnya ...

    BalasHapus
  6. Kalau liburan gak punya banyak modal, paling enak ke Toko Buku, baca aja gratis tapi kalau bukunya bagus.... tunggu awal bulan biar dapat di beli hehehe

    Bagus Van trims infonya ya

    Salam

    BalasHapus
  7. siang sahabat
    wah lama tak mampir nich
    pa cabar?
    selalu saja dapat ilmu darimu
    makasih yah
    salam hangat selalu

    BalasHapus
  8. Buku bagus sekali,.... jadi kepingin baca secara utuh.
    Presiden Sukresno sudah melek iptek dan punya situs pribadi...
    Fantastis......
    pinjem deh......

    BalasHapus
  9. sama kyk Wendy, pinjam bukunya dong. he he he....

    BalasHapus
  10. Mohon maaf lahir batin ya bang ivan...

    maaf nih baru bisa maen sekarang, hiks...dimaafin ya...

    ngomong2, aku antri minjem bukunya juga ya..

    BalasHapus
  11. @aLL-makasih ya udah mau pinjem buku itu tapi satu2 dong, he he..

    BalasHapus
  12. pingin mbaca novelnya yah,,,

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday