Latest Post

Dari Kampung Sebelah

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 30 Januari 2010 | Januari 30, 2010

dari kampung sebelah katanya
kami bertanya setelah melihat mereka melata.
perempuan-perempuan tanpa alas kaki,
kesuburan jiwanya turun temurun 
melingkari bukit-bukit kesetiaan sambil menjunjung padi

dari kampung sebelah
anak-anak mereka menekuni puisi di huma-huma
gadis-gadis melukis bulan di atas jerami.
listrik belum masuk katanya.
berabad-abad lelaki-lelaki mereka berkaki hitam legam
dan terpaksa memahat batu di ujung sungai.

tidak perlu merisaukan kasus century dan indonesia
sebab di sini tak ada koran dan televisi
di kampung sebelah
hanya memerlukan sedikit waktu saja
untuk menyalakan pelita di setiap senja.
lalu ronda akan dimulai dari ladang jagung

pada pagi yang lebih bersahabat  
kami tak mau kembali ke kota.

bulukumba, 30 januari 2010

Homage: G Sidharta Dalam Seni Rupa Indonesia

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 29 Januari 2010 | Januari 29, 2010


Jogjakarta dan dunia seni rupa Indonesia mengenang seribu hari wafatnya salah satu pelopor seni rupa moderen Indonesia, pematung Gregorius Sidharta Soegijo. Asosiasi Pematung Indonesia (API) bekerjasama dengan pihak keluarga G Sidharta  menggelar pameran retrospektif. Dalam pameran bertajuk 'Homage : G Sidharta Dalam Seni Rupa Indonesia' ini, setidaknya 72 karya seni akan ditampilkan, meliputi patung, lukisan dan karya cetak.

Pameran ini berlangsung dari Kamis 21 Januari hingga Jumat 5 Februari 2010 di Jogja National Meseum (JNM). Pameran tersebut akan menampilkan sebagian besar karya-karya yang dibuat Sidharta sejak masa awal karirnya di tahun 1950-an hingga karya terakhirnya, berupa patung, lukisan dan grafis pada sekitar tahun 2006.

Pada pameran ini setidaknya disuguhkan karya-karya Sidharta yang memiliki kecenderungan gaya konservatif, abstraksi, hingga mitologi. Sidharta yang lahir di Yogyakarta pada 30 November 1932 adalah seorang seniman patung moderen yang tak hanya terpaku pada satu gaya berkarya saja, tapi cenderung berubah-ubah, seperti membuat karya abstrak, figuratif, realis, patung berwarna, dan lain-lain.

sumber:  http://www.krjogja.com/


Indonesia Di Desaku

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 27 Januari 2010 | Januari 27, 2010




sebuah indonesia di desaku. anak-anak tak berbaju yang memanggul keranjang bambu. perempuan-perempuan separuh baya yang membawa pasu.

aku menulis kembali beberapa teks yang pernah kuanggap sebagai puisi. aku tidak akan ke mana-mana.
di sini saja. sebuah rumah yang pernah mengajarkan cara mencintai pohon, angin, sungai dan bunga.

tengoklah ke mana mereka pergi. suara renyah gadis-gadis tertawa di bawah pancuran.
jalan setapak di tengah ladang itu adalah jalan terdekat menjenguk ibu.

sebuah indonesia di desaku. tanpa blackberry, akun facebook. twitter apalagi weblog. di sini saja. lalu putik-putik kenangan berjatuhan dari hutan pinus. bocah kecil berlari di atas pematang.
memanggil-manggil. memanggil-manggil.



bulukumba, 25 januari 2010

Pertemuan

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 25 Januari 2010 | Januari 25, 2010


sebuah pertemuan memecahkan beberapa metafora kata cinta. aku kini mendengarkannya dan bertemu denganmu adalah sangat bukan kebetulan. 

setiap penjelasanku kepadamu semestinya dibagi juga ke dalam buncah-buncah kerinduan yang pernah hilang di beberapa titik. ini bukan sekedar pertemuan. aku merasakannya dengan sangat yakin. sebaris hujan yang menggoda kerudungmu di suatu sore yang hangat, selarik angin yang menyelinap ke dalam buku yang kau baca di taman kota. aku ingin mengingatnya dengan sangat jelas. 

seperti apakah kerinduanku  sekarang dibanding dahulu?  tapi aku selalu ingin menjelaskannya. bahwa semestinya masih ada buncah rindu. dan hanya itu satu-satunya penjelasanku kini yang harus kau anggap  yang tersisa dariku sebagai titik paling romantis. 

meski aku tak lagi bisa mengingat dengan jelas. 

bulukumba di sore hangat, 25 Januari 2010 



20 Panggung di Java Jazz Festival 2010

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 24 Januari 2010 | Januari 24, 2010


Untuk keenam kalinya, Java Jazz Festival (JJF) 2010 akan digelar di Jakarta. Lokasi pertunjukan pun berpindah ke tempat yang lebih besar. JJF 2010 akan menyiapkan 20 panggung.

Acara yang akan digelar pada 5 hingga 7 Maret 2010 mendatang tersebut kini berlokasi di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran. Sebelumnya, konser tersebut selalu mengambil tempat diJakarta Convention Center. Akibat membludaknya jumlah penonton di 2009, maka tempat pun diperbesar. Hal tersebut membawa tantangan bagi JJF 2010 untuk menyuguhkan sesuatu yang baru.

“Panitia akan memakai sembilan hall besar, ada empat outdoor stage, dua akustik hall di dalam gedung dan beberapa additional stage. Jumlahnya sekitar 20 stage," kata Eki Puradireja, project manajer JJF. Eki memastikan suasana festival akan lebih terasa di tempat baru tersebut. Tentu saja line-up yang kuat akan disiapkan untuk mengimbanginya.

Untuk pertunjukan tanggal 5 dan 6 Maret akan dimulai pada pukul 18.00 WIB dan pukul 16.00 WIB untuk tanggal 7 Maret 2010. Berbagai penampilan spesial pun siap disuguhkan. John Legend, Toni Braxton, Babyface, Diane Warren, The Manhattan Transfer akan jadi bintang tamu istimewa.


Pelajar Sulsel Selamatkan La Galigo

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 23 Januari 2010 | Januari 23, 2010


Ratusan pelajar dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) telah menyelamatkan La Galigo. Mereka unjuk kebolehan pada Festival Seni Tari Tradisional Sulselbar di Auditorium Prof Ahmad Amiruddin, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas), Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Rabu (20/1).

Festival ini digelar Pusat Studi La Galigo Unhas. Pada kegiatan bertajuk Revitalisasi Kebudayaan Menuju Penguatan Akar Budaya Lokal, para pelajar itu menampilkan beragam kebudayaan yang ada di Sulsel. Termasuk kebudayaan yang kondisinya kini hampir punah.

Salah satunya adalah  seni massureq yang dilakukan pelajar dari Kabupaten Wajo. Massureq yakni membacakan naskah sureq galigo yang terdapat dalam epik La Galigo. Epik La Galigo merupakan maha karya nenek moyang masyarakat Sulsel. La Galigo juga merupakan naskah karya sastra terpanjang di dunia. Naskahnya mengalahkan panjang naskah Mahabrata karya sastrawan dari India.

Naskah La Galigo sudah dipentaskan di beberapa negara di dunia di antaranya di Belanda, Italia, Spanyol, Madrid, Australia, dan Singapura. Namun seiring waktu, semakin minim jumlah orang tua yang bisa menghapal ataupun mementaskannya. Saat ini dibutuhkan transformasi gerakan ke generasi muda.

Selain pelajar asal Wajo, pelajar mulai SD, SMP, hingga SMA daerah lainnya juga memamerkan kemampuannya berseni pada festival tersebut. Di antaranya pelajar dari Madrasah Tsanawiyah DDI Gusung Makassar, SMP Tanasitalo Kabupaten Wajo, SD 16 Tempe Kabupaten Wajo, pelajar dari Bone, dan Pangkep.

Pelajar asal Wajo menampilkan Tari Ma'genrang, massureq, dan tari anak maseri. Pelajar asal Bone mementaskan Tari Pajaga. Sedangkan pelajar dari Kabupaten Pangkep mementaskan musik gendong-gendong. Sedangkan Makassar menampilkan seni barazanji.


Puisi Yang Kuat dan Puisi Yang Lemah

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 22 Januari 2010 | Januari 22, 2010


Menurut sebuah penelitian puisi dapat mencerdaskan karena membuat otak kanan manusia terasah dalam memilih kata dan memahami makna yang terdapat di dalamnya. Puisi juga media paling independen untuk bersuara. 

Memahami sebuah puisi, sesungguhnya kita menghadapi sebuah obyek yang berada di balik tirai. Ada kalanya kain tirai terbuat dari rajutan yang sangat rapat sehingga kita memerlukan mata yang jeli dan kesabaran dalam melihat dan menafsirkan obyek yang berada di balik tirai. Ada kalanya juga kain tirainya tersulam dengan renggang sehingga secara mudah kita dapat mengetahui siapa yang berada di baliknya.

Begitu juga puisi, terkadang kita sangat susah dan lambat untuk memahami maksudnya, terkadang begitu mudah dan cepat untuk mengerti maknanya. Puisi terpilah dalam dua jenis, yaitu puisi transparan atau disebut pula diaphan dan puisi prismatis. Transparan berarti jernih, bening, dan tembus pandang; sedangkan prismatis akan sukar tertangkap oleh mata karena sinar yang menembus sebuah prisma akan terurai kandungan warnanya.

Contoh kutipan puisi prismatis :
Pada jam ke-24
kota seperti kiamat:
Sydney telah terkunci
dalam gelas pagi.
Ada bulan mengukur luas
laut dan musik panas
Ada beton membentang bentuk
dan bayang hanya merunduk
….(Sydney: Goenawan Mohammad, 1979)

Contoh kutipan puisi transparan ;
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
pohon jambu di halaman ruman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.
…(Episode : W.S. Rendra) 

Sebenarnya tidak ada istilah puisi yang baik atau pun yang puisi yang buruk. Jika bicara baik atau buruk, maka tentu ada kepastian nilai yang menjadi ukuran sedangkan puisi bersifat relatif. Semua puisi adalah karya seni.  Puisi yang abstrak sekali pun menggunakan kata-kata yang nyata sebagai alat eskpresinya. Maka yang ada hanya istilah puisi yang lemah dan puisi yang kuat.

Yang membuat puisi menjadi lemah adalah :

1. Puisi mengandung kata-kata, ungkapan, atau pernyataan yang berlebihan atau bombastis
Kata papa,
Jiwa muda adalah jiwa satria
yang menegakkan kebenaran
yang menegakkan keadilan
….(Kata Papa : Sri Yulianti, 1979)

2. Puisi menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil tak sebanding dengan alat ekspresinya yang terlalu kuat
Dik Dani,
Sedang banjirkan Jakarta?
Sehingga kau tidak bisa datang
Menengokku di sini
.
….(Sajak buat Dik Dani : Nunik Yulianti, 1979)

3. Puisi lemah dalam penalaran
Semalam hujan begitu derasnya
entah mengapakah
ramalan cuaca TVRI yang benar?
…(Rahmat: Thoha Masrukh A., 1979)

4. Puisi mengandung sisipan obyek yang melemahkan obyek utama dan mengganggu keutuhan sajak.

Oh Ibu sangat besar jasamu
Wahai kawanku janganlah kamu melawan ibumu
Dan jangan pula membantah kata ibumu
…(Ibu: Muh. Zen. 1982)

5. Puisi mengandung lebih dari satu sudut pandang
Kutulis syair ini
Ditemani oleh sepasang lilin
Ia menyala dalam kegelapan
Untuk menerangi kamarku
Betapa tulus hatimu
Rela berkorban untukku
Kau bakar dirimu
…(Sebuah pengorbanan: Dewi S., 1981)

6. Puisi menggunakan gaya pengucapan atau gaya bahasa yang kurang sempurna
Daunmu yang rimbun menutup surya
sehingga di bawahmu terbayang keteduhan dan kedamaian
sunyi, lembab mengingatkan akan maut
…(Hutan: Roslaini, 1982)

7. Puisi mengandung kelemahan rima

Bercucuran air mataku
Jika aku mengenang nasibmu
Tapi jika takdir Tuhan Mahatahu
Kita tak boleh menggerutu.
(Aku: Paramita I.S., 1979)
8. Puisi terlalu prosais
empat orang pemetik menggigil di (antara)
rerimbun pohon (an) teh
pucat mukanya
(sudah) beberapa hari (ini)
hanya rebusan singkong
dan jagung bakar mengganjal perut mereka
…(Badai Di Perbukitan Teh: Sherly Malinton, 1979)

Semoga bermanfaat, sahabat hati. Hidup ini sebenarnya adalah juga sebuah puisi. 

(pelbagai sumber)


(

Khrisna Pabichara, Lelaki Paling 'Bicara'

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 20 Januari 2010 | Januari 20, 2010


Khrisna Pabichara, ia masih saja seorang motivator dan penggiat sastra. Seorang trainer dan motivator pengembangan kecakapan belajar. Puluhan tahun mengembara di dunia pendidikan alternatif, menemani para siswa sekolah menengah dan mahasiswa. Nafasnya tetap  aktif menggeliat dengan berbagai artikel tentang pendidikan dan pola asuh anak di media massa dan dunia maya. Selain berkhidmat di Komunitas Sastra Jakarta (KOSAKATA), juga bergiat sebagai penulis buku, dan penyunting di Rumahkata Publishing.

Krishna Pabichara juga seorang blogger yang 'khusyu'. Ia dan sebahagian besar pikirannya dapat ditemui di http://dusunkata.blogspot.com/. Saya menangkapnya sebagai salah seorang lelaki yang termasuk paling 'bicara'  dalam ruang humanisme ketika membaca dua contoh puisinya berikut ini. 

Perjalanan Rindu
Rindu berdiri di halaman hari. Matahari masih mengepul di mata sepinya. Mata pengap: menjerang air mata dan senyap. Kupu dan serangga berloncatan: melenting, menggelinding. Dukanya tanak, mengepul di cangkir kopi: menguapi cinta yang sederhana.
Rindu sekarang berjalan di beranda senja. Langkahnya ringan menapak pucuk rumputan sunyi. Wajahnya masih sama: tenang-terang, hening-bening. Detik dan menit berlomba-melaju: melompat, menjingkat. Rindu yang sepi menimang-nimang kenangan: menjaga cinta yang sederhana.
Rindu pulang ke pangku malam. Matahari sampirkan letih di kening bulan. Rindu gemeretak menahan gigil, berderit di telikung pilu. Malam ini ingin sekali dia menangis. Sudah lama dia tidak menangis: terakhir dia menangis ketika pacarnya pergi selepas merampok selembar selaput dara. Dan dia tercatat sebagai bekas perawan: meratapi cinta yang tidak sederhana. 

Lelaki Paling Puisi
Aku, lelaki paling sepi, menyelam ke perut laut. Memetik ingatan mencari kenang yang dulu karam di cangkang karang. Mengeruk arus. Menandai wajah ibu: ada rindu terdampar di pantai. Berkali-kali.
Hari ini, kubangun rumah pasir. Membayangkan ibu duduk tenang di salah satu lengang ruang, menyulam rabuk perahu yang lapuk ditulah usia. Tapi gelombang selalu menyapu rumah itu, bahkan sebelum aku usai memasang atapnya.
Aku, lelaki paling puisi, melepas matahari ke rahim laut. Agar tak ada lagi senja atau camar yang riang mengajak pulang. Sepanjang siang aku menjala kenangan: ibu, dulu dirimbun bakau, aku selalu membuang risau. Sekarang, sunyi:
Menghitung sesak.

Prokem

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 19 Januari 2010 | Januari 19, 2010


Seorang mahasiswa Prancis tiba-tiba kebingungan di depan komputernya. Baru saja dia mencoba menerjemahkan sebuah cerpen dari sebuah blog milik seorang blogger Indonesia. Google Translate pun tidak mampu menolongnya kali ini. Ternyata bahasa prokem alias gaul dalam cerpen tersebut tidak mampu diterjemahkan oleh fasilitas penterjemah secanggih apapun. Kecuali kalau saja ada ciptaan baru berupa alat yang bisa menterjemahkan bahasa gaul Indonesia. Masalahnya bahasa prokem memiliki eskalasi perubahan dan perkembangan yang sangat cepat. Alat penterjemah bahasa prokem secanggih apapun tidak akan mampu mengatasinya.

Selain mahasiswa Prancis itu, ternyata jutaan orang-orang di belahan bumi lainnya banyak mengalami hal yang sama.  Bahasa Indonesia lebih sering menjadi bahasa yang sama sekali asing bagi mereka. Bahasa gaul, prokem dan semacamnya telah  menjadi agresor utama bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan  benar.

Abad baru menawarkan dua imperialisme bahasa. Imperium pertama adalah bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional yang paling penting. Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa kaum elite di banyak negara berkembang bahkan berhasil memilah-milah stratifikasi sosial dalam masyarakat. Imperium kedua adalah bahasa gaul atau prokem.

Keseharian kita, jujur 90% kaum terdidik adalah pembawa kedua imperialisme tersebut. Walaupun bahasa Indonesia berhasil mengukuhkan posisinya sebagai bahasa nasional namun terbatas dalam penggunaan. Lalu di manakah lagi letak ide-ide cemerlang para manusia Indonesia terdampar ketika tak seorang pun menemukannya di belahan bumi lainnya. Keegoisan menggunakan bahasa prokem menjadikannya begitu asing di mata bangsa lain.

Lingkaran Aku Cinta Padamu

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 17 Januari 2010 | Januari 17, 2010


Lingkaran Aku Cinta Padamu
Iwan Fals & Sawung Jabo
(Album Anak Wayang 1994)

Kini kami berkumpul
Esok kami berpencar

Berbicara tentang kehidupan
Berbicara tentang kebudayaan
Berbicara tentang ombak lautan
Berbicara tentang bintang di langit
Kami berbicara tentang Tuhan
Berbicara tentang kesejatian
Tentang apa saja

Malam boleh berlalu
Gelap boleh menghadang

Disini kami tetap berdiri
Disini kami tetap berpikir
Disini kami tetap berjaga
Disini kami tetap waspada
Disini kami membuka mata
Disini kami selalu mencari
Kesejatian diri

Alang alang bergerak
Mata kami berputar

Seperti elang kami melayang
Seperti air kami mengalir
Seperti mentari kami berputar
Seperti gunung kami merenung
Di lingkaran kami berpandangan
Di lingkaran kami mengucapkan

Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu


Sejak lagu ini ditetapkan beberapa bulan lalu sebagai lagu penutup program sastra dan budaya 'Ekspresi' di RCA 102, 5 FM, banyak pendengar yang bertanya tentang lagu ini melalui email, SMS maupun telepon ke studio. Kebanyakan pendengar menanyakan, "Kenapa harus lagu itu?" atau "Kenapa tidak pilih lagu ini, atau lagu ini..misalnya" dan bermacam-macam lagi pertanyaan lainnya.



Dari sisi musikalitas, lagu ini sebenarnya tidak terlalu menonjol. Dari sisi popularitas, lagu ini tidak pernah menempati tangga lagu teratas di chart stasiun radio manapun. Bahkan tidak termasuk sebagai lagu yang melegenda. Berbeda dengan beberapa lagu Iwan Fals yang lainnya semisal 'Bongkar' yang dinobatkan oleh majalah Rolling Stones special edition Desember 2009 sebagai Lagu Terbaik Sepanjang Masa

Kami di RCA  hanya memiliki satu jawaban. Kami memilih lagu ini sebab menurut kami sampai saat ini hanya ini satu-satunya lagu di dunia yang pernah diciptakan dengan penuh idealisme dan dedikasi terhadap seni, kebudayaan, peradaban, humanisme dengan penuh cinta. Lagu ini sangat mewakili visi sebuah program sastra dan budaya di radio.

Rousseau, Esais Di Balik Revolusi Prancis

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 16 Januari 2010 | Januari 16, 2010

Jean Jacques Rousseau (Geneva, 28 Juni 1712 – Ermenonville, 2 July 1778). Ia adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofi dan beberapa esai kecilnya mempengaruhi rakyat kelas bawah dan menengah untuk melakukan revolusi Prancis.

Tidak banyak catatan sejarah yang menuliskan tentang sebuah karya sastra yang bisa menumbangkan sebuah Negara. Tapi Prancis mengenal dan tetap mengenang Rousseau menyumbangkan pemikiran untuk perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. 

Karya novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan romanticism di bidang tulisan fiksi.

Karya autobiografi Rousseau adalah 'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker adalah contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist. Pada perioda revolusi Prancis, Rousseau adalah ahli filsafat terpopuler diantara anggota Jacobin Club. Dia diangkat sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah kematiannya.


Digitalisasi Warisan Budaya Sulsel

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 15 Januari 2010 | Januari 15, 2010

Warisan lokal Sulsel dari budaya Bugis-Makassar-Mandar-Toraja akan segera didigitalisasi. Tujuan pembangunan perpustakaan digital untuk mempromosikan pemahaman dan kesadaran antarbudaya dalam lingkup nasional, menyediakan sumber belajar, mendorong ketersediaan bahan pustaka dan informasi yang mengandung nilai budaya setempat, serta mendukung penelitian ilmiah.

Ide digitalisasi perpustakaan yang digagas Badan Perpustakaan Nasional akan dilakukan dengan cara mengkonversi berbagai warisan budaya, baik yang berupa benda maupun yang bukan benda ke dalam bentuk digital.

Setelah itu, mengintegrasikan warisan budaya yang berupa teks, gambar, video, dan audio ke dalam bentuk multimedia warisan budaya, kemudian menyebarkan dan memanfaatkan warisan budaya digital ini untuk pembelajaran dalam rangka pembentukan jati diri bangsa.

National Digital Heritage Repository sejenis "gudang" tempat menyimpan perangkat lunak yang berisi warisan budaya-budaya nasional yang telah diintegrasikan ke dalam bentuk digital tersebut. Bahan perpustakaan digital terdiri dari berbagai media, misalnya buku bahan kartografis, manuskrip, objek benda, rekaman suara, peta, notasi musik, dan lain sebagainya. Manfaat yang dapat dirasakan nantinya dari repositori warisan budaya digital adalah menghimpun warisan budaya dalam bentuk multimedia.



Template

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 13 Januari 2010 | Januari 13, 2010


loadingnya tidak lama jika hanya sekedar mengenang, biasanya. 
 banyak yang telah berubah di kotamu. termasuk template di hatimu, mungkin. beberapa tahun lalu seseorang yang lain telah memberimu tutorial untuk cara-cara mencintai. 

aku masih mengingatnya. hari itu kita membuat satu akun saja untuk sebuah perjalanan yang disepakati. "tapi aku akan membuat beberapa buah  akun untuk mengantisipasi musim-musim yang biasanya membanned hati kekasihku," katamu di hari itu. sebuah hari penuh hujan di kotamu dengan template klasik. 

aku masih saja mengingat berbagai macam widget yang telah kau pasang di waktuku yang lampau. aku mengingatnya dengan cara yang termasuk paling setia. aku belum pernah memikirkan untuk menggantinya. paling tidak sampai aku bertemu lagi dengan bermacam kode
javascript yang tidak aku pahami.
 

musim-musim yang senantiasa berubah memang kadang  ditugaskan membanned cinta. yakinku, diam-diam.

Bulukumba, 13 Januari 2010

Prosa Kecil Januari, Seonggok Perempuan

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 12 Januari 2010 | Januari 12, 2010


“barangkali kepada angin saja aku akan menyampaikan perasaan ini jika waktu telah berkenan,” akhirnya perempuan itu mengucapkan kalimatnya di awal januari. perempuan yang kini menggigil dan memeluk tubuhnya sendirian. perempuan yang dilarutkan malam-malam seperti desember kemarin.

para lelakinya telah bergantian datang dan pergi selama bertahun-tahun ini. waktu telah berkenan memberinya kesempatan untuk dicintai. beberapa dari kekasihnya mendapatkan bagian-bagian cinta dari tubuhnya. beberapa dari kekasih-kekasihnya yang lain berkenan memberikan cinta kepada nafasnya. tapi perempuan itu masih saja merasa sendirian. angin pun  tak dapat menjelaskan kepadanya tentang makna-makna yang  dihilangkan waktu.

tahun-tahun akan segera bergantian melumat usia dan tubuhnya. musim-musim telah mencabik-cabik wajahnya yang jelita. perempuan itu begitu menyadarinya. kekasih-kekasihnya pasti akan meninggalkannya sendirian ketika waktu itu tiba. dan ia tak akan lagi dipanggil dengan sebutan pelacur.

perempuan yang mendesah sendirian di bawah bulan. rambutnya kini menjadi hutan. wajah dan tubuhnya tidak lagi jelita. ia berusaha menikmati saat-saat waktu menjemput peristiwa-peristiwa berikutnya. hari-hari misterius yang tidak akan pernah bisa dibayangkan olehnya. dengan tubuh dan usia yang tidak lagi bisa dicintai oleh siapapun. bahkan olehnya sendiri.

tersisa beberapa musim lagi. tapi seonggok tubuh perempuan itu tak kunjung disinari bulan. ia tak akan lagi dipanggil dengan sebutan pelacur.
 
Bulukumba, 11 Januari 2010

Ekspresi Novelis Ramli Palammai

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 11 Januari 2010 | Januari 11, 2010


Novelis Ramli Palammai akhirnya bersedia hadir di studio RCA untuk ditodong beberapa pertanyaan. Saya mengintervieunya sekitar 40 menit di program Ekspresi, edisi Minggu 10 januari 2010. Direktur p3i Press Makassar, Andhika Mappasomba, selaku pihak penerbit turut mendampingi. Andhika yang juga salah seorang sastrawan Bulukumba membacakan beberapa prosa lirik romantik dalam sesi pembacaan karya sastra.

Sebagaimana yang disuguhkannya dalam novel Aku Di Sebuah Novel, Ramli jujur mengakui tentang beberapa kegelisahannya. Salah satunya tentang ruang sempit bagi karya-karya anak negeri terutama di daerah. Terungkap pula bahwa novel pertamanya itu adalah bagian dari trilogi dengan judul-judul novel selanjutnya yang masih dirahasiakan. Hanya ada satu bocoran tentang  tebal halaman novelnya yang kedua yakni lebih dari 500 halaman.

Di salah satu halaman novel pertamanya, Ramli mengutip sebuah puisi yang dicuplik dari karya Andhika Mappasomba. Yang menjadi penanda ketegasannya dalam menulis tersingkap keluguan berupa rasa gerah terhadap gaya kepenulisan novel tanah air yang dianeksasi oleh kepentingan industri penerbitan semata. Satu hal yang justru dimusuhinya dan perlawanan itu terungkap jelas dalam novel Aku Di Sebuah Novel. 

Tapi terlanjur sebuah titik rasa yang berbeda telah dituangkan Ramli ke dalam bejana sastra tanah air. Selama 10 tahun terakhir, ini adalah novel yang pertama ditulis oleh manusia Bulukumba. Sekitar 20 tahun lalu, sebenarnya juga pernah terbit novel anak-anak berlatar sejarah revolusi fisik berjudul Bulukumba Membara yang ditulis oleh Fahmi Syarif.

Di akhir wawancara, Ramli menjanjikan, Aku Di Sebuah Novel dapat diperoleh di toko-toko buku di semua kota besar di Indonesia dalam waktu dekat ini. Distribusinya sementara mulai dilakukan.

Topeng Hitam Putih di Unismuh

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 09 Januari 2010 | Januari 09, 2010



Lembaga Kesenian Bengkel Sastra Dewan Mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia (Bestra) dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra UNM tak pernah berhenti berkarya. Lembaga ini menggelar pentas tahunan bertajuk Topeng Hitam Putih. Pertunjukkan  digelar di Auditorium Al-Amin Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Sabtu (9/1) hari ini.
Bestra UNM  berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Talas. Mereka menampilkan berbagai persembahan, di antaranya pementasan tari, persembahan puisi, teater, dan musik. Pimpinan Produksi Pentas Topeng Hitam Putih, Muslim menjelaskan, pementasan dihadiri para pekerja seni kampus dari dalam dan luar Kota Makassar.  Selain itu mahasiswa dan masyarakat umum pun ikut serta pada pementasan ini.


Topeng Hitam Putih di Unismuh  kali ini juga diwarnai pemeran karya seni rupa yang bekerjasama dengan Bengkel Sastra FBS UNM, UKM Talas Unismuh, dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi Sulawesi Selatan.

sumber: Tribun Timur 

Cinta Dan Realitasnya Yang Pecah-Pecah

Judul: Aku Di Sebuah Novel
Penulis: Ramli Palammai
Penerbit: P3i Press Makassar
Cetakan: Januari 2009
Tebal: 169 halaman

Sebuah titik rasa yang berbeda. Aku Di Sebuah Novel adalah novel pertama di Bulukumba yang ditulis oleh salah seorang manusia muda bernama Ramli Palammai, kelahiran Bulukumba, 1985. Bapaknya seorang petani, ibunya seorang tukang jahit.

Ada indikasi, Ramli sempat merasa gerah dengan gaya penulisan novel di tanah air yang kebanyakan memaksa pembacanya menyeruput begitu saja isi sebuah novel. Ibarat segelas minuman yang melihat jenis dan merknya saja maka sudah dapat dibayangkan bagaimana rasanya sebelum melewati tenggorokan. Membaca Aku Di Sebuah Novel membuktikan ada rasa yang agak berbeda disajikan oleh novelis berbakat yang juga seorang guru muda ini. Nanti masuk ke perut baru terasa apa yang telah diramunya di sana. Tebal novel dengan angka 169 adalah metafora yang begitu misterius.

Novel ini lahir dari sebuah catatan harian atas perjalanan sejarah hidup di sebuah kampus. Segala fenomena yang hadir di kampus dan beberapa peristiwa di luar adalah inspirasi yang mengisi dimensi pikir dalam proses penulisan novel ini. Konfliknya sebenarnya klise. Ada tokoh aku, peristiwa-peristiwa sengit dalam hubungan cinta, dan  perbincangan kehidupan yang jenuh terhadap realitas kampus yang mulai sesak  oleh pendiktean kroni-kroni kapitalis dari dunia luar.

Tokoh aku dikisahkan jatuh cinta pada seorang wanita yang dipanggilnya pelacur.  Ia merasa menemukan sisi paling penting dalam hidupnya, yaitu sebuah mimpi mencintai yang sungguh tak biasa. Mencintai seorang pelacur. Ini cara mencintai yang asing baginya. Pemuda yang datang dari dunia tradisi ketimuran yang kini berada di lingkungan metropolis dan menciumi bau hedonisme di mana-mana. Kisah hubungan keduanya bermula dari ketulusan namun sekejap berubah oleh arus seksualitas yang demikian kencang lalu kemudian mengalahkan pilihan mencintai-seperti mimpi sang tokoh aku pada mulanya.

Seperti kebanyakan kisah-kisah dramatik, perpisahan menghantui keduanya. Sang lelaki pun kemudian menentukan pilihan cintanya. Keputusannya adalah meninggalkan seonggok tubuh yang ia yakini berperan besar mengosongkan jiwanya. Sebuah perpisahan yang sangat mistis melemparkan sang lelaki jatuh ke kisah cinta yang lain. Perempuan ‘baik-baik’ bernama Monalisa adalah makhluk jelita yang kemudian berhasil mengubur jauh-jauh sang pelacurnya yang dulu. Sebuah realitas yang lazim, bau perempuan baik-baik itu tak lebih baik dari bau hedonisme yang dapat diendus di mana-mana.

Gaya penulisan di novel ini akan selalu memancing siapapun untuk berhadapan dengan novel yang ‘puisi.’ Ramli Palammai yang kerap bergaul dengan para penyair di Bulukumba adalah penyebab terkuat sehingga novel ini seolah ‘puisi’ di sisi lain. Alur peristiwa-peristiwa yang berloncatan dari setiap dimensi olah pikir penulisnya membutuhkan daya nalar kuat bagi pembacanya. Terlanjur sebuah titik rasa yang berbeda telah dituangkan ke dalam khazanah sastra tanah air. Satu dari sekian sisi pentingnya, novel ini begitu penting untuk dibaca bagi yang ingin memahami cinta dan realitasnya yang pecah-pecah. Tanpa bersandar pada alasan yang sekedar berlindung  dari kebetulan-kebetulan.

Copy Paste

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 08 Januari 2010 | Januari 08, 2010


Setiap hari ratusan bahkan ribuan tulisan lahir dari ide maupun peristiwa sehari-hari. Lalu pernahkah anda berpikir bahwa tulisan yang lahir dari benak dan hati anda di-copy paste oleh orang lain tanpa sepengetahuan anda?

Berbagai tulisan dengan beragam jenis termasuk karya sastra, ilmiah, berita dan sebagainya pasti banyak yang mirip, agak mirip, sedikit mirip bahkan benar-benar sangat mirip satu sama lain. Beberapa di antaranya hanya karena faktor kebetulan. Tentu hal itu sangat manusiawi. Sebahagian lagi memang karena sengaja di-copy paste. Baik dengan atau tanpa pemberitahuan kepada sumber. Baik menyebut atau tidak sumber maupun referensinya.

Untuk mengetahui siapa saja yang meng-copypaste tulisan anda sebenarnya sangat mudah. Anda bisa menelusurinya di Copyscape. Sejak dulu alat pelacak ini sudah banyak diketahui oleh para blogger. Alat detektor di Copyscape mampu melacak tulisan manapun yang dicurigai memiliki kemiripan dengan tulisan anda.

Yupnical Saketi Si Penyair Bertopeng

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 07 Januari 2010 | Januari 07, 2010




Publik penggemar musik underground pasti mengenal Slipknot, kelompok musik bertopeng di Amerika. Di Indonesia juga ada Kuburan Band  dengan topeng khasnya. Jagad kepenyairan Indonesia pun memiliki Yupnical Saketi Si Penyair Bertopeng. Sosok unik seniman multi-genre ini senantiasa mengenakan topeng mirip superhero fiksi Zorro atau Batman. Yupnical Saketi, Penyair bertopeng yang lahir di Kerinci (Jambi), 15 Juni 1976 dan menyelesaikan kuliah di PBS Bahasa Inggris FKIP Universitas Jambi (Unja).

Karyanya dimuat dalam antologi bersama Harimau Sumatera (cerpen, 2001), Dari Kedondong Sampai Tuah (cerpen, 1999), Lahir (puisi, 1999), Mengenang HM Sabki (puisi,1998), Rakit Biru (puisi,1997), Midle (puisi,2002), Antologi Penyair Sumatera 2005 (puisi,2005), dan CD Puisi Pariwisata Jambi di Mata Penyair (deklamasi, 2005).

Beberapa media cetak juga menjadi santapan empuk karyanya, antara lain SKH Sriwijaya Post, Jambi Independent, Jambi Ekspress, dan lain-lain. Penyair bertopeng ini adalah aktor, penulis naskah dan sutradara, juga pernah belajar cinematografi dan pernah  menggarap beberapa fragmen drama TVRI Jambi. Di dunia seni rupa sering mengadakan pameran lukisan baik di dalam maupun di luar Jambi .Di bidang musik aktif menggeluti musik etnik-tradisi dan balada.

Yupnical Saketi juga adalah wartawan yang bekerja di Harian Kriminal Posmetro Jambi yang menjadikannya  sangat dekat dengan berbagai kalangan. Salah satu puisinya berikut ini bisa menandakan bahwa ia memang banyak bermain di segala lapisan.


O Bulian yang Mengibarkan Daunnya di Tepian
;Bupati Syahirsah yang makin bersahaja ketika berbasah-basah luluk sawah

ketika laut begitu larut, langit begitu sengit
tanah begitu ranah dan api begitu sunyi
kutemukan seniman yang tidak bernyanyi
apalagi nyinyir dengan puisi
O sungguh aku iri pada ruh puisi
yang menderas hidup di aliran darahnya
sajak yang bernyawa pada setiap jejak
sementara aku baru sebatas tajak yang mengumban lagak
mengumbar imaji pada tembok angin
jadi graviti gugusan gemini
di sepanjang nadi turab tepian batanghari

di sisi curam situlah sebatang bulian mengibarkan dedaunnya
laksana bendera yang patahkan tiang-tiang puting beliung
O dialah lelaki dengan berjuta pataka kearifan di dadanya
rela melarutkan diri ke desakan aroma keringat kaum pafa
atau mencebur ke luluk lumpur yang mengukur
petak-petak sawah sahaya nan susah melata ludak
atau ke debur laut keperihan
karena ranah politik penuh titik
dan itik yang berbaris pulang kandang
kala petang mulai menjelang

O lelaki kayu bulian
telah kulihat daging kambiummu mendidih
di kawah langit gerhana merah darah, segar
ketika kau menyapa seniman apa adanya
O

(berbagai sumber)

Masih Tentang Esai

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 06 Januari 2010 | Januari 06, 2010


Sejarah Esai
 

Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an semenjak seorang filsuf Perancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang berisi beberapa anekdot dan observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

Montaigne menulis  dalam kata pengantar bukunya:
"Pembaca, ini sebuah buku yang jujur. Anda diperingatkan semenjak awal bahwa dalam buku ini telah saya tetapkan suatu tujuan yang bersifat kekeluargaan dan pribadi. Tidak terpikir oleh saya bahwa buku ini harus bermanfaat untuk anda atau harus memuliakan diri saya. Maksud itu berada di luar kemampuan saya. Buku ini saya persembahkan kepada para kerabat dan handai taulan agar dapat mereka manfaatkan secara pribadi sehingga ketika saya tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (suatu hal yang pasti segera mereka alami), dapatlah mereka temukan di dalamnya beberapa sifat dari kebiasaan dan rasa humor saya, dan mudah-mudahan, dengan cara itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh tentang diri saya tetap awet dan selalu hidup" (dari "To The Reader").
Kemudian, pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon menjadi Esais Inggris pertama. Bukunya berjudul Essay. Bentuk, panjang, kejelasan, dan ritme kalimat dari esai ini menjadi standar bagi esais-esais sesudahnya. Ada beberapa esai yang formal, dan ada beberapa esai lain yang bersifat informal. Bentuk esai informal lebih mudah ditulis karena lebih bersifat personal, jenaka, dengan bentuk yang bergaya, struktur yang tidak terlalu formal, dan bertutur. Bentuk esai formal lebih sering dipergunakan oleh para pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Formal esai  dibedakan dari tujuannya yang lebih serius, berbobot, logis dan lebih panjang.


Tipe Esai

Esai Deskriptif:  bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk esai biasanya membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subyek.


Esai ekspositori: esai yang menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan.

Esai naratif: menggambarkan suatu ide dengan gaya bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif berupaya mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan
berdasarkan urutan kepentingannya.


Esai dokumentatif: memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas tertentu.


Langkah-langkah membuat Esai

1. Memilih Topik
Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus?

2. Tentukan Tujuan
Tentukan tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.

3. Tuliskan Minat Anda
Tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.

4. Evaluasi Potensial Topik
Jika telah ada beberapa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan.Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.

5. Membuat Outline
Membuat Outline dibutuhkan oleh sebahagian penulis meski sebahagian besarnya lagi tidak pernah melakukannya sebab tujuan dari pembuatan outline hanya meletakkan ide-ide dari topik ke dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.


6. Menuliskan Tesis
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:

    * Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia

    * Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.


7. Menuliskan Tubuh Esai
Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.

Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:

    * Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi d Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”

   * Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.

    * Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi

 * Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.

  * Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.

8. Menulis Paragraf Pertama

    * Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.

    * Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.

    * Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam

   * membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.

   * Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.

    * Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.

     * Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.

9. Menuliskan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda.

10. Memberikah Sentuhan Akhir
Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.Teliti format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya

Baca dan baca kembali naskah anda. Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal? Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan beberapa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.

Semoga bermanfaat. Maaf 'catatan kaki' ini terlalu panjang dan membosankan. Saya hanya ingin sekedar berbagi dan belajar bersama anda menulis esai.

referensi:  Guide to Writing a Basic Essay, Index of Literary Terms 

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday