Latest Post

Festival Danau Sentani 365 Hari

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 31 Mei 2010 | Mei 31, 2010


Pesta budaya akbar Festival Danau Sentani (FDS) yang mengusung tema "Loving Culture For Our Future - Cinta Budaya Untuk Masa Depan kami" di Kawasan Wisata Kalkote, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua pada 19-23 Juni 2010 merupakan gerbang utama industri pariwisata selama 365 hari. 
  
Perhelatan akbar FDS 2010 merupakan pesta budaya tahunan untuk ketiga kalinya setelah mendulang sukses menggelar dua kali festival budaya pada tahun 2008 dan 2009 lalu.

FDS 2010 diharapkan dapat memperkuat jati diri masyarakat Papua, melestarikan nilai-nilai tradisi dan budaya orang asli Papua dan budaya Nusantara sekaligus pengembangan ekonomi kerakyatan tidak hanya berlangsung pada 19-23 Juni tetapi selama 365 hari atau satu tahun penuh.

Jauh hari sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Jayapura berupaya membangun dan menata kampung-kampung wisata guna menarik sebanyak mungkin wisatawan Nusantara (Wisnu) dan wisatawan mancanegara (Wisman) untuk datang ke kampung-kampung wisata secara terus-menerus tanpa henti. Wisatawan datang ke kampung wisata untuk menyaksikan dan menikmati panorama alam tanah Papua yang indah, melihat dengan mata-kepala sendiri berbagai tradisi dan budaya masyarakat setempat.

Dampak positif dari kedatangan wisatawan itu adalah masyarakat Papua semakin terbuka pada dunia luar, terjadi interaksi yang positif, saling belajar, saling memberi dan menerima. Lebih dari itu, roda perekonomian rakyat di kampung-kampung akan berputar semakin cepat menuju pencapaian kesejahteraan hidup bersama.

Wisatawan  yang datang ke kampung-kampung dapat membeli berbagai souvenir atau tanda mata untuk dibawa pulang berupa hasil kerajinan industri rumah tangga dan sebagainya.

Paket-paket FDS yang telah  disiapkan panitia yakni pagelaran, pameran, promosi investasi dan paket wisata. Untuk paket pagelaran akan ada atraksi dan lomba budaya khas Papua dan Nusantara secara kolosal, baik tarian, musik, lagu, permainan rakyat, acesories dan sebagainya.

Paket pameran berupa promosi, investasi dan perdagangan dengan tampilan stand dari berbagai subsektor ekonomi Kabupaten Jayapura dan tanah Papua.

Paket wisata yaitu tour menarik mengelilingi danau Sentani dan mengunjungi kampung-kampung wisata yang terletak di bibir Danau Sentani hingga mengunjungi kampung wisata Tablanusu yang panorama alamnya sangat indah. Masyarakat Kabupaten Jayapura terbuka bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Masyarakat Jayapura menyambut gembira kedatangan para wisatawan selama 365 hari tanpa henti.  Ini juga sebagai pembuktian bahwa Papua aman dan nyaman untuk dikunjungi.

(sumber: panitia FDS 2010)
  

Patung Bali Tiada Bertepi

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 30 Mei 2010 | Mei 30, 2010


Seni patung kayu merupakan bentuk seni mengurangi (subtraction art form) yang tingkat kesulitannya berbeda dibandingkan dengan misalnya seni keramik yang berprinsip menambah (addition art form). Apalagi patung-patung kayu tradisional Bali yang cenderung tidak diwarnai, apabila ada penambalan atau perbaikan, akan sangat mencolok mata.

Seni patung kayu tradisional Bali pada dasarnya mengikuti bentuk alami kayunya itu sendiri. Maka bentuk akhir karya merupakan perpaduan kerja dari imajinasi senimannya ketika berhadapan dengan kayu itu dan ketekunannya memproses imajinasi itu menjadi bentuk nyata.

Pameran tunggal seniman patung tradisional Bali I Wayan Darlun kali ini merupakan kelanjutan pameran patung bersama, “In The Morning of the World” di Jakarta, bertepatan dengan acara Emerging Market Forum, September, 2006. Kala itu beberapa patung karya I Wayan Darlun menarik perhatian banyak khalayak. 

Kurangnya apresiasi kolektor masa kini maupun museum terhadap seni patung tradisional Bali membuat warisan tradisi ini tak lagi populer, karena mereka lebih tertarik pada perkembangan seni rupa kontemporer yang demikian melambung. Dampaknya, kini sedikit sekali pematung Bali yang tekun dan mau terus melestarikan seni patung tradisional Bali yang bermutu tinggi.

I Wayan Darlun seorang pematung unik. Ia beruntung mendapat kesempatan bekerja dan belajar dengan bimbingan maestro patung ayah-anak, Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem pada 1950-an. Kedua maestro tersebut dua di antara sedikit tokoh sentral seni patung tradisional Bali. Dalam kesederhanaan, Darlun melanjutkan spirit yang mereka wariskan.

Darlun berkarya seperti juga berlaku sembah bagi Sang Pencipta. Mungkin itu sebabnya setiap karya Darlun menjadi dialektika hidup antara dirinya dan sang kayu. Yang tercipta adalah komposisi sederhana nan elegan. Sebuah dialog yang tak berkesudahan.

Sosok setiap patungnya tak bersudut, tak putus-putus, seperti judul pameran yang diusulkan Profesor Dr. Wayan Windia, putra mendiang pematung Wayan Pendet, yakni Tan Matepi –makna dua kata bahasa Bali itu, Tiada Bertepi.

Pameran yang berlangsung hingga 18 Juli mendatang ini merupakan salah satu upaya agar kreativitas I Wayan Darlun, dan seniman patung Bali lainnya, terus mengalir tak berkesudahan.

(berbagai sumber)

Keroncong Masuk Kurikulum Pelajaran di Malaysia, Ada Apa Dengan Kita?

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 29 Mei 2010 | Mei 29, 2010


Ada apa dengan kita? Haruskah hanya Bondan Prakoso dan kawan-kawannya saja  yang punya nyali memodifikasi musik keroncong dalam lagu "Keroncong Protol"nya? Ternyata memang belum cukup jika hanya Nidji yang mewajibkan diri mereka untuk menyanyikan "Bengawan Solo" setiap menggelar konser. Di mana musisi yang lain? 

Musik keroncong yang merupakan budaya asli Indonesia ternyata tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini musik keroncong justru tengah berkembang pesat di Malaysia. Mereka juga mempromosikan musik keroncong melalui radio serta televisi kabel ke berbagai belahan dunia. Hal itu membuat banyak warga Eropa yang mengira musik keroncong berasal dari Malaysia..

Saat ini pelajaran musik keroncong telah menjadi kurikulum di berbagai sekolah di Malaysia. Ini bukti musik keroncong memang sangat dihargai di negara itu.

Meski demikian, perkembangan musik keroncong di Malaysia harus ditanggapi secara positif oleh warga Indonesia sebagai pemilik asli musik keroncong. Dalam hal ini, Indonesia hanya membutuhkan pengakuan jika musik keroncong merupakan budaya asli dari Indonesia. 

Untuk membutuhkan pengakuan, sepertinya kita memang selalu terlambat untuk sedikit 'berusaha.'

Tidak cukup jika hanya kesadaran seniman dan pemerintah untuk dapat mengembangkan musik keroncong di tanah air. 

Tidak cukup jika hanya berupa program musik keroncong di televisi dan radio. Tidak cukup dengan hanya artikel di blog ini, misalnya. Atau jangan-jangan kita memang tidak membutuhkan musik keroncong yang merupakan bagian penting sejarah musik tanah air? 

Dan Gesang? Siapa tahu kita memang sedang tak ingin mewarisi kecintaan beliau terhadap budaya bangsa ini.

Egrang dan Gasing

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 28 Mei 2010 | Mei 28, 2010



Selama hampir sepekan warga kota Makassar menikmati kemeriahan Festival Budaya Serumpun yang digelar di Makassar dan  berakhir Kamis  27 Mei di Monumen Mandala.

Perlombaan budaya tradisional yang diikuti berbagai kabupaten/kota , provinsi dan mancanegara itu menghadirkan aneka budaya dan permainan tradisional serta lomba.


Salah satunya lomba egrang yakni permainan dengan cara berjalan menggunakan tonggak kayu atau bambu dan berhasil dimenangkan Kabupaten Bone. Sedangkan Lampung hanya puas bisa di posisi kedua. Acara yang diikuti 23 kabupaten/kota dan tujuh negara itu juga menggelar lomba gasing.


Kali ini, Kalimantan Barat berhasil meraih juara I dalam lomba gasing. Itu setelah juri melihat dari berbagai kriteria. Yakni, penilaian gasing dilihat dari keindahan berputar, lamanya gasing berputar di atas arena, dan gasing tidak boleh keluar dari arena putaran. Permainan gasing dimenangkan peserta dari Kalbar dengan durasi
lima menit.

Ma'badong dan Pa'piong

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 27 Mei 2010 | Mei 27, 2010


Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di Sulawesi Selatan mencanangkan wisata budaya dengan cara menyajikan pekan hiburan di hotel-hotel. Pengelola hotel diiminta menampilkan berbagai atraksi budaya lokal untuk memberi daya tarik tamu.

Seperti yang dilakukan Manajemen Hotel Sahid Jaya Makassar, yang menghadirkan tarian adat Sulawesi Selatan dari Toraja, yakni Ma'badong pada hari-hari tertentu. Suguhan seni budaya ini guna menghibur tamu maupun pengunjung Kafe Tanjung Bira Hotel Sahid.

Acara ini diberi tajuk Celebes Culture Night. Budaya lokal yang ditampilkan selama sepekan tak hanya tarian asal Toraja. Tarian adat daerah lain juga disuguhkan selama sepekan acara tersebut. Pada setiap hari Minggu,ditampilkan tarian khas Makassar.

Penari didatangkan dari sanggar di sekitar Makassar. Seperti tarian Toraja dibawakan oleh Sanggar Tari Sejati Makassar. Sambil menikmati tarian, pengunjung disajikan aneka masakan khas seperti sop ayam daun kedondong, ketam hitam, ayam pa'piong Toraja, dan gulai pakis mengkendek.

Pameran 1000 Karya Mahasiswa Seni ITB

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 26 Mei 2010 | Mei 26, 2010

 
Gedung Serba Guna Institut Teknologi Bandung, yang biasa dipakai untuk olah raga dalam ruang, berubah menjadi ruang pamer karya seni. Lampu-lampu sorot menyala di tiap panel. Hilir mudik ratusan orang sejak pagi membuat arena kian sesak dan panas.

Keramaian di saat seluruh mahasiswa ITB sedang libur itu bertambah dengan penampilan band-band yang berpentas menjelang sore. Di luar gedung dekat pintu masuk, kelompok Tellthem dan Astronautboys asyik memoles cat di papan sambil menempel gambar-gambar karikatur dan salinan foto di atas kertas.

Begitulah suasana pameran bertajuk "Sidik Jari".yang berlangsung 25-26 Mei itu. Pameran yang menampilkan seribu lebih karya dari 216 mahasiswa tahun pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB angkatan 2009 itu memang bukan pameran biasa. Para dosen akan menilai karya dan kemudian merekomendasikan ke mana sang mahasiswa sebaiknya memilih jurusan.

Setiap panel mahasiswa terisi delapan karya seni rupa dua dan tiga dimensi yang memadukan unsur warna, garis, dan konsep. Bentuknya seni dua dimensi itu beragam, dari lukisan cat air, gambar perspektif, hingga sketsa. Adapun karya seni tiga dimensi yang muncul adalah instalasi, patung, dan keramik.

FSRD ITB saat ini membuka jurusan Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Desain Interior, Seni Kriya, dan Seni Rupa. Tapi, apa pun kelak jurusannya nanti, para calon seniman itu, seperti judul pamerannya, telah menorehkan sidik jarinya--sebuah penanda lahir unik yang membedakannya dari orang lain. 

(berbagai sumber)

Mappere' dan Massempe' Setelah Panen

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 24 Mei 2010 | Mei 24, 2010


Mappere' dan massempe' adalah dua tradisi tahunan yang selalu digelar di Desa Padaidi, Kecamatan Tellu Siatinge, Kabupaten Bone Sulsel. Seperti pemandangan pada Sabtu (22/5) lalu. Ratusan warga memadati lapangan terbuka mengadakan pesta rakyat untuk mensyukuri hasil panen raya.

Seorang perempuan muda diayun dengan ayunan raksasa setinggi belasan meter. Yang menarik tali ayunan adalah para pria dewasa. Hal ini dilakukan sebagai simbol bahwa kaum pria harus menuntun kaum wanita dalam menghadapi berbagai tantangan duniawi. Ritual ini pun cukup membuat jantung para warga yang menyaksikannya berdebar-debar, karena tingginya sang gadis diayun.

Tak hanya mappere', warga juga menggelar massempe atau tarung bebas dengan mengandalkan kekuatan tendangan kaki. Massempe' yang diperankan oleh pria dewasa ini adalah duel yang berusaha untuk menjatuhkan lawannya dengan memakai tendangan.

Mappere' dan massempe' diadakan setiap tahun habis panen dan ratusan warga dari kampung lain juga datang menonton. Sebagai penutup dari rangkaian prosesi adat ini, beberapa ekor kuda yang ditunggangi oleh pria dengan berpakaian adat, mengelilingi lapangan. Kuda-kuda ini sebagai simbol ternak yang  sangat membantu petani untuk mengangkut hasil panen.

Doaku Tidak Perlu Panjang, Sama Halnya Puisi Ini

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 23 Mei 2010 | Mei 23, 2010

                                  


  padahal 
saban 
tiba senyap
setiap hari 
aku 
telah 
mengibarkan 
bendera 
setengah 
tiang
sejak 
kakiku masih mungil
berlari
di tanah 
kita yang
rengkah
pengap

bulukumba, ahad 23 mei 2010

Zona Cergam Indonesia

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 22 Mei 2010 | Mei 22, 2010



Cergam atau cerita bergambar atau komik terbukti belum mati di tanah air.  Petualangan Jaka Sembung dan Si Buta Dari Gua Hantu misalnya ternyata masih malang melintang di rimba persilatan komik Indonesia. Setidaknya para komikus dan penggemar komik masih setia menceburkan diri bersama jejak heroisme para tokoh cergam tersebut . Meski dalam nuansa dan dimensi yang tentu jauh berbeda dengan era kejayaan komik pada tahun 60 sampai 80-an.

Komunitas Komik Indonesia bekerja sama dengan Grand Indonesia Shopping Town menyelenggarakan Zona Cergam Indonesia, pameran komik Indonesia dulu dan kini, yang dibuka hari Jumat, 21 Mei dan tuntas pada 30 Mei mendatang. Acara itu berlangsung di Level One, East Mall, Level 1, Grand Indonesia, Jakarta. Mulai pameran sejarah komik, bazar komik, lomba komik strip, dan peluncuran beberapa buku komik baru digelar di sana.

Acara ini merupakan pertemuan akbar kedua bagi komunitas itu setelah sebelumnya mendapatkan kepercayaan untuk berpartisipasi pada Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009. Dalam rilisnya ke berbagai media dan kebetulan satu di antaranya "kesasar" ke e-mail saya, komunitas menyatakan bahwa tujuan dari Zona Cergam Indonesia ini adalah "untuk membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat, terutama pengunjung Grand Indonesia, akan kekayaan dan perkembangan wajah komik Indonesia sejak 1931 hingga hari ini.

“Sajak Sebatang Lisong” dan Hari Kebangkitan Nasional

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 20 Mei 2010 | Mei 20, 2010

SAJAK SEBATANG LISONG
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

WS Rendra
19 Agustus 1977
ITB Bandung


Hingga hari ini sajak di atas  masih saja aktual. Artinya, nyaris tidak ada kemajuan bangsa dan negara kita, selama kurun waktu tersebut. Justru sebaliknya, terjadi kemunduran yang luar biasa di berbagai lini. Mari kita bandingkan lebih dulu, Indonesia tahun 1977– yang digambarkan dengan sangat gamblang dalam sajak itu– dengan Indonesia tahun 2010.

Secara tekstual, perubahan paling mencolok adalah jumlah penduduk. Tahun 1977 populasi Indonesia “baru” 130 juta jiwa, sekarang sudah menjadi 200 juta jiwa lebih. Dan angka delapan juta anak tanpa sekolah yang disebutkan Rendra, sekarang kategorinya telah berubah menjadi anak putus sekolah, dan menurut data Komisi Perlindungan Anak jumlahnya tak kurang dari 12 juta jiwa.
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka

Kata “cukong” dalam sajak ini bisa dengan bebas kita artikan pemodal, kapitalis atau  segelintir orang yang menguasai ekonomi kita. Ketika sajak ini dibuat, kata cukong dengan jelas merujuk pada kalangan pengusaha Cina yang oleh Soeharto diberikan privilese untuk berbisnis, namun sebaliknya dipreteli hak-hak politiknya. Sedangkan pribumi yang mendapat kesempatan berbisnis adalah kelompok Soeharto sendiri, terutama kalangan militer dan birokrat yang paling setia padanya. Persis sama dengan rezim SBY-Boediono sekarang yang berlandaskan kebijakan ekonomi kapitalis melalui antek-antek IMF yang dipasang di kabinetnya.

Parasit-parasit raksasa  yaitu perusahaan-perusahaan asing yang membeli dengan murah sejumlah BUMN yang sehat dan mencetak laba. Selain itu, usaha-usaha yang menyangkut hidup orang banyak juga dilego ke pihak asing, atas nama privatisasi, yang pada hakekatnya adalah pelanggaran terhadap UUD 45. Ingatkah kita dengan Telkom, PAM, Semen Gresik, Krakatau Steel dan lain-lainnya yang dijual kepada negara-negara asing?

Sementara itu kehidupan rakyat semakin termiskinkan. Bukan lagi sekadar bergelut dengan kemiskinan namun rakyat miskin terpaksa pula hidup dengan kualitas lingkungan yang memburuk. Dan bencana demi bencana semakin sering terjadi, di mana korbannya selalu kaum miskin; salah satunya adalah bencana lumpur panas Lapindo, Sidoarjo. Kita semakin termiskinkan. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.

Film Aliguka, Ketika Realitas Menjajah Idealisme

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 18 Mei 2010 | Mei 18, 2010


Kali ini saya berusaha memenuhi permintaan beberapa sahabat yang penasaran dengan sinopsis film Aliguka setelah postingan sebelumnya hanya memuat berita pemutarannya di Sulawesi Selatan. 

Film Aliguka bercerita tentang seorang mahasiswa fakultas hukum semester akhir yang terancam drop out karena proposal skripsinya tidak disetujui oleh dosen pembimbing. Dia ingin menulis skripsi tentang korupsi anggota legislatif. Sebagai mahasiswa hukum, dia muak melihat realitas yang terjadi di sekelilingnya.

Tetapi bukan hanya di dunia kampus dia mengalami penolakan atas idealismenya. Ayahnya sendiri yang seorang anggota legislatif juga menekan dengan ingin menjadikan Aliguka sebagai pegawai di sebuah kantor pemerintahan melalui jalur kolusi dengan temannya.

Aliguka yang senang menulis, juga mengalami penolakan luar biasa dari media yang tidak mau memuat tulisan-tulisannya yang menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. Korupsi berbanding lurus dengan orang-orang yang termiskinkan di sekitarnya. Tekanan demi tekanan dihadapi oleh Aliguka membuatnya dia pergi dari rumahnya.

Dia kemudian hidup bersama orang-orang kecil di sebuah rumah kontrakan. Dia mengenal Daeng Tato, seorang tukang parkir yang mengajarinya banyak hal dalam hidup ini—juga Bu Rina, seorang pelacur yang kerap mendapat perlakuan kasar dari suaminya yang malas.

Tetapi tekanan hidup yang tak pernah putus membuatnya merasa bahwa satu-satunya tempat yang masih manusiawi di negeri ini adalah rumah sakit jiwa. Di sanalah dia akhirnya beristirahat, menenangkan diri—mengikuti saran Adil, seorang perempuan cantik yang selalu memperhatikan dirinya.

Untuk informasi paling lengkap termasuk mengenai jadwal pemutaran film Aliguka, bisa menghubungi dua cineas muda Makassar  di bawah ini:
  • Imam, HP 085656677075
  • Anata, HP 081355922680

sumber: For Film Makassar 



Hanya Menulis

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 15 Mei 2010 | Mei 15, 2010


menulis lagi 
di akhir pekan
kali ini 
ada rerumputan 
dalam pikiran
malam,  maaf 
aku hanya menulis
bukannya  membawamu ke dalam senyap
yang biasa tertera  di antara kita berdua.

bulukumba, sabtu 15 mei 2010

Pasar Seni Lukisan Indonesia di Surabaya

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 13 Mei 2010 | Mei 13, 2010



Sebanyak 370 pelukis dari Jawa, Bali dan Sumatera meramaikan Pasar Seni Lukisan Indonesia (PSLI) ketiga yang digelar Sanggar Merah Putih, Balai Pemuda Kota Surabaya, sepanjang tanggal 7-17 Mei. Pasar Seni ini adalah bentuk kepedulian para pelukis terhadap masyarakat pencinta seni. Selain pencinta seni bisa langsung bertransaksi dengan pelukis, masyarakat seni juga bisa bertukar ide dan gagasan.

Harga yang ditawarkan di Pasar Seni ini lebih miring dari harga lukisan yang dijual di galeri atau pameran. Jika lukisan yang berada di galeri dijual sampai Rp 20 juta namun di pasar seni bisa hanya Rp 6 juta.

Panitia membangun 159 stan yang diikuti 370 pelukis. Jumlah lukisan yang dipamerkan sebanyak 1.100. Sebelumnya, pada Pasar Seni 2008 diikuti sebanyak 118 pelukis, dan pada 2009 diikuti sebanyak 360 pelukis. Pada 2010 ini panitia menargetkan transaksi jual beli sebesar Rp 1,5 milliar, pada 2009 lalu transaksi mencapai 980 juta.

Dalam Pasar Seni ini juga disediakan stan khusus untuk penjualan lukisan seharga Rp 500 ribu. Selain itu juga diadakan lomba sketsa wajah atau karikatur Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wakil Gubernur Jawa Timur Saiffulah Yusuf.

(berbagai sumber)

Setelah Rambutmu Tergerai

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 12 Mei 2010 | Mei 12, 2010

Indonesian Cultural Night 2010 Di Ohio Amerika

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 11 Mei 2010 | Mei 11, 2010


Seorang sahabat, Try Juandha, mahasiswa asal Bulukumba yang kini menimba ilmu di Amerika Serikat mengirimkan informasi kepada saya melalui Facebook. Try Juandha bersama teman-temannya yang tergabung dalam  PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia) yang sedang kuliah di Ohio State University mengadakan acara cultural night (malam kebudayaan) dengan tema Unity In Diversity (bhineka tunggal ika), 7 Mei 2010.

Acara agenda tahunan in disemarakkan dengan cerita legenda Malin Kundang yang diadaptasikan ke kehidupan modern. Intinya, Malin kundang jadi pengusaha sukses dan mengajak para investor asing untuk investasi di beberapa daerah di indonesia. Dalam sebuah adegan, tari Gandrang Bulo ditampilkan, karena ceritanya si Malin ke Makassar.

Selain Tari Gandrang Bulo dari Makassar, juga ikut ditampilkan Tari Saman dari Aceh, Tari Tor-Tor dan Sarampang Dua Belas dari daerah Batak

Di ujung acara cultural night, para pengunjung bisa menikmati makanan khas indonesia, seperti gado-gado, sate dan lain-lain. Pengunjung juga dapat berbelanja souvenir khas indonesia, batik, wayang, dan lain-lain. Sebagai pamungkas cultural night mereka melakukan presentasi peluang bisnis di indonesia. 

Berikut video perfomance Try Juandha dan teman-temannya ketika membawakan Gandrang Bulo.


Padang Bulan Dan Cinta Di Dalam Gelas Andrea Hirata Di Bulan Juni

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 09 Mei 2010 | Mei 09, 2010


Andrea Hirata penulis novel "Laskar Pelangi" dan "Sang Pemimpi" kini merasa nyaman menemukan dirinya dalam ciri khas novel-novel dengan latar belakang budaya Melayu. Andrea sering mengakui mendapat kepuasan luar biasa dengan menulis novel berlatar budaya Melayu. 

Dua novelnya yang terbaru berjudul "Padang Bulan" dan "Cinta di dalam Gelas" akan diluncurkan pada pertengahan Juni 2010.  Kedua novel tersebut sudah selesai digarap dan sekarang berada di Penerbit Bentang.


Andrea mengungkapkan, dua novel yang merupakan karya kelima dan keenamnya tersebut masih dengan latar belakang Belitung dan budayanya. Andrea  menyelesaikan penulisan dua novel tersebut hanya dalam lima minggu namun sebelumnya dengan riset yang dilakukan selama dua tahun. 

Maryamah menjadi tokoh utama pada dua novel tersebut yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel 'Padang Bulan', lebih bercerita tentang kisah cinta dan novel 'Cinta di dalam Gelas' lebih banyak bercerita tentang Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk perlawanan berupa main catur.

(berbagai sumber)


Pusat Bahasa dan Microsoft Alihkan 250 Ribu Kosakata

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 07 Mei 2010 | Mei 07, 2010


Pusat Bahasa menggandeng Microsoft untuk mengalihkan lebih dari 250.000 kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Upaya ini memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan generasi muda dalam memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi informasi.

Pengalihan kosakata atau istilah asing harus dilakukan secepatnya agar masyarakat tidak terjebak menggunakan bahasa asing. Pengalihan kosakata bidang ilmu teknologi ke dalam bahasa Indonesia jika tidak secepatnya dilakukan akan menimbulkan kendala. Sebab, pengalaman selama ini menunjukkan pengalihan kata/istilah bahasa Inggris yang telah lama digunakan ke bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat.

Perkembangan bidang teknologi telah mencapai kemajuan yang amat berarti. Teknologi komputer misalnya, menghasilkan alat bantu kerja yang tidak hanya urusan tulis dan cetak. Tetapi, mampu menerobos teknologi komunikasi. Perpaduan kemajuan teknologi komputer dan teknologi komunikasi melahirkan kosakata/istilah baru di bidang itu. Teknologi, baik perangkat lunak maupun perangkat keras datang dari mancanegara sehingga kosakata/istilah yang digunakan adalah bahasa asing. Yang  terbanyak adalah bahasa Inggris.

sumber: www.tempointeraktif.com

Ini Mei!

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 06 Mei 2010 | Mei 06, 2010


Bagi bangsa manapun, kekuatan bahasa adalah defensif awal terhadap agresi dari luar yang mulai menggerogoti kebudayaan. Membangun kekuatan bahasa berarti membangun pertahanan awal dalam mencapai taraf kesejahteraan sebuah bangsa. Bahasa adalah muara dari sebuah identitas.
   
Bagi bangsa ini semestinya Mei merupakan bulan identitas. Tanggal 2 Mei merupakan Hari Pendidikan Nasional, sedangkan tanggal 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional. Hari Buruh  jatuh pada 1 Mei, wafatnya pejuang buruh, Marsinah, pada 9 Mei, dan Hari Buku Nasional pada tanggal 21 Mei. Tanggal 21 Mei juga adalah tonggak demokratisasi yang menumbangkan kekuasaan otoritarian Orde Baru.

Kebangkitan Nasional tidak tercapai hakikatnya ketika identitas diri bangsa perlahan musnah. Tidak akan bisa suatu keinginan tercapai bila tidak menghadirkan kekuatan bahasa. Dengan hilangnya identitas secara bahasa, akan hilang pula suatu proses yang berarti dari sejarah-sejarah tersebut di bulan Mei.
      
Berbagai proses yang telah mengabaikan bahasa nasional telah merekonstruksi masyarakat terdidik untuk berorientasi menuju bahasa yang tidak sesuai dengan identitas bangsanya sendiri. Buku-buku pendidikan pun lambat laun didominasi oleh bahasa bercampur paham asing. Sangat diperlukan 'improvisasi permainan' oleh dunia perbukuan nasional pada Hari Buku Nasional bulan ini.
       
Republik ini  semakin melemah akibat intervensi asing. Penjajahan baru dalam bentuk eksplorasi alam dan budaya berlangsung secara besar-besaran. Kebudayaan leluhur semakin terdiskriminasi di sisi sosial sebab masyarakat tergiring ke individualistik dan konsumerisme. Mulut besar kapitalisme menganga di ujung sana dan menelan manusia Indonesia bulat-bulat.
      
Bahasa nasional yang telah diracuni kebudayaan asing dan terus diabaikan oleh kaum intelektualnya sendiri akan membuat peradaban serta kekuatan negara dalam identitas akan segera musnah tidak lama lagi. Lalu darimana harus memulainya ketika itu semua terasa terlambat? Satu kekuatan bersama dalam membangun tahap identitas bangsa yang kuat adalah melalui bahasa nasional. Tidak berlebihan jika hari ini bahasa nasional yang baik dan benar semestinya sudah harus dimulai di situs blog, website, catatan harian pribadi, jurnal-jurnal tidak resmi, status di facebook maupun twitter dan sebagainya. 

Belum terlambat jika hari ini blogger dan facebooker menunjukkan bahasa nasional sebagai identitas Indonesia kepada dunia. Mengapa Jepang kuat dan besar? Hari ini generasi muda Jepang ternyata tetap terinspirasi leluhur mereka. Mereka ternyata selalu terbiasa memposting blog dan menulis status di jejaring sosial dengan menggunakan bahasa nasional Jepang yang baik dan benar. Dan kepada blogger Indonesia? Saya hanya ingin menyampaikan,"Ini Mei!" 


Sajak Aku Selalu Berlari Bersama Mimpiku

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 04 Mei 2010 | Mei 04, 2010

Ku lari ke hutan......

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 03 Mei 2010 | Mei 03, 2010

Sajak Negeri Para Bedebah ~ Adhie M. Massardi

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 02 Mei 2010 | Mei 02, 2010

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday