kami yang mencintaimu dari atas pematang-pematang
sawah. sepulang belajar dari bangunan sekolah yang hampir
roboh.
roboh.
kami yang mencintaimu dari tengah empang
setelah menangkap ikan dan berenang.
kami kurang mengerti apa itu kasus dana talangan
kami hanya ingin memahami makna semangat berjuang
sebagaimana yang diajarkan
jenderal soedirman
jenderal soedirman
dalam biografinya, satu-satunya buku yang masih utuh di perpustakaan
sekolah kami. tapi kami tidak akan korupsi waktu.
beberapa tahun bersekolah harus digunakan untuk belajar
sambil mengabdi pada alam, sekolah yang hampir roboh dan cuaca yang berubah tak menentu. sambil
menuliskan riwayat hidup sederhana yang
tidak dicemooh sejarah.
ilustrasi: http://agus-sarwono.blogspot.com/
Mengamankan yang pertama. Terimakasih buat mas Agus, ilustrasinya saya pinjam lagi ya. Jujur, ini adalah puisi saya yang paling miskin metafora tapi semoga bisa menjadi sebentuk inspirasi untuk lebih mencintai negeri kita ini.
BalasHapusmantap, mas!
BalasHapuskeren...
pertamax diambil yang punya... hahahaha
wow.. kata-kata singkat yang penuh makna.. dalem banget bang.. ^^ feel-nya kena nih.. thanks ya
BalasHapusBagus Postingannya Mas. Saya jadi penasaran sama ilustrasi nya, langsung ke tkp.
BalasHapusmiskin metafora? Tapi Tajem pada Substansi
BalasHapusWaduhh.. pertamaxx udah diamankan yang punya...
BalasHapushehehehee...
yang mencintaimu adalah aku, sobat...hehe
BalasHapusmampir malam hari menikmati puisi keren
BalasHapusmerkyat bgt kang...boleh nih untuk penambah semangat bagi kaum yang kekurangan.....mengingatkan kembali pada ciri khas sang iwan fals.......
BalasHapustadi itu aq bang hehe...belum log in soalnya
BalasHapustidak korupsi waktu..
BalasHapushal kecil namun berdampak besar.
amblas...deh.Jadi tersentil nih,sering korupsi waktu belajar,buat main waktu sekolah.Nice puisi bro...
BalasHapusLho kok aku di posisi ke-13? Hehehe..
BalasHapusHe...he tak ada korupsi waktu..
BalasHapusemang bang, waktu sekolah tak ada korupsi waktu apalagi buat baca
yang ada korupsi uang jajan..*pengalaman pribadi*
he..he
Keren bos.
BalasHapusaku juga mencintai blog ini
BalasHapusPuisi mantap Van. Kami yang mencintaimu, mesti berkutat menatap hari dengan keringat demi penghidupan yang terlupakan. Begitulah kami yang mencintaimu.
BalasHapusKami yang mencintaimu, dari ujung keindahan pulau2 dan sampai ujung kindahan hamparan sawah dan bukit yang menjulang tinggi.
BalasHapusPuisi yang mantap.
saya tak begitu mengerti puisi, jadi kadang suka bingung memaknai sbuah puisi.. heheh :D
BalasHapuspuisi buat kompetisi ya bang? tanpa metafora pun tetep oke kalo bang ivan yang bikin hehe...sukses yah
BalasHapusaduuhh mau donk blajar jadi bojah pujangga..
BalasHapuskeren euyy..
saya selalu suka puisimu, Van, dengan atau tanpa metafora.
BalasHapusApakabar?
Sipp....keren mas, maknanya langsung mengena..
BalasHapussaya adalah salah satu apresiator yang setia mngunjungi blog ini...bravo bang ivan....
BalasHapushmmm
BalasHapusnice poem
meskipun miskin metafora, tp maknanya kaya
*ngomong apa saya ini?*
blue datang dengan rasa kagum pada abangu
BalasHapussukses
salam hangat dari blue
kami yang mencintaimu, tapi tanpa korupsi :D..
BalasHapusbener-bener sastrawan :)
Dan kami tetap mencintaimu, dari balik korden robek pembatas ruang,
BalasHapusEmang lagi musim bikin cerita cinta niya.... mau val's day....
BalasHapusberkunjung lagi bang.. minta ijin nama dan linkmu tak pasang di posting terbaruku gak papa yah?? he.he..
BalasHapusJanji yang harus dibuktikan dengan penyikapan dan perbuatan yang nyata!
BalasHapus