Home » , » Di Bawah Gerimis

Di Bawah Gerimis

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 23 Desember 2009 | Desember 23, 2009

beberapa hari ini aku merasa agak lebih baik jika hanya menuliskan beberapa potong sajak. aku harap bisa mendahului sebelum wajahmu benar-benar diguyur gerimis. lalu kita terjemahkan saja aksara yang ada. 

mungkin benar salah satu lirik lagu yang aku kenal dari yang kau hapal, "...yang menangis tinggalkan diriku, yang menangis lupakanlah aku."

di bawah gerimis. aku merasa telah mencuri sekuntum nyanyian dari sekeranjang waktumu. aku masih saja lelaki yang tidak mampu menjadi sekumpulan airmata atau telaga.

sebuah keberangkatan telah dimulai lagi dari sini. ia tak terbaca. setitik hujan menandainya pada sebaris huruf tak tereja.  

Bulukumba, 23 Desember 2009



 

Share this article :

36 komentar:

  1. Mengamankan yang pertama. Sajak ini mengalir begitu saja setelah mendengar perpisahan cinta dua orang kekasih. Keduanya sama-sama sahabatku.

    BalasHapus
  2. Perpisahan terkadang memang memilukan......but hidup akan terus berjalan.... semoga cerahlah hari depan...

    BalasHapus
  3. :'( selalu bingung kalo mau ngomentarin sajak atau puisi

    BalasHapus
  4. ngga mampu jadi pelindung wanita ya

    BalasHapus
  5. Tiap pertemuan ada perpisahan...dan hal itu sering ada beriringan..

    Nice post mas..tetap semangat..

    BalasHapus
  6. Setuju dengan suwung,segala sesuatu yg kita alami pasti mengandung hikmah...
    Sajak indah dalam rintik gerimis yg mengharukan...

    BalasHapus
  7. Ah disini juga gerimis, cinta berurai airmata bercampur dengan gerimis....Satukan Cinta Mereka!

    BalasHapus
  8. mampir sebentar di tengah kesibukan. duh, ivan..sajakmu itu bikin ngilu. hiks...

    BalasHapus
  9. wahh.. kebetulan di sini lagi hujan nih..

    BalasHapus
  10. Lirik lagunya sepertinya pernah dengar, itu lirik lagu Kantata Takwa ya mas..? Met siang & met beraktivitas...

    BalasHapus
  11. Semuanya akan menemukan takdirnya.
    Pertemuan, perpisahan, semua hanya fase yang lahir dari cuplikan waktu.
    Kita yang menamainya demikian ... tak peduli pilu atau indah setelahnya

    Van, sajak indah

    BalasHapus
  12. Kadang memang perpisahan tak mampu dihindari
    namun memang harus terjadi
    puisi yang bagus banget
    kalo mas Ivan yang nulis, jaminan mutu deh

    BalasHapus
  13. ih... co cweet hihihihi...
    bagus bgt kag... :)

    Dukung dengan Vote ina DISINI yah.
    Dukungan kalian sangat berarti buat ina... thanks before :)

    BalasHapus
  14. eh keren lho puisinya, bro...

    bulukumba itu di mana, mas??

    sedih juga ya suatu hubungan yang berakhir dari ke dua sahabat sendiri.
    maksud aku, sedih liat kedua sahabat yg pisah alias putus.

    BalasHapus
  15. gerimis mengundang perpisahan kah?
    atau perpisahan yang mengundnag gerimis?
    smoga besok muncul puisi, di bawah curahan matahari, bukan di bawah gerimis. hehehe

    BalasHapus
  16. lho di bulukumba? kenal sama Kak Bambang gag? SMK Bulukumba..hehe..

    eniwei, puisinya sedih...:( hiks

    blognya aku follow ya...

    BalasHapus
  17. perpisahan memang bikin sedih, tapi akan ada harapan tuk bertemu kembali

    BalasHapus
  18. puisi indah mas ivan,...
    seindah imagenya ^_^

    perpisahan tak selalu menyakitkan,meskipun selalu meluruhkan tangis.

    BalasHapus
  19. wah... makin lama makin so sweet aja ni mas ivan... hehhe

    BalasHapus
  20. bagus bgt sob sajaknya walaupun aq masih bingung pahaminya he.... he....

    BalasHapus
  21. postingan singkat tapi penuh makna... keep share om...

    BalasHapus
  22. WAH BANG IVAN....KATA-KATANYA TAJAM N MENGENA DEH..........KREATIF YA MERANGKAI KAT-KATA GINI...JADI SALUT BGT AQ.....

    BalasHapus
  23. mas....kisah temen apa temen? suit....suit....Kirain buat aku puisinya?

    BalasHapus
  24. Perpisahan, mungkin saja itu menyakitkan. Tetapi, perpisahan juga memberi hikmah, memberi pembelajaran. Bukankah setelah perpisahan, masing-masing diri akan lebih memahami, lebih memaklumi keinginan pasangannya, katanya kan. Syair indah van. Btw, saat gerimis saya lebih menyukai pasangan saya menjadi payung, hehe.

    BalasHapus
  25. Apa yang bertemu, mungkin juga pasti berpisah. Tetapi rasanya ...memang sulit dibayangkan

    BalasHapus
  26. dan itulah sebuah misterinya.............
    p cabar bang
    salam hangat selalu

    BalasHapus
  27. Dengan hati gerimis aku membacanya
    dengan mata menangis aku mengenangnya
    puisimu sungguh bikin miris
    tapi tak semudah itu, perpisahan pedih mengiris

    BalasHapus
  28. Mantabss mas Ivan..,
    sajak sajaknya keren abis, kata-katanya merintik bagai cerimis..!

    hehe

    BalasHapus
  29. Berpisah untuk bertemt fiuh akhirnya bisa bw dan blog yg pertama adalah sastra rad

    BalasHapus
  30. yaah, disini masih mendung gelap. belum pula turun gerimis...

    BalasHapus
  31. lha akhirnya muncul juga penyair sesungguhnya. Mantab juga mas!

    BalasHapus
  32. Untuk semua. Terimakasih banyak atas apresiasi, kunjungan dan komentarnya. Salam hangat. Salam budaya!

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday