Home » , » Prosa Kecil Januari, Seonggok Perempuan

Prosa Kecil Januari, Seonggok Perempuan

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 12 Januari 2010 | Januari 12, 2010


“barangkali kepada angin saja aku akan menyampaikan perasaan ini jika waktu telah berkenan,” akhirnya perempuan itu mengucapkan kalimatnya di awal januari. perempuan yang kini menggigil dan memeluk tubuhnya sendirian. perempuan yang dilarutkan malam-malam seperti desember kemarin.

para lelakinya telah bergantian datang dan pergi selama bertahun-tahun ini. waktu telah berkenan memberinya kesempatan untuk dicintai. beberapa dari kekasihnya mendapatkan bagian-bagian cinta dari tubuhnya. beberapa dari kekasih-kekasihnya yang lain berkenan memberikan cinta kepada nafasnya. tapi perempuan itu masih saja merasa sendirian. angin pun  tak dapat menjelaskan kepadanya tentang makna-makna yang  dihilangkan waktu.

tahun-tahun akan segera bergantian melumat usia dan tubuhnya. musim-musim telah mencabik-cabik wajahnya yang jelita. perempuan itu begitu menyadarinya. kekasih-kekasihnya pasti akan meninggalkannya sendirian ketika waktu itu tiba. dan ia tak akan lagi dipanggil dengan sebutan pelacur.

perempuan yang mendesah sendirian di bawah bulan. rambutnya kini menjadi hutan. wajah dan tubuhnya tidak lagi jelita. ia berusaha menikmati saat-saat waktu menjemput peristiwa-peristiwa berikutnya. hari-hari misterius yang tidak akan pernah bisa dibayangkan olehnya. dengan tubuh dan usia yang tidak lagi bisa dicintai oleh siapapun. bahkan olehnya sendiri.

tersisa beberapa musim lagi. tapi seonggok tubuh perempuan itu tak kunjung disinari bulan. ia tak akan lagi dipanggil dengan sebutan pelacur.
 
Bulukumba, 11 Januari 2010

Share this article :

20 komentar:

  1. Mohon maaf izinkan pertamaya dulu. Hehe...

    BalasHapus
  2. Sebuah perenungan yang dalam, Mas. Bahasanya santai, tapi dalam.

    Perempuan di awal Januari, sungguh betapa tabah nasibmu....

    BalasHapus
  3. Kenapa disebut seonggok, karena dia pelacurkah...? Selamat pagi van.

    BalasHapus
  4. Semoga dimusim yang tersisa,hilang semua sebutan hitam itu.

    BalasHapus
  5. perempuan itu masih saja merasa sendirian.... dan perasaan ini akan terbawa sampai di ujung penyesalan dan akhirnya akan menjadi onggokan kisah yang tidak seharusnya terjadi.

    BalasHapus
  6. Hmm....seonggok perempuan?!
    Ia selalu merasa sendiri berteman sunyi sembari terpaksa menikmati rintih. Berharap sinar bulan membawa keindahan dan merubah keadaan yang selalu saja menjadikannya sebagai korban. Ia hanya seorang perempuan.
    Salam.

    BalasHapus
  7. selalu dan selalu ada kesempatan tuk berubah ya...

    BalasHapus
  8. Awal januari..yang mempesona...

    BalasHapus
  9. assalamu alaikum
    wacana ini membuat saya merenung
    wacana yang bermanfaat

    BalasHapus
  10. salam sejahtera
    berkunjung lagi mas
    seperti biasa
    blog ini selalu menghadirkan tulisan yang bermanfaat
    kisah tentang wanita yang
    menarik untuk dibaca
    dan membuat semua orang merenung

    BalasHapus
  11. Sebuah prosa yang indah. Semoga sang tokoh kembali ke jalan yang benar sesudahnya.

    BalasHapus
  12. kisah pilu di awal januari.
    slalu ada jalan untuk kembali agar tak lagi terpateri sebutan "seonggok perempuan"

    Maaf, saya baru kembali

    BalasHapus
  13. perenungan yang indah mas... sayang... kenapa harus seonggok perempuan?

    BalasHapus
  14. salam sobat
    wah seperti ini prosanya ya,,
    seonggok perempuan,,yang memilukan.
    semoga perempuan2 kita semua tidak seperti ini...ya...

    BalasHapus
  15. wanita paling banyak menjadi korban kasihan banget

    BalasHapus
  16. intonasi dalam berkarakter ini memang milik dan hanya milik abangku tercinta......
    salam hangat dari blue

    keren

    BalasHapus
  17. cinta yang datang dari tubuh untuk tubuh tak akan abadi, kini tak lagi bermakna dan berarti..

    Prosa yang keren mas...!!

    BalasHapus
  18. akh, kasihan sekali perempuan itu.

    BalasHapus
  19. apa semua pelacur memiliki perasaan seperti itu? kesepian. dan tanpa harapan.

    BalasHapus
  20. Untuk Semua. Terimakasih kunjungan dan komentarnya. Puisi di atas sengaja diberi judul dengan embel-embel Prosa. Bentuknya memang agak prosaime. Perempuan dalam puisi ini hanya simbol.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday