Home » » Putu Wijaya dari Tabanan

Putu Wijaya dari Tabanan

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 19 November 2009 | November 19, 2009



Tapak jejaknya baru saja membekas di Mojokerto Art Festival (MORAL) 2009 pada hari Rabu 18 Nopember kemarin. Putu Wijaya mementaskan monolog Burung Merak bersama Teater Mandiri. Dilahirkan dengan nama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya Puri Anom pada 11 April 1944 di Tabanan, Bali. Sastrawan yang dikenal serba bisa ini adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu.

Masa kecilnya dihabiskan di kompleks perumahan besar yang dihuni lebih 200 orang. Semua anggota keluarganya punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya mendambakan Putu jadi dokter. Namun, Putu kecil tidak menyukai ilmu pasti. Ia justru akrab dengan sastra, sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.
Masa kecilnya dihabiskan di kompleks perumahan besar yang dihuni lebih 200 orang. Semua anggota keluarganya punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya mendambakan Putu jadi dokter. Namun, Putu kecil tidak menyukai ilmu pasti. Ia justru akrab dengan sastra, sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.

Lebih dari 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1000 cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama lahir dari tangannya. Putu Wijaya akhir-akhir ini juga menulis skenario film dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri.

Cerpennya masih bisa dilacak pada Harian Kompas dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Beberapa bukunya yang paling sering diperbincangkan di jagad kesusastraan tanah air seperti Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat dan Nyali. Putu Wijaya, namanya masih menjadi jaminan kualitas bagi jajaran terdepan pementasan teater, penulisan cerpen dan skenario film di Indonesia.

*referensi: catatan lama di bangku sekolah
Share this article :

20 komentar:

  1. putu wijaya sang punjangga tuh ternyata tetangganya ayu laksmi yah, dari tabanan.
    ic ic...now

    BalasHapus
  2. Wah karyanya banyak sekali ya..luar biasa Putu Wijaya.

    Jejak rekam yang mantav seperti biasa.

    * eh ..ketiga ya ,tumben nih hehe

    BalasHapus
  3. Seorang pujangga yang patut di banggakan atas karya-karyanya....nice info bang...

    BalasHapus
  4. Hebat .... banyak sekali karyanya!

    BalasHapus
  5. He, hampir terkecoh tadi melihat judulnya van. Putu Wijaya dari Tabanan, tadinya saya kira tentang sastrawan atau penggiat seni mirip Putu Wijaya. Ternyata benar-benar tentang Putu Wijaya. Rekam jejak yang mantap, seperti biasa.

    BalasHapus
  6. putu wijaya terkenang semasa masih hidup dengan film2 nya

    BalasHapus
  7. Ada nggak foto Putu Wijaya yang tidak pake topi??

    BalasHapus
  8. Hebat ya putu wijaya ini, salah satu aset besar indonesia nih..

    BalasHapus
  9. siiiip.. dia salah satu idolaku.. aku suka banget dengan karya-karyanya..

    BalasHapus
  10. siapa yang tak kenal putu wijaya tapi masalah asalnya baru saya tahu dari sini daeng ternyata dari tabanan ya

    BalasHapus
  11. Seribu cerpen ? wadoooh...seratus aja belum nih..! memang jaya.. pak Putu Wijaya

    BalasHapus
  12. ngomong-ngomong nama bapak saya yang putu atmaja sering salah dipanggil orang jadi putu wijaya hehe, numpang populer jadinya

    BalasHapus
  13. putu wijaya, sastrawan legendaris dah.walau ga pernah liat langsung atau baca karyanya, tpi aku sering denger dimana mana :P

    BalasHapus
  14. kalau di koran ada cerpen putu wijaya biasnya langsung sy baca... selain cerita na kadang humoris, klimaknya itu lo yg bikin otak junkir balik

    BalasHapus
  15. hebat ya.. novel, naskah drama, cerpen.... ck ck.. itu tangannya gag kriting yaaa melahirkan karya² besar hehehe

    BalasHapus
  16. @All- Terimakasih ya buat semuanya yg udah mampir baca2. Hmm, agak capek juga nih baru aja dari luar kota tugas live report. Waddooh,.. ntar lagi kayaknya pemadaman bergilir neh di tempatku.

    BalasHapus
  17. Iya,,
    beliau sering mampir ke teater saya dulu.. Teater Kampus 1000 jendela.

    Adik2 kelas saya udah pernah main teater bersama beliau, sering malah.

    Saya cuma ikut2an, minta tanda tangan, foto bareng, nonton drama beliau gratis.. :)

    Putu Wijaya, masih di hati.

    Bagus lo reviewnya Mas Ivan!!!

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday