Home » » Lily Yulianti Farid, Penulis Makkunrai dari Makassar

Lily Yulianti Farid, Penulis Makkunrai dari Makassar

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 03 November 2009 | November 03, 2009

Agak sulit juga melacak perempuan sastrawan ini. Jam terbangnya sangat tinggi. Dua hari lalu Minggu, 1 November jurnalis dan penulis fiksi ini tampil di ajang Singapore Writers Festival 2009 di gedung seni Play Den, Singapura. Bersama Luna Vidya, perempuan seniman lainnya dari Makassar, alumnus Fakultas Pertanian Unhas ini memproduseri pentas drama The Kitchen. Dia bekerjasama dengan tujuh seniman asal Jakarta dan Makassar, termasuk mengundang John McGlynn untuk menerjemahkan karya itu ke dalam versi bahasa Inggris.

Lily Yulianti Farid, jurnalis dan penulis fiksi. Lahir dan besar di Makassar. Sebagai jurnalis ia pernah bekerja di Harian Kompas, Radio Australia di Melbourne, Radio NHK di Tokyo dan menjadi kolumnis di majalah berita Nytid, Norwegia. Ia telah menerbitkan dua buku kumpulan cerita pendek Makkunrai (perempuan dalam bahasa Bugis) pada Maret 2008 dan Maiasaura pada Juni, 2008 yang mengeksplorasi isu gender dan respon perempuan terhadap korupsi, konflik dan juga nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat Bugis, serta agama. Bersama pemonolog Luna Vidya, ia menggagas Makkunrai Project, program kampanye isu-isu gender melalui sastra dan monolog. Makkunrai Project telah mementaskan sejumlah nomor monolog di Makassar, Paris dan Singapore Writers Festival 2009.

Jika anda pernah membaca salah satu bukunya, Cerpen Makkunrai maka akan jelas terlihat kasus demi kasus yang sering terjadi dalam konteks masa kini dari sudut pandang seorang perempuan. Sekaligus paling kuat menjadi judul kumpulan cerpen ini. Kronik politik era desentralisasi yang lagi tren merambah dari pusat ke daerah bawah sekelas kabupaten pun ikut dibahas. Pesta pernikahan adalah perihal yang sakral namun bukan kekal. Seringpula dijadikan usaha pelanggengan kekuasaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam cerpen Makkunrai, tokohnya adalah perempuan yang dikutuk oleh mitos yang dipercaya oleh kakeknya yang tukang kawin. Hanya karena dirinya adalah perempuan ke-enam yang lahir dari rahim-kandung ibunya pada saat azan Jumat berkumandang. Ada hubungan apa suara azan Jumat dan kelahiran bayi perempuan? Mungkin pernah terjadi satu bencana maha-dahsyat yang menimpa nenek moyang si kakek pemercaya mitos itu, di hari jumat kelahiran bayi perempuannya, sementara azan persis dikumandangkan. Tentu hanya orang bodoh yang memercayai mitos demikian. Dikisahkan, perempuan itu tak mau tunduk oleh tindak-tanduk kakeknya yang sering bertingkah seenaknya saja.

Kumpulan Cerpen karya Lily ini mungkin tidak akan kadaluwarsa hingga beberapa dasawarsa. Sebab, problem sosiokultural, apalagi menyangkut perempuan, menurut ramalan pengamat masih akan tetap berlangsung lama di Indonesia. Lily Yulianti mengemasnya dengan luar biasa apik, juga menohok.
Share this article :

19 komentar:

  1. selamat malam
    pa cabar
    salam hangat selalu
    dan blue dapat lagi nich sesuatu yg baru
    makasih

    BalasHapus
  2. Senang membacanya van. Betul-betul menambah khazanah. Jadi tau kiprah sang penulis makkunrai, Lily Yulianti Farid ini. Nice post.

    BalasHapus
  3. memang,sesuatu yang di alami atau dilihat, yang membuat sudut pandang jadi berbeda.
    nice review.

    BalasHapus
  4. Terimakasih sudah mempostingnya disini saya jadi tahu tentang Lily Yulianti Farid ....

    BalasHapus
  5. thanks udah mengulas penulis ini. walau saya baru denger namanya nih.

    BalasHapus
  6. waahh... bagus banget ngulas penulisnya. pasti penulisnya seneng banget nih...

    BalasHapus
  7. Bisa jadi tahu tentang penulis wanita yang satu ini.

    Salam

    BalasHapus
  8. artikel bagus daeng ivan sampai2 mbak Elyy juga nyebutin penulis makkunrai

    BalasHapus
  9. saya baru mendengar nama beliau, tapi langsung jatuh hati berkat baca review ini.

    BalasHapus
  10. =O
    udh melalang buana ya, keren

    BalasHapus
  11. ternyata banyak juga penulis perempuan
    baru tau perempuan itu dlm bahasa makassar makkunrai

    BalasHapus
  12. =O
    udh melalang buana ya, keren

    BalasHapus
  13. sayangnya di sini gak ada jempol ya.
    hehe,,,

    budaya berkunjung.
    ulasan yang menarik bung ivan.

    BalasHapus
  14. kalau penulis Burane dari Bulukumba pasti Ivan Kavalera....
    Iya Khan???

    BalasHapus
  15. Terima kasih sudah mengenalkan Lily Yulianti Farid, perempuan yang hebat ya...

    BalasHapus
  16. salam sobat
    wah jadi pingin kenalan dengan penulis makkunrai dari MAKASAR...mba LILY YULIANTI FARID.
    bisa mengagumi tulisannya,,tapi lebh kagum lagi ya,,kalau bisa berjumpa dengan beliau...
    wah mungkin ngga ya,,,

    BalasHapus
  17. Ternyata banyak juga wanita penulis yang hebat di negeri ini...

    BalasHapus
  18. wow keren sekali makkunrai satu ini! bangga deh, perempuan sulawesi ada yg kyk gini^^

    BalasHapus
  19. halo semua.... wah makasih telah menulis tentang diri saya di sini. Makkunrai akan tampil di Jakarta 14 April, bagi yang ingin nonton, yuk ketemu di Jakarta. Festival seni budaya perempuan, Goethe Haus, Jalan Sam Ratulangi.

    Kalo tidak ada aral melintang, kami akan hadir di Makassar, bulan Juli..bukan sekadar pentas dan baca cerpen, tapi.... workshop! dan merayakan ulangtahun ke-4 komunitas Panyingkul! (www.panyingkul.com)

    salam hangat,
    Ly
    www.lilyyuliantifarid.com

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday