Home » » Ketika Jurnalis Foto Berhasil Mengeksekusi Realitas

Ketika Jurnalis Foto Berhasil Mengeksekusi Realitas

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 22 November 2009 | November 22, 2009


Seni fotografi diproses pertama kali oleh mereka yang menjepretnya melalui mata. Lalu mereka kabarkan hasil pandangan mata itu di hadapan publik. Peran seorang fotografer kadang hanya dianggap sebagai bagian kecil dari suatu kerja tim yang rumit dalam industri media—terutama media cetak. Seseorang wartawan foto mengeksekusi realitas atau peristiwa hanya dalam bingkai-bingkai tertentu.

Delapan jurnalis dari beberapa media di Semarang menggelar pameran foto esai yang terangkum dalam tema "Serenada Kehidupan", di Rumah Seni Semarang pada 20-27 November 2009. Mereka yang menampilkan karyanya, adalah Arif Slam Nugroho dari Seputar Indonesia, S. Bowo Pribadi dari Republika, Budi Purwanto dari Tempo, Suherdjoko dari The Jakarta Post, Adityo Dwi R dari Radar Semarang, dan Cun Cahya dari Harian Semarang. Kemudian, Bahana Patria Gupta dan P. Raditya Mahendra Yasa, keduanya dari Kompas. Para pewarta foto itu tergabung dalam wadah Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang.

Beragam potret kehidupan manusia yang unik terekam dengan apik, seperti dalam foto bertema "Suara-Suara di Keheningan" karya Arif Slam Nugroho yang menceritakan tentang proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus di SLB. Budi Purwanto menceritakan kisah para pemburu gelam (lembaran kulit pohon jati) di Desa Balongan Kabupaten Blora yang telah menekuni profesi itu secara turun temurun sejak puluhan tahun silam. Ia menampilkan 10 foto yang diberi tema "Pemburu Gelam", mulai dari potret aktivitas mereka sebelum berangkat, saat berangkat mengendarai sepeda "onthel", hingga aksi pemburu itu menguliti pohon jati.

Sementara itu, Cun Cahya lebih memilih mengambil objek foto di Pondok Pesantren Maunatul Mubarok yang terletak di tengah hutan bambu di Dukuh Lengkong, Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Demak.


Karya-karya lain yang ditampilkan, di antaranya foto bertema "Jati Pendem" karya Bahana Patria Gupta, "Sutra Alam" karya S. Bowo Pribadi, "Seni Foto Gerak Cepat" karya P. Raditya Mahendra Yasa, dan "Merangkai Dasar Laut, Merangkai Serpihan Sejarah" karya Suherdjoko.
Pada dataran idealisme-humanisme para pewarta foto bisa menghadirkan dunia dalam cara pandang baru dan penuh afeksi. Ini bisa jadi suatu tanda keberpihakan terhadap humanisme. Pada ranah inilah jurnalisme membaktikan dirinya. Sebuah foto adalah juga esai tanpa kata. Visualisasi yang tak bergerak menjadikannya makna dari realitas.


referensi: -Antara, dan
-ocehan teman, seorang wartawan foto
Share this article :

19 komentar:

  1. nice artikel kang ivan,...

    hepi bloging dan hepi wiken ^_*

    BalasHapus
  2. Ulasanmu selalu menohok, sobatku...
    Salam sukses selalu! Amin..

    BalasHapus
  3. Selama ini aku belum pernah melihat pameran foto... tapi sekarang jadi pengen lihat namun sayang sekali di kotaku hampir tak pernah ada kesempatan itu. Memang dari foto kita dapat menangkap realitas kehidupan yang tak mampu kita lihat sendiri sehari-hari.
    Salut sekali dg postingannya ..!!

    BalasHapus
  4. i love fotografi.....sayangnya belum PD buat di pamerin keorang-orang selain via FB hehehehe...kapan mas ivan pameran foto? nggak apa-apa kan? tidak harus jurnalis yang bis apameran foto. Akan lebih keren kalo penyiar yang pameran photo

    BalasHapus
  5. foto membawa memori seolah-olah peristiwa itu terjadi kembali
    foto juga buat narsisan lho kang
    hehehehe
    semangattt

    BalasHapus
  6. Dalam sebuah foto ada cerita didalamnya,tapi terkadang dalam cerita itu hanyalah acting,itulah karya sebuah fotografer yg membuat sebuah foto menjadi karya seni yg luar biasa.

    *nice post seperti biasa mas ivan ,mantav.

    BalasHapus
  7. Foto bisa mengungkapkan apa yg tdk terungkap d media tv.foto mampu berbicara dg defini msg2 penikmatnya.kbtln lg demen fotografi ni

    BalasHapus
  8. Kejelian seorang fotografer dalam menterjemahkan sisi2 kehidupan seringkali membuat pemandangan yang menurut kita biasa menjadi luar biasa

    BalasHapus
  9. terkadang gambar lebih banyak berbicara daripada kata-kata... hihihihi sok bijak ya gua...

    BalasHapus
  10. Seperti nya pameran na menarik ya....

    BalasHapus
  11. Bagus ya....!
    Jadi pengen belajar fotografi....
    (mupeng!)

    BalasHapus
  12. Sebuah Foto, tanpa kata-kata pun, tercipta banyak cerita!

    BalasHapus
  13. aku juga suka fotografi...cuma belum mahir pilih2 engel (eh, nulisnya bener ga,hihi) yang pas...:)

    BalasHapus
  14. wah... jadi pengen liat nih mas... kebetulan kan ada di kotaku... makasih infonya...

    BalasHapus
  15. Saya suka fotografer yang membidik dengan hati, sehingga realita tersampaikan tanpa buih kata yang membuatnya nampak natural.

    BalasHapus
  16. Hmm..yang pasti hasilnya lebih bagus mas.
    karena jurnalis adalah seseorang yang mampu menuangkan idenya, kini bukan dengan kata tapi dengan foto

    BalasHapus
  17. menarik.....saya ingin sekali di ajarkan foto grafer n megang kamera sendiri tapi sayang sama pimred ga di ijinin....suruh ngelayout doank ama ngisi suara pembaca....hehe......

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday