Home » » Acep Zamzam Noor Juga Blogger

Acep Zamzam Noor Juga Blogger

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 15 Desember 2009 | Desember 15, 2009

Seperti mimpi saja. Beberapa hari lalu saya sungguh tidak menyangka akan dikunjungi oleh penyair senior ini di WebBlog sastra-radio dan kedai kopi. Bahkan ia sempat meninggalkan jejak berupa promo update blognya di kolom komentar.
Tema-tema dan artistik yang tinggi dalam sajak-sajaknya pantas diganjar anugerah Sastra South East Asian (SEA) Write Award tahun 2005. Sebuah penghargaan yang dikhususkan bagi para sastrawan Asia Tenggara oleh Kerajaan Thailand. Ia juga memperoleh penghargaan Penulisan Karya Sastra 2000 Depdiknas dan Khatulistiwa Literary Award (2007).
Acep Zamzam Noor lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960. Setelah mereguk ilmu agama Islam di Pesantren Cipasung dan As-Syafi’iah, Jakarta Ia masuk Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1980-1987) lalu Universit Italia per Stranieri, Perugia, Italia.
Karya-karya kumpulan sajaknya yang telah dibukukan antara lain Tamparlah Mukaku!(1982), Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989), The Poets Chant (1995), Aseano (1995), In Words In Colours (Antologi, 1995), A Bonsai’s Morning (Bali, Antologi, 1996) Di Luar Kata (1996), Dari Kota Hujan (1996), Di Atas Umbria (1999), Dongeng dari Negeri Sembako (2001), Jalan Menuju Rumahmu (2004), Asia Literary Review (2006), dan Menjadi Penyair Lagi (2007).
Di samping menulis, melukis dan blogging ia juga sehari-hari bergiat di Sanggar Sastra Tasik (SST) dan Komunitas Azan. Ia adalah penyair Indonesia yang menulis sajak secara terus-menerus dengan mempertahankan kualitas dan ciri khas.

Bagian dari Kegembiraan
1
Jalan di belakang stadion itu sudah lama tidak kulewati
Mungkin madrasah yang dibangun persis depan kamarmu
Sekarang sudah rampung. Aku teringat pohon beringin
Yang berdiri anggun dekat taman kanak-kanak dan pos ronda
Setiap pulang mengantarmu aku sering kencing di sulur-sulurnya
Yang rimbun. Sepi terasa menyayat jika kebetulan lewat:
Ingin sekali minum jamu kuat, tapi kios yang biasa kita kunjungi
Sudah tidak nampak di sana
2
Volkswagen yang bentuknya mirip roti tawar itu masih kusimpan
Di garasi. Aku belum berniat menjualnya meski dengan harga tinggi
Di badannya yang mulai karatan masih tersimpan ratusan senja
Yang pernah kita lewati bersama. Di joknya yang mulai rombeng
Masih melekat ribuan pelukan dan ciuman. Catnya belum kuganti
Aku masih ingat bagaimana dulu kau ngotot memilih hijau lumut
Biar mirip seragam tentara,” ujarmu. Tapi mobil yang usianya
Delapan tahun lebih tua darimu atau tiga belas tahun di bawahku itu
Akhirnya kulabur dengan hitam. Kini mesinnya harus sering dipanaskan
Dan sesekali mesti dibawa jalan-jalan. Aku sangat menyayanginya
Sekalipun kerap membuatku jengkel dan putus asa. Pada kaca spionnya
Masih tersimpan gambar yang menjelaskan betapa berliku jalan
Yang kita susuri. Pada rodanya masih tercatat angka yang menunjukkan
Betapa panjang kilometer yang kita tempuh
3
Apa makna alun-alun bagimu? Kenapa selalu mengajakku duduk-duduk
Di salah satu sudutnya? Apakah kau suka mendengar bunyi air mancur
Atau senang melihat pasangan-pasangan yang berpelukan dalam remang
Lampu taman? Atau ingin menjadi bagian dari Tasik Volkswagen Club
Yang sering nongkrong malam-malam? Lalu apakah makna kegembiraan
Bagimu? Kau hanya tersenyum setiap kutunjukkan di mana letak bintang
Yang suka menyendiri di gelap malam, setiap kukatakan bahwa ricik air
Adalah suara hatiku yang paling dalam
4
Tiba-tiba kausentuh lagi ingatanku pada bunyi tek-tek
Pedagang mie keliling. Kautarik lagi kenanganku
Pada nama jalan, tembok penuh coretan dan tiga kelokan
Yang selalu menyaksikan kita sempoyongan malam-malam
Menuju kamar kontrakanmu di ujung gang. Kaugetarkan lagi
Kesepianku pada harum rambut, sisa bedak serta kecupan singkat
Yang sesekali hinggap di antara rintik gerimis yang rapat:
Jangan menelpon. Aku tidak akan tahan mendengar suaramu
5
Waktu melingkar seperti jalan yang mengelilingi stadion
Berawal dari titik sepi dan akan selalu berujung pada titik
Yang sama. Bermula dari kekosongan dan kembali lagi
Pada kekosongan. Sejak perutku membuncit dan punggungku
Mulai terserang rematik, setiap sore aku selalu ikut berlari
Bersama mereka yang rajin memelihara badan dan kesehatan
Aku tidak muda lagi, namun seperti yang pernah kaukatakan dulu
Cinta tidak ada hubungannya dengan usia. Aku berlari pelan-pelan
Melewati lapak-lapak kaki lima, melewati warung-warung kopi
Yang jika malam akan berubah menjadi tempat transaksi, melewati
Anak-anak sekolah yang main basket, melewati deretan sepeda motor
Melewati ibu-ibu muda yang bajunya ketat serta rambutnya cokelat
Dan sepi terus melingkar seperti mereka yang rutin berolahraga, seperti
Mereka yang takut akan kematian, seperti poster-poster yang bertaburan
Seperti wajah-wajah calon walikota yang senyumnya seragam, seperti
Baris-baris puisi yang tidak sempat kutuliskan. Di depan sebuah gang
Kadang aku berhenti dan tanpa terasa meleleh airmata di pipi

Ruang eksistensial manusia yang dibayangi oleh kegamangan pada sebuah tujuan telah membuatnya mencari dan menemukan idiom, metafora, dan imaji-imaji alam yang khas. Itulah yang dapat dinikmati di sepanjang perjalanan kepenyairan Acep Zamzam Nor.
Share this article :

24 komentar:

  1. makasi bang, udah dishare di sini blog beliau. saya mau ke sana...

    BalasHapus
  2. terimaksih info tentang Acep Zamzam Noor sahabat

    BalasHapus
  3. Saya sempat mampir keblognya Kang Acep Zamzam Noor,tapi belum semapt baca-baca,mungkin sekarang mampir kesana lagi.Rekam jejak yang mantav seperti biasa...

    Lumayan kebagian ketiga ,masih ada diposisi atas ^_^

    BalasHapus
  4. nice info... seneng sekali sayah setiap mampir kesini, serasa memiliki kawand baru...

    BalasHapus
  5. aku suka karyanya nih. dia termasuk penyair yg produktif, van.

    BalasHapus
  6. ternyata saya benar-benar kurang informasi tentang dunia sastra Van...
    Saya baru banyak mengenal tokoh2nya dari sini.h

    BalasHapus
  7. wah makasih infonya Bro :) salam kenal ya :)

    BalasHapus
  8. Wajar jika blog ini dikunjungi oleh tokoh sastra karena blog ini konsisten dalam mengulas sastra dan tokoh2 sastrawan

    BalasHapus
  9. Saya sering mendengar nama beliau. Tapi baru sekarang tahu, kalau beliau lahir di tasik. Puisinya mantab, bahasanya ringan tapi manyentuh.

    BalasHapus
  10. Thanks sharingnya bang..saya langsung lihat ke Tkp ..mau melihat karya2 beliau

    BalasHapus
  11. wah, keren...
    makasih infonya, mas... :)
    te-ka-pe-aaaahhh....

    BalasHapus
  12. iya mas ivan, mas asep zamzam juga mampir di blogku ^_^ dan meninggalkan komentrnya jg

    wow,ternyata tulisan2nya bagus dan sangat unik ya...
    aku follow beliau jg berharap bisa belajar

    BalasHapus
  13. Acep Zamzam Noor, penulis yg luar biasa. ulasan soal penulis, sastrawan, budayawan memang menjadi konsistensi mas Ivan. Salut!

    Lama rasanya saya ga meninggalkan jejak di sini?!

    BalasHapus
  14. wah seandainya kelak sy jadi pujangga beneran bakal direview disini juga ngga yah ? gegegegegegege

    BalasHapus
  15. langsung menuju TKP mas...
    makasi sharing nya...
    salam...

    BalasHapus
  16. hmmmm... manggut-manggut. Satu lagi saya mengenal tokoh besar disini, makasih Mas Ivan

    BalasHapus
  17. Iya, Van ... saya juga sungguh merasa tersanjung saat dikunjungi penyair sekaliber Kang Acep Zamzam Noor. Saya sampai bingung, tahu dari mana beliau alamat blog saya??
    Kalau blog ini yang dikunjungi rasanya sebuah kepantasan karena lekat dengan dunia sastra. Pemiliknya pun lebih dari layak dikategorikan penyair dan tokoh yang peduli dunia sastra.
    Trims rekam jejaknya, Van. Teruslah berbagi agar ilmu saya kian bertambah ...

    BalasHapus
  18. baru tau malahan ina tentang Acep zamzam Noor... hehehe....

    Dukung dan Vote ina kag di DISINI
    Pilih yang --> inamuth2.blogspot.com - Malang in My Dream : Nikmati Sejuta Rasa Bakso
    Thanks before!!!!

    BalasHapus
  19. Acep Zamzam Noor, seorang blogger, mantap. Di Palembang ada Anwar Putra Bayu yang juga seorang blogger. Blog kian mendekatkan sense sang satrawan kepada dunia sekitarnya.

    BalasHapus
  20. Lagi-lagi postingan berkualitas... beda sama punya saya yang kebanyakan sampah, wuakakakak...

    BalasHapus
  21. Semoga Sukses Segala Kinerjanya

    Terus Berkarya
    ----------------->
    Salam Sastra

    Kumpulan Puisi Acep Zamzam Noor, Artikel Budaya, Artikel Sastra, Artikel Sosial,

    Artikel Seni, Lukisan Acep Zamzam Noor dapat di update pada Blog

    http://acepzamzamnoor.blogspot.com

    Selamat Berapresiasi
    ----------------------------

    Salam musik Indonesia

    band ternama, directory pop, lirik pop, lagu pop, pop lyric, free pop lyric, lirik

    pop gratis, kumpulan lirik pop, lirik pop melayu, tembang pop lengkap ada di

    http://popindonesia.co.cc

    Selamat Bersenandung Ria
    ------------------------------

    Salam Dangdut

    goyang dangdut, directory dangdut, lirik dangdut, jago dangdut, dangdut lyric, free

    dangdut lyric, lirik dangdut koplo, direktori lirik dangdut, hot dangdut lengkap

    bisa dikunjungi di http://goyangdangdut.co.cc

    Salam Dangdut
    ---------------------

    Salam Karya

    Kumpulan puisi, Kumpulan Cerpen, Artikel Bebas, Gita Lirik, Otodidak Computer

    silakan kunjungi di http://kobongsastracipasung.blogspot.com

    Selamat Berapresiasi
    ------------------------

    Terima Kasih

    BalasHapus
  22. mas ivan,aku dikunjungi lagi oleh beliau di posting saya yg terbaru.tapi saya ingin sekali membaca tulisan2 beliau di blognya,tapi kenapa ya tulisan2nya tidak tampil? hitam saja....apa ada cara lain atau ada yg harus di klik misalnya?

    BalasHapus
  23. website acep zamzam noor, ada postingan baru silakan berkunjung.

    untuk teh Senja, coba masuk menggunakan mozilla fersi baru.

    Salam Sastra

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday