Home » » Sastra yang Absurd

Sastra yang Absurd

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 28 Desember 2009 | Desember 28, 2009

Awalnya karya sastra yang absurd, gelap dan  abstrak tidak dikenal di Indonesia. Sastra beraliran absurd di Indonesia mulai merajalela sejak 1970-an. Berbagai bentuk puisi-puisi gelap, novel anti hero dan anti plot, drama tak jelas terus berlanjut hingga kini. Semuanya itu masih bisa bertahan akibat ketidakjelasannya tapi justru menjadi kekuatannya. Sastra yang absurd ini lahir lewat proses panjang dan berdasar.

Ada beberapa penyair, cerpenis dan novelis yang barangkali memang sedang sadar telah membuat aliran absurd dalam karya-karyanya dengan tendensi berbeda-beda. Puisi-puisi abstrak dituding sebagai biang keladi sastra absurd di Indonesia. Puisi-puisi gelap ini lahir seiring dengan perkembangan teater di tanah air. Sejatinya puisi-puisi abstrak lahir di balik dapur teater kemudian terbawa keluar kedunia yang bukan dunia teater, karena tidak semua seniman Sastra Puisi orang teater, tetapi orang teater pasti seorang sastrawan.

Abstrak memiliki arti, tak berbentuk, tak berpola, yang sifatnya sebagai abstraksi para seniman terhadap persoalan, peristiwa atau apapun yang ditangkap dan dikunyah oleh para seniman itu. Dalam bentuk puisi, sesungguhnya yang benar-benar abstrak tidak ada! Puisi adalah bentuk berkesenian yang bermain pada kosa kata, pada kalimat. Setiap Kosa kata dan kalimat memiliki arti. Arti yang dapat kita mengerti dengan jelas, hanya mungkin cara para seniman memainkan kosa kata menjadi kalimat yang tidak umum itu yang membuat kita bingung untuk mengartikannya.

Puisi, novel, cerpen dan teater di Indonesia adalah karya-karya yang amat mudah dimengerti. Karya-karya itu dilahirkan di negeri yang polos. Tidak abstrak! Novel-novel Iwan Simatupang ataupun puisi-puisi Ikranegara yang bisa membuat kening kita  berkerut mengunyah maknanya, sesungguhnya adalah karya-karya yang polos. Sama halnya cerita tentang buaya yang dapat bercakap-cakap dengan kancil dalam sastra fabel.

Share this article :

34 komentar:

  1. hhhmmm..gak ngerti sastra Van...hehhe

    BalasHapus
  2. gak apa2 kok, mbak Bintang..hehehe

    BalasHapus
  3. yang absurd kadang malah bis abikin puas, tidak bosen dan abadi karena karya seperti ini tidak mudah dicerna begitu saja.

    BalasHapus
  4. Wah, saya jadi ingat cerpen-cerpen gaya surealis. Trnyata Kang Ivan pinter banget masalah sastra ya. Ajarin ya, Bang...

    BalasHapus
  5. terus terang sayapun sebenarnya tak terlalu paham soal sastra apalagi membeda-bedakan gaya dari sebuah karya sastra, tapi ada kenikmatan tersendiri saat mencari makna dibalik rangkaian2 kalimat yang begitu indah dalam sebuah puisi...

    BalasHapus
  6. baru tau, ternyata sastra juga punya aliran abstrak , kirain cuman di senirupa aja yg abstrak dan absurd.

    BalasHapus
  7. Dan absurditas itu kadang yang membuat indah. hidup inipun bagi sebagian orang adalah absurd. Jadi teringat karya-karya Budi Dharma, salah satunya....Olenka.

    BalasHapus
  8. nah itu dia bro. saya itu kesulitan untuk memahami bahasa para pujangga ini. butuh dibaca berkali2 untuk mendapatkan saripatinya :D

    BalasHapus
  9. wah pengen tau nih, sastra absurd itu contohnya seperti apa aja... tar saya coba cari2 deh contohnya...

    BalasHapus
  10. puisi absurd itu puisi yang susah dimengerti itu kan?!

    mama aku kan guru bahasa Indonesia, jadi punya buku kumpulan puisi2 gitu, pas baca, ga ada yang ngerti satupun, hahahaha...

    BalasHapus
  11. kalo aku menulis saja mas,...gak ngerti sastra dan aku pikir tulisanku bukan karya sastra kali y,tapi ulah seorang bunda yg suka corat-coret hehehe,....

    BalasHapus
  12. Bismillah... semoga kali ini bisa masuk

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah ....akhirnya.
    Maaf, Van, koment saya di Novel Ind.1-2, Umar Khayam, gagal maning gagal maning. Biasa, inet-nya lagi on-off. Udah nulis, eh ... ngilang.
    Sekarang dicoba lagi deh ...

    BalasHapus
  14. Sastra absurd?
    Selama ini saya sebatas penikmat sastra, tak paham soal pengelompokkannya. Yang pasti, sejak SD, ketika tv cuma ada TVRI, saya betah duduk lama melototin tuh TV (sendirian hingga larut) untuk melihat Teater Koma main. Saat itu lakonnya "Gelas Retak". Sena A Utoyo masih ada, Didi Petet, Ratna Sarumpaet & Ratna Riantiarno masih muda banget. Itu di akhir tahun 70-an.

    Gaya berteater mereka masuk sastra mana, Van?

    BalasHapus
  15. absurd menjadi banyak makna ya...

    BalasHapus
  16. Banyak ya aliran sastra. Saya rasa semua tergantung gaya si penulis. Baik abstark maupun lugas.

    BalasHapus
  17. bagiku sastra masih belom jelas di pikiranku
    maklum ga ngerti amat
    hehehehehe

    BalasHapus
  18. wah, puisiku kyknya bukan sastra absurd deh. tapi sastra nyata. hehehhe kan mudah dimengerti.

    BalasHapus
  19. Sastra, dapat menciptakan realita baru, yang sebenarnya tidak sama dengan realita yang sebenarnya. sekalipun dalam sebuah novel sejarah. Novel-novel era 1920 yan ramai membicarakan tema kawin paksa, sebenarnya juga tak menggambarkan keadaan mutlak saat itu. Realita dalam novel-novel sejarah sebetulnya tidak menggambarkan realita masa lalu yang sebenarnya, tapi karena kehebatan penyajiannya, justru dianggap segala sesuatu dalam novel itu tidak lain dan tidak bukan adalah kebenaran.

    kayaknya nggak ngyambung yah Van???

    BalasHapus
  20. Tak sanggup membaca karya sastra yang berat... bacaan ringan saja yang saya bisa brother, hahahah... maklum orang katrok... wuekekeke...

    BalasHapus
  21. salam sejahtera
    amankan yang ke 22

    BalasHapus
  22. salam sejahtera
    terima kasih sudah berkunjung ke rumahku
    Blog Anda sastra banget
    kasih dua jempol aza dech

    BalasHapus
  23. Semakin merasa kalau diri saya sama sekali 0 tentang satra mas,duh terima kasih ilmunya..

    BalasHapus
  24. Kadang sesuatu yang absurd itu membuat kita penasaran dan disitulah letak keindahannya

    BalasHapus
  25. Saya suka yang sekali baca ngerti! Sederhana tapi dalem maknanya!

    BalasHapus
  26. Soal sastra, mas ivan memang ahlinya. hehe.
    Salam budaya....

    BalasHapus
  27. hemm.....membacanya sambil manggut2..

    BalasHapus
  28. aku cuman tahu bahwa sastra adalah bagian dari seni, selebihnya...kamu ahlinya van :)

    BalasHapus
  29. yang namanya seni kan juga terserah,, gak ada yang salah termasuk sastra... buat apa aja yang penting sastra,,, gak ada yang melarang.. termsuk yang absurd tadi.. jadi ingta puisinya siapa ya?????

    BalasHapus
  30. angkat jempol buat sesuatu yang absurd!

    BalasHapus
  31. Sastra yach...
    aku banyak bikin cerpen2 dan puisi2.. tapi kebanyakan tentang perasaan serta karakter yang emosinya dapat dirasakan pembaca.. mas tau banyak yach yentang sastra?

    BalasHapus
  32. waah,, cha ketinggalan neh van.. >_<
    baruu bisa onlen neh,,

    cha seeh gg terlalu paham m sastra absurd van,, tapii mauu belajar.. ^_^
    suka baca" novel yg absurd.. nyarii" puisi"x juga.. karna abstrak maknax banyak ya.. jadii gg penah bosan buat nikmatinnya..

    kaloo ada referensi sastra absurt bagi" y van,, ^_^

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday