Home » , » Perempuan Di Bawah Pohon Pinus Yang Menangkapi Angin Dari Arah Pantai

Perempuan Di Bawah Pohon Pinus Yang Menangkapi Angin Dari Arah Pantai

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 15 Februari 2010 | Februari 15, 2010


-catatan kecil buat sahabatku, dhea. lalu dhea menyebut ini sebagai prosa romantik yang terakhir.

ia perempuan di bawah pohon pinus. perempuan yang pernah bermimpi menelan bulan. si jabang bayi kini terasa menendang-nendang dinding perutnya. sebagaimana para perempuan lainnya yang menunggu kelahiran bayi dari buah cintanya, perempuan itu merasakan hatinya bertambah cantik. ia memulai pagi dengan embun yang berbutir-butir di atas rumput halaman rumah. ia menyudahi senja dengan angin dari arah pantai. sebenarnya ia hanya berusaha menangkapi angin dan siluet kenangan tepat di keningnya. 
kenangan begitu rutin menyambanginya di bawah pohon-pohon pinus. lelaki dalam siluet itu tak kunjung bisa diusir. ia tidak habis mengerti. lelaki itulah manusia yang paling ia cintai sekaligus yang  paling ia benci. 
perempuan yang pernah menelan bulan dalam salah satu mimpinya. perempuan yang menangkapi angin dalam kenangan. ia menemukan tubuhnya sendiri di waktu lampau berputar-putar di depan cermin dalam kamar. ia baru saja mengetahui aroma tubuh seorang lelaki yang sesungguhnya. ia mengingat wajah, nama dan segala apa yang terdapat dalam diri lelakinya melebihi ingatan dan perhatiannya terhadap musim, bunga dan pohon pinus di halaman rumahnya. ia selalu berharap wajah lelakinya tiba-tiba muncul dari jendela kamar yang selalu dibiarkannya terbuka hingga separuh malam. tetapi lelaki itu tidak pernah datang.  lelaki yang menjadi rahasia terbesar dalam lipatan-lipatan hatinya.  lelaki yang ternyata  tidak akan pernah datang dari balik  jendela kamar di masa lalu maupun mengetuk di pintu rumahnya di masa depan. kecuali ia hanya seorang lelaki yang pernah berhasil menitipkan benih cinta ke  dalam rahimnya. 
tidak lama lagi  buah hatinya akan lahir ke atas bumi. sejak perempuan itu mengerti tentang kehidupan baru kali ini ia merasa yakin bahwa wajahnya juga purnama. ternyata si jabang bayi kini menyita begitu banyak ruang-ruang dalam cintanya. ia tidak peduli jika bayinya nanti adalah juga lelaki. ia perempuan yang menemukan tubuhnya sendiri sekali lagi di waktu lampau. tapi di bawah pohon pinus ia masih menangkapi angin dari arah pantai.

bulukumba, tanggal yang tak tercatat di 2005

 
ilustrasi: award dari Kang Enes

Share this article :

31 komentar:

  1. hiks...hiks...hiks...terharu gw...

    BalasHapus
  2. puisi yang menyentuh hati mas...

    BalasHapus
  3. lelaki yang menjadi rahasia terbesar dalam lipatan-lipatan hatinya...siapa tuh mas

    BalasHapus
  4. duh jahat ya lelaki itu, kok tega ya... :-(

    BalasHapus
  5. Masih beruntung wanita itu masih mengisi cinta diruang-ruang hatinya, dalam kenyataan..banyak wanita2 seperti itu menutup ruang hatinya untuk mencintai buah dari benih cinta yang ditanam makhluk tak bertanggung jawab.

    BalasHapus
  6. Sangat menyentuhku, semoga banyak hikmah dibalik kisah perempuan tersebut.

    BalasHapus
  7. Kisah mantap. Mengingatkan pada "Perempuan Penangkap Angin" saya. Sudah ngupi belum van....?

    BalasHapus
  8. Pohon pinus menjadi saksi, biarkan wanita itu terus menangkapi angin, namun apa yang terjadi bila pohon pinus telah berganti dengan negeri dongeng kemana wanita berlindung untuk menangkap angin

    BalasHapus
  9. semoga bayinya bisa membahagiakan dia selalu, meski sang ayah entah dimana

    BalasHapus
  10. Mirip kisah Maria yang melahirkan Nabi Isa di bawah pohon zaitun.Subhanallah ada juga di ril ya?

    BalasHapus
  11. semoga perempuan yang tengah menangkapi angin itu tahu bahwa perjuangannya besarnya akan segera dimulai : membesarkan buah cintanya menjadi lelaki atau perempuan yang mampu menebar harum cinta.
    saya suka ... aaah memang selalu suka tulisanmu, Van

    BalasHapus
  12. Saya teringat postingan saya "siluet dalam kesenyapan", tapi kisah perempuan penangkap angin dibawah pohon pinus ini sangat mengharukan.

    BalasHapus
  13. Wah ada apa dengan suaminya, mas? meninggal ya? wah, mengharukan sekali.

    BalasHapus
  14. akh, perempuan yg malang ya.

    BalasHapus
  15. salam sejahtera
    puisinya susah juga dimengerti ya
    jadi mangguk-mangguk
    kisah perempuan yang menyedihkan ya

    BalasHapus
  16. ditinggal pergi cowoknya ya?
    hmmm...

    BalasHapus
  17. perempuan itu siapa daeng? apakah kelak anaknya lahir tanpa ayah?
    hiks...menyedihkan sekali

    BalasHapus
  18. seperti lagunya bang ebiet g ade..pohon pinus..... hehehe dilanjutin sendiri ya

    BalasHapus
  19. Tegar juga perempuan itu menjalani nasibnya.
    Untung dia masih memiliki cinta untuk jabang bayinya.

    BalasHapus
  20. Cerita yg mengharukan dikemas dalam tulisan yang indah.
    Ini karya lama ya..? Selamat utk awardnya yg indah ya...

    BalasHapus
  21. jadi kangen mamaku niiiihhh mas ivan aku udah jitak lagi eh shoutboxnya kok ngga bisa ya

    BalasHapus
  22. mampir pagi melihat sang wanita penangkap angin yang berdiri kokoh ditengah deraan badai

    BalasHapus
  23. rindu terpendam menghasilkan sang penerus. Mantap !

    BalasHapus
  24. bangunlah perempuan, keringkan embun embun yang menmpel di tubuhmu,..

    hihihihi, ngga bisa nglanjutin, prosa yang sangat indah mas :)

    BalasHapus
  25. proisi yang bagus kawan. Sayang aku belum bisa meraba janinnya...

    BalasHapus
  26. Oya, thanks dah dijadiin ilustrasi ewotnya.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday