dari kampung sebelah katanya
kami bertanya setelah melihat mereka melata.
perempuan-perempuan tanpa alas kaki,
kesuburan jiwanya turun temurun
melingkari bukit-bukit kesetiaan sambil menjunjung padi
dari kampung sebelah
anak-anak mereka menekuni puisi di huma-huma
gadis-gadis melukis bulan di atas jerami.
listrik belum masuk katanya.
listrik belum masuk katanya.
berabad-abad lelaki-lelaki mereka berkaki hitam legam
dan terpaksa memahat batu di ujung sungai.
tidak perlu merisaukan kasus century dan indonesia
sebab di sini tak ada koran dan televisi
di kampung sebelah
di kampung sebelah
hanya memerlukan sedikit waktu saja
untuk menyalakan pelita di setiap senja.lalu ronda akan dimulai dari ladang jagung.
pada pagi yang lebih bersahabat
kami tak mau kembali ke kota.
bulukumba, 30 januari 2010
...dan dari kampung sebelah datang silaturrahmi, selamat pagi dan selamat beraktifitas hehe.
BalasHapuspagiiii ...
BalasHapuskunjungan dari kampung sebelah, ingin memupuk kesegaran jiwa, disini.
Jadi rindu desaku, tidak perlu pusing BW dan update FB.. nikmati anugrah Tuhan saja.
BalasHapusMantab.. Hebat..
BalasHapussmua benar adanya.
seperti diriku yang tak pusing memikirkan politik negeri
karena sudah terlanjur pusing memikirkan hari demi hari yang terlewati
merenungkan apa yang harus aku makan hari ini
:D
jadi pengen ke kampung sebelah nih.
BalasHapusIndahnya puisinya senior,,,... Sederhanakan tindakan.
BalasHapuskearifan masyarakat yang tiada taranya
BalasHapusBang. Tolong bantu kami atasi template barunya gramudia. Kami baru saja ganti template tapi isinya berantakan.
BalasHapusdari balik bukit, aku baru saja menengok padukuhan itu.
BalasHapusDari kampung seberang datang meminta ijin untuk menyusuri & menikmati indahnya bukit2 kesetiaan yang ada di kampung sebelah...
BalasHapusRasa damai dan tentram ikut menikmati kalimat di atas
BalasHapusseperti lagunya slank : bocah-bocah kecil....main seruling dari bambu.....mainkan lagu....di keheningan alam desa......dan seterusnya......puisimu hening bang....hening.......
BalasHapusKEREN SEKALI PUISINE, TEMANE JUGA TOP!
BalasHapusINI KUNJUNGAN DARI RUANG SEBELAH HAH!
Aku juga dari kampung sebelah nih...
BalasHapusmampir ngintip sebentar.
Moga sehat dan sukses selalu.
MAMPIR JENGUK IVAN.
BalasHapusDari kampung sebelah, mana oleholehnya mas?
BalasHapusNice Poems
Dari kampung yang jauh, aku datang menjemputmu sobat....
BalasHapuspa berkunjung ke kampoeng sebelah...kesederhanaan terpancar d setiap kehidupan nya.moga bang ivan sehat2 aja d kampoeng...
BalasHapusah, kampung sebelah yang menyisakan kenangan..
BalasHapusmungkin mereka jauh dari peradaban, atau sebentuk kemajuan..
tapi jangan tanya tentang kesederhaan dan kedamaian, mereka akan memberimu lebih dari yang kau minta..cute bro! puisi yg indah...
kata-katanya indah mas...penuh makna yang dalam...
BalasHapusdesa penuh wajah lugu tanpa keahlian it, bahasa ataupun perbankan tetapi menyimpan hati yang tulus, bersih tanpa kepalsuan dan juga kearifan budi yang tiada tara, mari kembali ke desa
BalasHapusjadi rindu desaku bang desa yang penuh wajah-wajah bersahaja dengan pikiran bersih belum disusupi nafsu angkara
BalasHapuskapan anak gramuda ke Pinrang Van?
BalasHapuskampung sebelah sepertinya lebih nyaman...
BalasHapuswah mantap nih puisinya mas Ivan..,
BalasHapuskampung memang lebih nyaman..,
Kami lebih suka hidup didesa, dan nyata! Salam buat kampung sebelah!
BalasHapuskampung sebelah yg menghadirkan kerinduan ^^
BalasHapuskedamaiannya membuat enggan pulang ke kota...
Puisi yang bagus brother, udah pake bait-bait nih ceritanya, hahaha...
BalasHapustapi bagus bro, karena saya lebih terbiasa membaca puisi model begini, hahaha...
Happy blogging.. Have a nice day..
BalasHapusUntuk semua. Terimakasih kunjungan dan komentarnya, sobat.
BalasHapusaq datang lagi belum coment d sini beberapa hari sbuk jd waktu BW juga sedikit bgt, puisinya indah dan bagus bgt
BalasHapusSungguh, meningatkan aku akan desa kelahiranku. Tapi, sayang, kini disana tak seindah dulu. aroma kemajuan jaman, sudah banyak terhidu. Kecantikan desa tak lagi alami :(
BalasHapus