Latest Post

Sebuah Musim Yang Asing

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 30 Maret 2010 | Maret 30, 2010


titik-titik air membentuk garis-garis lurus bening kristal lalu membuncah 
setiba di tanah. 
"hujan!" katamu 
seperti cinta dengan realitasnya yang pecah-pecah.
"tapi ternyata hujan tidak mirip dengan rindu," kataku.
ah, sekumpulan kalimat metafora tentang cinta telah disusun 
oleh sebuah musim yang asing dalam hati.

bulukumba, 30 Maret 2010

1000 Penari Di Festival Bunga Kota Malang

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 29 Maret 2010 | Maret 29, 2010

Pemerintah Kota Malang akan menggelar karnaval bunga, 4 April mendatang. Acara ini digelar untuk memeriahkan hari ulang tahun Kota Malang ke-96 yang jatuh pada 1 April. Festival ini sesuai dengan julukan Kota Malang sebagai Kota Bunga.

Karnaval bunga yang bertajuk Malang Flower Festival (MFF) diikuti oleh lebih dari 100 peserta. Dalam acara itu setiap peserta menampilkan atraksi dengan bahan baku bunga. Selain itu, juga akan ditampilkan tarian kolosal seribu penari berkostum bunga. Yuyun Sulastri adalah Koreografer Seribu Penari Bunga.

Seribu penari akan menari dalam 12 sesi yang membentuk sebuah rangkaian. Para penari bergerak sejauh kurang lebih 1 kilometer dari Jl Simpang Balapan menuju kawasan Stadion Gajayana. Tarian ini mungkin agak mirip seperti  parade tahunan di Rio de Janeiro Brasil.

sumber: www.tempointeraktif.com


Award dari Bang Munir Ardi, terimakasih bang. Aku berikan kepada siapa saja yang belum memilikinya. Tentunya jika berkenan. Terimakasih. Salam hangat penuh cinta.

 


Interpretasi Kisah Nabi Nuh

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 28 Maret 2010 | Maret 28, 2010


Galeri North Art Space sepanjang 26 Maret – 8 April mendatang,  menggelar pameran Noah's Art. Pameran yang digelar di Pasar Seni, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara itu menampilkan karya-karya seni rupa instalasi yang terinspirasi kisah Nabi Nuh.

Kisah Nabi Nuh yang dipilih Tuhan untuk menyelamatkan mahluk hidup ketika bumi dilanda banjir pada 5000 tahun silam menjadi ide dasar dari hasil karya seni yang ditampilkan. Pameran ini juga menampilkan patung, keramik, seni grafis, maupun kartun yang dikerjakan sejak 8 bulan lalu. Seluruh hasil karya seni yang ditampilkan dalam Noah's Art dengan penafsiran objektif, normatif, bebas, dan bahkan liar namun tetap bertolak dari kitab suci seperti Al Quran, Injil dan Taurat itu merupakan perwujudan dari ekspersi para seniman dalam menghayati hakikat dan kisah Nabi Nuh.

Pameran dibuka setiap hari, dari pukul 09.00 – 17.00 WIB, diikuti puluhan seniman. Mereka, antara lain, Sugiarto, Afriani, Ajat, Arifin Yasonas, Azwir Azhari Bimantoro, Cak Pri, Cubung WP, Gunawan, Hartono, Heri Purnomo, Herry Mujiono, I Made Kanten, Imam Subekti, Jarwo, Jhony Hidayat, Mahfudz, Masduki, Makroni, Mansyur Mas’ud, M.Rochman, Nazilie, Nester Sinaga, Nur Samsudin, Paul Hendro, Priadji Kusnadi, Sri Hartono, Sutikno, Sutrisno, Tato dan Undang Sudrajat.

Menurut kurator pameran Agus Dermawan T, kisah Nuh, sosok Nabi Nuh, dan bahtera Nuh sudah menjadi mitos yang terus menerus dihidupkan dalam bentuk seni apa saja. Dan dalam mitos itu yang menjadi peran utama sesungguhnya adalah air. “Seperti orang Jawa bilang, banyu pinerang ora bakal pedhot (air adalah benda yang tak bisa dibelah). Maknanya, air adalah mahluk yang tak mungkin dikalahkan,” katanya dalam katalog pameran.
Meski begitu, tutur Agus, air sungguh bisa dijinakkan dan disikapi dengan baik dan bijak. Dan pameran Noah Art ini tiba-tiba seperti menyadarkan masyarakat Indonesia, termasuk penduduk Jakarta, yang selama beberapa bulan ini tak henti diancam atau bahkan sudah dilanda banjir, “Bagaimana bila sang air hilang kendali?”

Agus menyatakan, masyarakat modern sah untuk 100% mempercayai, 50% mengamini, atau bahkan 0% tidak mempercayai kisah Nuh di atas. Semua pemahaman masyarakat tersebut tertuang dalam hasil karya para seniman. Seperti pada lukisan Undang Sudrajat perahu Nuh terbentuk dari kaligrafi Arab. Begitu pula pematung Wayan Kanten yang menggubah cerita bahtera Nuh dalam bentuk patung kayu yang tegar, rumit dan rada surealistik itu muncul bentuk-bentuk deformatif yang membawakan karakter khas Bali.

Pengrajin Makroni membuat elemen-elemen kisah Nuh dengan anyaman tali-tali. Pada karya Priaji Kusnadi kisah Nuh hadir dalam bentuk lukisan wayang, sehingga semuanya berupa siluet. Di samping yang realistik dan simbolik, kisah Nuh juga diterjemahkan lewat bahasa visual yang abstrak. Bahkan ada yang mengalirkan cerita parodi, seperti yang dimunculkan oleh keramikus Sri Hartono, pegrafis Mansyur Mas’ud, kartunis Johnny Hidayat dan pelukis Afriani.


The Ace Festival 2010 Di Universitas Atmajaya

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 27 Maret 2010 | Maret 27, 2010


Geliat teater di tanah air termasuk di Makassar ternyata masih menunjukkan tajinya. Teater-teater kampus yang kerap menggelar festival teater adalah salah satu penanda. Salah satunya adalah Teater Tabu Universitas Atmajaya, Makassar, yang menggelar festival teater bertajuk The Ace Festival 2010.

Kegiatan ini merupakan agenda tahunan di kampus Atmajaya. The Ace Festival 2010 telah berlangsung sejak  kemarin dan akan berakhir Sabtu 27 Maret hari ini di Aula Universitas Atma Jaya, Makassar.

The Ace Festival juga dirangkaikan dengan perayaan ulang tahun UKM Tabu ke-7 dan akan ditutup pada hari ini Sabtu 27 Maret dengan penampilan dari beberapa UKM teater beberapa universitas di Makassar. Para peserta festival terdiri dari kelompok teater SMA 11 Makasar, SMA Katolik Cendrawasih, SMA 3 Gowa, SMA 3 Palopo, SMA 1 Barru, dan Ponpes Nahdlatul Ulum Maros. Sedangkan peserta dance competition ialah, SMA Katolik Rajawali, SMA 8 Makassar, dan SMA 3 Gowa.

Pengumuman juara akan dirangkaikan dengan  penampilan dari UKM Tabu berjudul Belenggu Jiwa 3. Para peserta yang mengikuti festival ini akan memperebutkan piala bergilir Gubernur Sulsel dan  hadiah uang pembinaan. The Ace Festival tahun ini menggunakan simbol Burung Phoenix yang dikenal sebagai hewan legenda yang tak pernah mati dan dianggap mewakili semangat remaja yang tak kunjung padam.



Ke Belanda, Penari Sulsel Bawa Madduppa Sampai Lolusu

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 26 Maret 2010 | Maret 26, 2010

i
Delapan penari Sulsel mendapatkan kehormatan membawakan tari tradisional Sulsel dalam Pasar Malam Indonesia (PMI) di Den Haag, Belanda, 26 Maret-6 April. Delegasi Sulsel yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa berbagai perguruan tinggi tersebut merupakan penari yang lolos audisi dalam seleksi yang berlangsung Februari lalu. Di pembukaan Pasar Malam yang diikuti delegasi tiap daerah di Indonesia, penari Sulsel akan membawakan tari Ma'duppa Bosara yang merupakan tari persembahan untuk menyambut tamu-tamu adat yang datang berkunjung. 

"Penampilan pertama kita tari Paduppa. Sekaligus menyambut peserta dan tamu yang datang ke pameran. Ini menjadi kehormatan bagi Sulsel. Provinsi lain belum tentu bisa tampil," kata Kepala Bagian Seni dan Film Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel Andi Pancawati.

Sejumlah pertunjukan yang menjadi kekayaan budaya Sulsel juga akan ditampilkan para delegasi seni. Di antaranya proses Mappacci yang merupakan tradisi yang dilakukan sebelum hari  perkawinan. Biasanya dengan memoloskan daun pacci di kuku atau telapak tangan. Mereka juga akan menampilkan tari Pa'rimpuang yang merupakan tari perpaduan empat etnis daerah di Sulsel. Yakni Makassar, Mandar, Bugis, dan Tana Toraja.

Selain itu, penari yang dibimbing penata tari Aries S Mannya yang merupakan guru SMPN 22 Makassar akan membawakan tari Tongkonan dan Tari Lolusu. Tari Tongkonan merupakan tari kreasi baru pariwisata Sulsel, Tana Toraja, yang diangkat dari pesta mangrara banua atau naik rumah sebagai ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan anggota masyarakat.  Para penari memakai pakaian kebesaran yang terbuat dari bulu-bulu yang disebut bandangan.

Sedangkan tari Lolusu dibawakan penari dengan memegang Lolusu (semacam tabung bambu) yang dihiasi anyaman daun lontar berbentuk burung Garuda yang berbalung. Di dalam tabung diisi pecahan beling sehingga menimbulkan bunyi.

Delegasi Pemprov Sulsel dijadwalkan bertolak ke Belanda, Senin (29/3) nanti. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Wali Kota Rotterdam untuk pembahasan tindak lanjut revitalisasi Benteng Fort Rotterdam. Juga diagendakan pertemuan dengan pengusaha setempat untuk penjajakan investasi di Sulsel.

Musik Blues Berakar Dari Tradisi Muslim

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 25 Maret 2010 | Maret 25, 2010


Eric Clapton, Jimi Hendrix dan Gary More mungkin tak asing lagi bagi para penggemar musik Blues. Tapi pasti cukup asing jika mengetahui ternyata Blues yang juga merupakan nenek moyang dari musik rock ini berasal dari tradisi muslim. Blues adalah sebuah aliran musik yang mulai berkembang pesat pada abad ke-19 M.  Blues muncul dari musik-musik spiritual dan pujian yang biasa dilantunkan komunitas kulit hitam asal Afrika di AS. Musik yang menerapkan blue note dan pola call and response itu diyakini publik AS dipopulerkan oleh ‘Bapak Blues’–WC Handy (1873-1958).

Percayakah Anda bahwa musik Blues berakar dari tradisi kaum Muslim? Awalnya, publik di negeri Paman Sam pun tak meyakininya. Namun, seorang penulis dan ilmuwan serta peneliti pada Schomburg Center for Research in Black Culture di New York, Sylviane Diouf, berhasil meyakinkan publik bahwa Blues memiliki relasi dengan tradisi masyarakat Muslim di Afrika Barat.

Untuk membuktikan keterkaitan antara musik Blues Amerika dengan tradisi kaum Muslim, Diouf memutar dua rekaman. Yang pertama diperdengarkannya kepada publik yang hadir di sebuah ruangan Universitas Harvard itu adalah lantunan adzan–panggilan bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah shalat. Setelah itu, Diouf memutar Levee Camp Holler.

Rekaman kedua itu adalah lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di Delta Mississippi sekitar 100 tahun yang lalu. Levee Camp Holler bukanlah lagu blues yang terbilang biasa. Lagu itu diciptakan oleh komunitas kulit hitam Muslim asal Afrika Barat yang bekerja di Amerika pasca-Perang Sipil.

Lirik lagu Levee Camp Holler yang diperdengarkan Diouf itu terdengar seperti panggilan suara adzan–berisi tentang keagungan Tuhan. Seperti halnya lantunan adzan, lagu itu menekankan kata-kata yang terdengar bergetar. Menurut Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Cam Holler yang mirip adzan juga merupakan bukti adanya pertautan antara keduanya.

Publik yang hadir di ruangan itu pun takjub dengan kebenaran bukti yang diungkapkan Diouf. “Tepuk tangan pun bergemuruh, sebab hubungan antara musik Blues Amerika dengan tradisi Muslim jelas-jelas terbukti,” papar Diouf. “Mereka berkata, ‘Wow, benar-benar terdengar sama. Blues ternyata benar berakar dari sana (tradisi Islam)’.”

Jonathan Curiel dalam tulisannya bertajuk, Muslim Roots, US Blues, mengungkapkan bahwa publik Amerika perlu berterima kasih kepada umat Islam dari Afrika Barat yang tinggal di Amerika. Sekitar tahun 1600 hingga pertengahan 1800 M, banyak penduduk kulit hitam dari Afrika Barat yang dibawa paksa ke Amerika dan dijadikan budak.

Menurut para sejarawan, sekitar 30 persen budak dari Afrika Barat yang dipekerjakan secara paksa di Amerika itu adalah Muslim. “Meski oleh tuannya dipaksa untuk menganut Kristen, namun banyak budak dari Afrika itu tetap menjalankan agama Islam serta kebudayaan asalnya,” cetus Curiel.

Mereka tetap melantunkan ayat-ayat Alquran setiap hari. Namun, sejarah juga mencatat bahwa para pelaut Muslim dari Afrika Barat adalah yang pertama kali menemukan benua Amerika sebelum Columbus. “Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,” tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation.

Curiel menambahkan, pengaruh lainnya yang diberikan komunitas kulit hitam yang beragama Muslim di Amerika terhadap musik Blues adalah alat-alat musik yang bisa mereka mainkan. Pada era perbudakan di Amerika, orang kulit putih melarang mereka untuk menabuh drum, karena khawatir akan menumbuhkan semangat perlawanan para budak.

Namun, penggunaan alat musik gesek yang biasa dimainkan umat Islam dari Afrika masih diizinkan untuk dimainkan karena dianggap mirip biola. Guru Besar Ethnomusikologi dari Universitas Mainz, Jerman, bernama Prof Gehard Kubik mengatakan alat musik banjo Amerika juga berasal dari Afrika.

Secara khusus, Prof Kubik menulis sebuah buku tentang relasi musik Blues dengan peradaban Islam di Afrika Barat berjudul, Africa and the Blues, yang diterbitkan University Press of Mississippi pada 1999. “Saya yakin banyak penyanyi Blues saat ini yang tak menyadari bahwa pola musik mereka meniru tradisi musik kaum Muslim di Arab” cetusnya.

Secara akademis Prof Kubik telah membuktikannya. “Gaya vokal kebanyakan penyanyi Blues menggunakan melisma, intonasi bergelombang. Gaya vokal seperti itu merupakan peninggalam masyarakat di Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam sejak abad ke-7 dan 8 M,” paparnya. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku kata.

Sedangkan, intonasi bergelombang merupakan rentetan yang beralih dari mayor ke skala minor dan kembali lagi. Hal itu sangat umum digunakan saat kaum Muslim melantunkan adzan dan membaca Alquran. Dengan fakta itu, papar Prof Kubik, para peneliti musik seharusnya mengakui bahwa Blues berakar dari tradisi Islam yang berkembang di Afrika Barat.

Meski telah dibuktikan secara akademis, namun masih banyak pula yang tak mengakui adanya pengaruh tradisi masyarakat Muslim Afrika dalam musik Blues. “Non-Muslim sangat sulit untuk meyakini fakta itu, karena mereka tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang peradaban Islam dan musik Islami,” ungkap Barry Danielian, seorang pemain terompet yang tampil bersama Paul Simon, Natalie Cole, dan Tower of Power.

Suara lantunan adzan dan ayat-ayat Alquran yang biasa dilantunkan para Muslim kulit hitam di Amerika mengandung musikalitas. “Dalam jamaah saya, kata Danielian yang tinggal di Jersey City, New Jersey, ‘Ketika kami berkumpul dan sang imam datang ada ratusan orang dan kami melantunkan doa, pasti terdengar sangat musikal. Anda akan mendengar musikal itu seperti orang Amerika menyebut Blues.” Begitulah tradisi Islam di AS telah melahirkan sebuah aliran musik bernama Blues.

(berbagai sumber)


Tag dari mbak Latifah Hizboel 
(Maaf nih mbak. Aku telah modifikasi dari bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia)
[#1] Siapakah diri anda di rumah?
Jawaban: Seorang anak yang lebih suka tinggal di luar rumah saat beranjak dewasa. Lebih sering disebut "petualang yang bandel" oleh orang di rumah.

[#2] Siapakah diri anda disamping rekan?
Jawaban: 1.Seorang sahabat yang humoris tapi terkadang juga pendiam. 2. Seorang pendengar terbaik, kata mereka sih hehehe..

[#3] 5 benda yang anda idamkan tetapi masih belum tercapai
Jawaban: Mengikut urutan
1. Menyentuh Hajarul Aswad (Amiin)
2. Memiliki perusahaan sendiri (hehehe, mimpi..)
3. Memiliki rumah sendiri
4. Memiliki istri yang solehah (benda bernyawa kan?)
5. Memiliki keturunan yang saleh (Amiin)


[#4] Siapakah nama pasangan anda?
Jawaban: Dia tidak ingin dipublikasikan.

[#5] Ceritakan 5 perkara yang anda paling suka tentang pasangan anda
Jawaban:
1. Perhatian
2. Penyabar
3. Cukup romantis
4. Seorang perempuan yang cukup cantik
5. Selalu yang pertama mengucapkan selamat ulangtahun

[#6] Bila tarikh anda couple?
Jawaban: Kapan ya?

[#7] Apakah kenangan pahit anda bersama pasangan anda?
Jawaban: Ada beberapa kali tapi aku sudah berjanji untuk tidak membahasnya dalam bentuk apapun.

[#8] Lagu tema cinta anda?
Jawaban: Padi- Begitu Indah

[#9] Apa perubahan yang ingin anda lihat dari pasangan anda?
Jawaban: Ada beberapa. Tapi aku telah bersyukur memilikinya.

[#10] Tag 10 rekan anda yang lain
Buat siapa ya ! 
 Yans Dalam Jeda
Cosmorary
Ira Rahmawati
Fanda
U-Marr
Buwel
NanLimo
Dhe
Gek
RanggaBlog 

(Maaf nih tanpa link)

Mahasiswa Jepang Belajar Budaya Sulsel di Unismuh

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 24 Maret 2010 | Maret 24, 2010


Sebanyak 25 mahasiswa asing dijadwalkan belajar bahasa dan seni budaya Indonesia khususnya seni budaya  Sulawesi Selatan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Makassar, selama setahun.

Pada 1 April mendatang tim dari Unismuh berangkat ke Jakarta untuk menyeleksi mahasiswa tersebut. Mereka nantinya akan dibukakan kelas khusus untuk belajar bahasa Indonesia di Unismuh. Puluhan calon mahasiswa asing tersebut merupakan warga dari Bangladesh, Pakistan, Thailand, Jepang, dan Hongaria.

Bukan hanya memperlajari bahasa Indonesia, tapi 25 mahasiswa asing ini juga akan mempelajari seni dan budaya Indonesia, khususnya budaya dan seni etnis Sulawesi Selatan.

Kedatangan mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia di Unismuh ini merupakan program Darmasiswa Republik Indonesia (RI). Program Darmasiswa merupakan beasiswa dari Pemerintah RI bagi mahasiswa dari luar negeri yang ingin  belajar bahasa, budaya, dan seni Indonesia.

Program ini sudah berjalan sejak tahun 1974 dan Unismuh Makassar terdaftar sebagai provider pada tahun 2006 hingga saat ini. Unismuh Makassarmerupakan satu-satunya perguruan tinggiyang ada di wilayah Sulawesi yang diberikan kepercayaan oleh Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan program Darmasiswa ini.

Sepuluh Kilometer Dari Sini.

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 23 Maret 2010 | Maret 23, 2010


kenangan adalah tautan paling nyaman 
untuk dikunyah lagi.
senikmat daun sirih ibuku, 
perempuan berkebaya cokelat tua.
di atas pematang sawah dan ladang jagung ia menyulam cinta.
baju dan sepatu anak-anaknya ditambal di atas dangau.
"biar jiwamu kuat untuk berangkat ke sekolah sepuluh kilometer dari sini melewati jalan batu," katanya 
kepada anak-anaknya
yang bermain di sela-sela pepohonan trembesi.
sepuluh kilometer dari sini
senikmat kenangan manis yang melebihi manis sekebun tebu,
kataku di usia kanak-kanak.
senikmat aroma daun sirih ibuku.
aku masih mengingatnya.
ia di atas dangau seperti dahulu.

bulukumba, 23 Maret 2010 


Pagelaran Seni di Muktamar NU ke-32 Makassar

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 22 Maret 2010 | Maret 22, 2010


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-32 kali ini agak berbeda dan istimewa dibanding semua muktamar NU sebelumnya. Muktamar NU yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar  akan diramaikan aksi para seniman termasuk musisi Indonesia. 

Sastrawan Putu Wijaya, kelompok musik Debu, Kiyai Ganjur, serta seni tradisi dan kontemporer dari Sulawesi Selatan dipastikan akan memeriahkani acara. Mereka akan tampil pada malam hiburan pagelaran seni. Beberapa artis musik lainnya yang dijadwalkan tampil di antaranya Puput Novel, Mell Shandy, dan Widi 'Hello'..

Penampilan seniman dan musisi ibukota ini dijadwalkan mulai 23 hingga 28 Maret 2010. Mereka hadir atas kerjasama panitia dengan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Baliho dan spanduk promo kehadiran artis telah terpampang di setiap sudut kota Makassar sejak sepekan  terakhir. 

(berbagai sumber)

Karya Seniman Indonesia Menjadi Maskot Di Paris

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 21 Maret 2010 | Maret 21, 2010


Karya seniman Indonesia, Agus Suwage berjudul Luxury Crime dengan dimensi 124 X 77 X 52 cm, yang menampilkan sosok tengkorak berwarna emas berendam di bak stainless steel berisi beras, menjadi maskot pameran Indonesia di Grand Palais. Para seniman yang dikoordinir oleh kolektor dan penggemar seni Deddy Kusuma menampilkan berbagai kreasi seni moderen dan kontemporer dalam bentuk lukisan, ukiran, instalasi, rakitan dan berbagai rupa lainnya.

Indonesia merupakan satu dari empat negara yang secara khusus diundang untuk menampilkan koleksi seninya dan menempati salah satu stan utama dan terbesar di Grand Palais, tempat pameran prestisius di daerah champs-ellysee di jantung kota Paris.

Dengan tema The Grass Looks Greener Where You Water It, seniman Indonesia menempatkan diri sebagai pemain baru yang patut diperhitungkan dalam konteks seni moderen dan kontemporer di Asia.

Selain Agus Suwage, seniman Indonesia yang berpartisipasi pada pameran ini adalah Astari, Ay Tjoe Christine, Budi Kustarto, Entang Wiharso, FX Harsono, I Nyoman Masriadi, Handiwirman Saputra, Jumaldi Alfi, Rudi Mantofani, Yunizar, Yusra Martunus, Melati Suryodarmo, M. Irfan, Pintor Sirait, Putu Sutawijaya, Heri Dono, Ronald Manullang, Rudi Mantofani, dan Suraji.

Beberapa karya seni yang ditampilkan, khusus dibuat untuk konsumsi pengunjung event tersebut.   Seni moderen dan kontemporer Indonesia termasuk yang dicari para penikmat seni karena dianggap berkualitas tinggi dengan harga tidak terlalu mahal.

sumber:  www.detiknews.com

Bandung Tuan Rumah Festival Budaya ASEAN


Bandung menjadi tuan rumah Festival Pergelaran Seni Budaya Perguruan Tinggi se-Asean plus China, Korea Selatan, dan Jepang yang akan digelar di Taman Budaya Jawa Barat, 24-27 April. Tujuan festival seni budaya dengan mengundang perguruan tinggi dari luar negeri itu adalah untuk mengembangkan dan melestarikan seni budaya negara-negara peserta se-Asean.

Kegiatan seni budaya itu bersamaan dengan peringatan 55 tahun  Konferensi Asia Afrika. Pagelaran Tari Topeng dan Rampak Kendang Nusantara akan ditampilkan di samping seminar seni budaya dan festival kuliner khas negara-negara ASEAN.

Setiap perwakilan perguruan tinggi akan menampilkan sajian seni budaya khas masing-masing negara dan daerah yang unik. Juga akan digelar seminar internasional tentang pelestarian dan perkembangan seni, budaya, kuliner dengan berbagai dimensi dan perspektifnya.

(berbagai sumber) 

                                                       Rasa Yang Manis dari Ruang Jeda:


Silahkan dibawa pulang bagi siapa saja, tentunya jika berkenan. Boleh dibagi kepada siapa saja sebagai bukti berbagi rasa manis dalam persahabatan. Salam hangat penuh cinta.


Pameran Bersama oleh Jurusan Seni Murni FSR IKJ


Di tengah hingar bingar budaya konsumerisme yang mewarnai globalisasi, kebebasan berekspresi sering kali menjadi penanda zaman. Pengalaman-pengalaman pribadi yang disertai kesadaran terhadap kondisi yang ada di sekeliling bahkan cerita dari masa lalu yang dijadikan ide kreatif kemudian diwujudkan menjadi proses kreatif seniman-seniman muda menjadi bagian yang patut diamati, sebagai pemerhati gejala zamannya.

Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta yang berlangsung tanggal 19 - 27 Maret 2010 adalah pameran bersama yang diisi oleh karya-karya seni rupa dari Crist Advento Watak (patung), Dwi Ayu Kartika Padwidya Putra (Grafis), Rico Andrian Syaputra (Grafis), Walid Sarthowi (Grafis), Dwi Wicaksono, Imam Santanu, Johan Ardhika Chandra (Seni Lukis), Nuzul Qodri (Seni Lukis), Ringgit Juliana Siahaan (Seni Lukis) dan Christa Sekar Alit (Seni Lukis).

Pameran ini terselenggara atas kerjasama antara PKJ-TIM dan Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa IKJ.

sumber: oasekompas.com

Pameran Lukisan Duta Besar Pakistan

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 20 Maret 2010 | Maret 20, 2010


Duta Besar Pakistan, Sanaullah adalah juga seorang pelukis. Lukisan-lukisannya itu bisa disaksikan dalam pameran lukisan dan patung yang diadakan di Kedutaan Besar Pakistan hingga 22 Maret mendatang, bersama sejumlah seniman Indonesia dan Pakistan. Dari Indonesia, ada sejumlah pelukis yang berpartisipasi dalam pameran ini, di antaranya Saman yang menitikberatkan objek lukisannya pada buah-buahan, Irsam, Hidayat Ambon, Kompoel, Pardolli Fadli, Very Apriyatno, Puguh Tjahjono, X-Ling, dan Iwan Suhaya.

Dalam pameran yang digelar atas kerja sama Kedutaan Besar Pakistan dengan Galeri Ciputat itu, Sanaullah memamerkan empat lukisannya. Karya sang duta besar, terselip di antara puluhan karya seni berupa lukisan cat minyak atau cat air, dengan berbagai tema karya pelukis Pakistan dan Indonesia. Salah seorang seniman Pakistan yang ikut memajang karyanya adalah Ayesha M. Khan. Ayesha merupakan seniman lukis profesional, yang mempunyai pengalaman lebih 23 tahun. 

Dia menggunakan berbagai media seperti cat air atau minyak untuk melukis. Dengan gaya realis, Ayesha melukis sejumlah keunikan di Indonesia. Misalnya, dengan cat air ia menggambarkan sosok perempuan Jawa, orang tua di Jawa, dan juga perempuan Bali. Ayesha juga menghadirkan pintu rumah Jawa dan Bali. Untuk lukisan pintu Bali, sapuan kuas Ayesha cukup detail menggambarkan lekuk-lekuk pintu Bali. Warna abu-abu, merah, dan emas menghiasai bebatuan di sekeliling pintu. 

Tak hanya lukisan, pameran yang bertujuan untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara ini juga menampilkan hasil karya para pemahat dari masing-masing negara. Selain itu, Kedutaan Besar Pakistan mengundang Lucian Taran, pemahat asal Hungaria.


(berbagai sumber)

Lukisan Pablo Picasso Rp. 550 Miliar

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 19 Maret 2010 | Maret 19, 2010


Lukisan potret Angel Fernandez de Soto karya Pablo Picasso  menjadi lukisan termahal dari semua karya seni apapun yang pernah dibuat di Eropa. Lukisan itu ditawarkan dengan harga terendah  £30 juta sampai £40 juta atau sekitar Rp 400 miliar sampai Rp 550 miliar. 

Lukisan Picasso milik Yayasan Seni Andrew Lloyd Webber ini akan menjadi salah satu adi karya dalam sesi Penjualan Karya Seni Impresionis dan Modern rumah lelang Christie's di London, Inggris, pada pada 23 Juni nanti.

Lukisan dari Periode Biru oleh Picasso ini, yang dilukis ketika sang seniman berusia sekitar 20 tahun, membuka jalan bagi semua gerakan modernis di abad ke-20. Namun sayang, kepemilikan lukisan itu menimbulkan pertikaian di kemudian hari.

Pertikaian itu terjadi setelah seorang profesor dari Jerman Julius Schoeps, salah satu keturunan bankir Berlin Paul von Mendelssohn-Bartholdy, mengklaim kakeknya terpaksa menjual lukisan itu dengan harga murah karena mereka harus melarikan diri dari Nazi.

Pada saat itu Yayasan Seni Andrew Lloyd Webber mengatakan klaim itu, “sangat palsu, tanpa dasar hukum maupun fakta.” Yayasan itu membeli lukisan Angel Fernandez de Soto pada 1995 seharga £18 juta.

Tapi hakim di Amerika melarang lelang karya seni itu di rumah lelang Christie's New York sampai pertikaian ini diselediki tuntas. Pada Januari lalu, keluarga von Mendelssohn-Bartholdy mengumumkan mereka telah mencapai kesepakatan dengan pihak Yayasan Seni Andrew Lloyd Webber dan membatalkan semua klaim mereka.

(berbagai sumber) 

Pameran Sejarah Pelarangan Buku di Indonesia

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 17 Maret 2010 | Maret 17, 2010


Pameran sejarah pelarangan buku yang digelar di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta  memasuki hari terakhir di hari ini, Rabu 17 Maret sejak digelar empat hari lalu. Pameran bertajuk “Pelarangan Buku: Menutup Jendela Dunia” itu menyuguhkan kilas balik sejarah lahirnya rezim pelarangan buku sejak zaman kolonial hingga Orde Baru.

Pameran itu digelar terkait dengan refleksi terhadap tindakan pelarangan beberapa buah buku oleh Kejaksaan Agung pada akhir 2009 lalu. Termasuk buku berjudul "Penulis Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965". Buku karya Gus Muh bersama dengan Rhoma Dwi Aria Yuliantri itu dilarang Kejagung pada 2009 kemarin karena dianggap mengganggu ketertiban umum.

Untuk itu panitia penyelenggara bekerja sama dengan sejumlah seniman dan aktivis HAM mengingatkan bahaya pelarangan buku bagi kelanjutan proses reformasi dan kehidupan demokrasi melalui media seni rupa. 

Dalam pameran tersebut ditampilkan sejarah perjalanan rezim pelarangan buku. Dimulai zaman kolonial Belanda. Saat itu memang belum ada pelarangan buku, tapi yang terjadi adalah para penulis buku dipenjarakan oleh pemerintah yang berkuasa.

Kemudian beranjak ke zaman Orde Lama hingga Orde Baru. Di masa ini, upaya pelarangan mulai kerap dilakukan oleh pemerintah, tidak hanya dilarang terbit namun para penulisnya pun harus rela mendekam dalam penjara.

Yang menarik, dalam arena pameran tersebut panitia membuat desain penjara. Di dalam ruang penjara itu terdapat sebuah mesin ketik dan beberapa nama-nama buku yang dilarang beredar. Lalu, ada pula beragam bentuk gambar-gambar stensil, poster, dan lukisan – yang isinya menolak tindakan pelarangan bukut. Konsep yang coba diusung dengan menampilkan buku dalam ruang penjara adalah menggambarkan pemerintah telah memenjarakan kebebasan berekspresi seseorang untuk mencurahkan ide-idenya dalam sebuah buku. Itu sama saja dengan memanjarakan pikiran manusia.

sumber: www.indonesiabuku.com 




Semoga belum telat memajang award ini. Award Milad Blogger Bertuah ini diberikan oleh mas Jodie (maaf ya mas, agak telat nih hehehe). Sesuai amanah sang pemberi award, awad ini saya berikan lagi kepada 9 orang sahabat. yaitu: mbak Ira, mbak Rosi, Ruang Jeda, Semar, Cosmorary, Cyberdreambox, kakve-santi, Rock dan a-chen. Harap diambil dan membaginya kepada 9 orang sahabat lainnya. Salam hangat.

Pipiet Senja, Taman Karya Yang Subur

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 16 Maret 2010 | Maret 16, 2010


Mungkin anda adalah salah seorang yang pernah membaca karyanya. Dia adalah taman karya yang subur. Pipiet Senja adalah nama samaran dari Etty Hadiwati Arief, lahir di Sumedang, 16 Mei 1957. Novel yang telah ditulisnya berjumlah ratusan. Lebih 80-an yang telah diterbitkan. Tulisan-tulisannya di internet dapat dinikmati di blog "Taman Karya" di pipietsenja.multiply.com

Pipiet Senja ditakdirkan harus ditransfusi darah secara berkala seumur hidupnya karena penyakit kelainan darah bawaan. Memiliki dua orang anak yang selalu membangkitkan semangatnya; Haekal Siregar dan Adzimattinur Siregar dan seorang menantu yang solehah, Seli Siti Sholihat, seorang cucunya: Ahmad Zein Rasyid Siregar. Aktivitasnya saat ini sebagai anggota Majelis Penulis Forum Lingkar Pena, sering diundang seminar kepenulisan ke pelosok Tanah Air dan mancanegara.


Bookgrafi

1. Biru Yang Biru (Karya Nusantara, 1978)
2. Sepotong Hati di Sudut Kamar (Sinar Kasih, 1979)
3. Serenada Cinta (Rosda Karya, 1980)
4. Mawar Mekar di Taman Ligar (Rosda Karya, 1980)
5. Nyanyian Pagi Lautan (Alam Budaya,1982)
6. Payung Tak Terkembang (Aries Lima,1983)
7. Masih Ada Mentari Esok (Aries Lima,1983)
8. Mencoba Untuk Bertahan (Aries Lima,1983)
9. Selendang Sutra Dewangga (Aries Lima, 1984)
10. Orang-orang Terasing (Selecta Group,1985)
11. Adzimattinur (Selecta Group,1985)
12. Kembang Elok Rimba Tampomas (Selecta Group,1985)

Buku Anak-anak;
1. Prahara Cimahi (Margi Wahyu, 1991)
2. Jimbo dan Anak Jin (Margi Wahyu, 1992)
3. Si Boyot Sang Penyelamat (Margi Wahyu, 1993)
4. Jerko dan Raja Jin (Margi Wahyu, 1993)
5. Kisah Seekor Mawas (Margi Wahyu, 1994)
6. Rumah Idaman (Margi Wahyu, 1994)
7. Keluarga Besar di Sudut Gang (Margi Wahyu, 1994)
8. Bunga-Bunga Surga (Margi Wahyu, 1994)
9. Si Hitam (Margi Wahyu, 1994)
10. Bip Bip dan Boboy (Margi Wahyu, 1995)
11. Pentas Untuk Adinda (Margi Wahyu, 1995)
12. Buntalan Ajaib (Margi Wahyu, 1996)
13. Sanghiyang Wisnukara (Margi Wahyu, 1996)
14. Nunik Sang Maestro (Margi Wahyu, 1997)
15. Melati Untuk Ibu Negara, puisi anak (Margi Wahyu, 1997)
16. Nyanyian Tanah Air, puisi anak (Margi Wahyu, 1997)
17. Rumah Idaman, edisi revisi (Gema Insani Press, 2002)
18. Putri Tangan Emas (Zikrul Hakim, 2004)
19. Bip Bip dan Boboy, edisi revisi (Zikrul Hakim, 2004)
20. Buntalan Ajaib, edisi revisi (Zikrul Hakim, 2004)
21. Jenderal Kancil (Zikrul Hakim, 2004)
22. Jenderal Jerko (Zikrul Hakim, 2004)
23. Jenderal Nyungsep (DAR! Mizan, 2004)
24. Masih Ada Hari Esok (Zikrul Hakim, 2004)
25. Lukisan Kenangan (Zikrul Hakim, 2004)
26. Si Hitam, edisi revisi (Zikrul Hakim, 2004)
27. Ikan Beranting Emas (Zikrul Hakim, 2004)
28. Kwartet Jang Jahid (Dian Rakyat, 2006)

Novel Islami;
1. Namaku May Sarah (Asy-Syaamil, 2001)
2. Riak Hati Garsini (Asy-Syaamil, 2002)
3. Dan Senja Pun Begitu Indah (Asy-Syaamil, 2002)
4. Serpihan Hati (DAR! Mizan, 2002)
5. Menggapai Kasih-Mu (DAR! Mizan, 2002)
6. Memoar; Cahaya di Kalbuku (DAR! Mizan, 2002)
7. Trilogi Kalbu (DAR! Mizan, 2003)
8. Trilogi Nurani (DAR! Mizan, 2003)
9. Trilogi Cahaya (DAR! Mizan, 2003)
10. Lukisan Rembulan (DAR! Mizan, 2003)
11. Rembulan Sepasi (Gema Insani Press, 2002)
12. Kidung Kembara (Gema Insani Press, 2002)
13. Tembang Lara (Gema Insani, 2003)
14. Kisi Hati Bulani, bareng Nurul F Huda (FBA Press, 2003)
15. Kapas-Kapas di Langit (Zikrul Hakim, 2003)
16. Rembulan di Laguna, duet HE.Yassin (Zikrul Hakim, 2004)
17. Pilar Kasih, novelet duet HE.Yassin (Zikrul Hakim, 2004)
18. Lukisan Perkawinan, kolaborasi keluarga (Zikrul Hakim, 2004)
19. Lakon Kita Cinta (MVM, 2004)
20. Lukisan Bidadari (Lingkar Pena Publishing, 2004)
21. Sang Rocker; Perjalanan Sunyi (Beranda, 2004)
22. 9000 Bintang (Cakrawala Publishing, 2004)
23. Meretas Ungu (Gema Insani Press, 2005)
24. Langit Jingga Hatiku  (Gema Insani Press, 2005)
25. Mr. Dee One & Tante Centil duet dengan Fahri Asiza (ZH, 2005)
26. Lapak-Lapak Metropolitan (KBP, 2006)
27. Pembersih Lantai Sastra (KBP, 2006)
28. Bagaimana Aku Bertahan (KBP, 2006)
29. The Legend Of Snada (KBP, 2006)
30. La Dilla (Zikrul Hakim, 2006)
31. Biarkan Aku Menangis (Duha Publishing, 2006)
32. Kupenuhi Janji (Duha Publishing, 2007)
33. Mom & Me #1, duet dengan Adzimattinur Siregar (Indiva, 2007)
34. Bloggermania! duet dengan Adzimattinur Siregar (ZH, 2008)
35. Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku! (Zikrul Hakim, 2008)

Antologi Cerpen Bersama:
1. Rumah Tanpa Cinta (Alam Budaya, 1983)
2. Bunga Rampai Penulis Perempuan Indonesia (Bentang, 2001)
3. Suatu Petang di Kafe Kuningan (FBA Press, 2001)
4. Cermin dan Malam Ganjil (FBA Press, 2002)
5. Merah di Jenin (FBA Press, 2002)
6. Luka Telah Menyapa Cinta (FBA Press, 2002)
7. Kado Pernikahan (Asy-Syaamil, 2002)
8. Semua Atas Nama Cinta (Ghalia, 2003)
9. Bulan Kertas (FBA Press, 2003)
10. Kanagan (Geger Sunten, 2003)
11. Surga Yang Membisu (Zikrul Hakim, 2003)
12. Menjaring Angin (Zikrul Hakim, 2004)
13. Kalung Dari Gunung (Bestari, 2004)
14. Pipit Tak Selamanya Luka (Senayan Abadi, 2004)
15. Berlalu Bersama Angin (Senayan Abadi, 2004)
16. Bunga-Bunga Cinta (Senayan Abadi, 2004)
17. Matahari Tak Pernah Sendiri I (LPPH, 2004)
18. Lelaki Semesta (Lingkar Pena Publishing House, 2004)
19. Sahabat Pelangi (Lingkar Pena Publishing House, 2004)
20. Matahari Tak Pernah Sendiri (LPPH, 2004)
21. Dan Bintang Pun Tersenyum (Gema Insani Press, 2005)
22. Membasuh Kalbu (Gema Insani Press, 2005)
23. Jendela Cinta (Gema Insani, 2006)
24. Ketika Cinta Menemukanmu (Gema Insani, 2006)
25. Surat Untuk Abang (Cakrawala Publishing, 2006)
26. Selusin kompilasi cerpen anak Bobo (Pustaka Bobo 1997-2004)
27. Catatan Hati Seorang Istri (LPPH, 2007)
28. Jangan Jadi Perempuan Cengeng (Indiva, 2008)
29. Persembahan Cinta (Zikrul Hakim, 2008)
26.   Ungu Pernikahan (Zikrul Hakim, 2008)

Pipiet Senja, novelis senior kita, saat ini sedang mencari dana untuk pengobatan pasca operasi pengangkatan limpa. Ia menderita thalasemia, dan kini mengalami pembengkakan jantung. Ia seorang janda dan tidak dinafkahi oleh siapapun. Ia mencari nafkah sendiri dengan jalan menulis untuk memenuhi kebutuhan pengobatan, serta keluarganya. Jika di antara anda ingin membantu beliau dengan ikhlas, berikut nomor rekening beliau BCA 7650311811 a/n Etty Hadiwati.



 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday