Home » » Keroncong Masuk Kurikulum Pelajaran di Malaysia, Ada Apa Dengan Kita?

Keroncong Masuk Kurikulum Pelajaran di Malaysia, Ada Apa Dengan Kita?

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 29 Mei 2010 | Mei 29, 2010


Ada apa dengan kita? Haruskah hanya Bondan Prakoso dan kawan-kawannya saja  yang punya nyali memodifikasi musik keroncong dalam lagu "Keroncong Protol"nya? Ternyata memang belum cukup jika hanya Nidji yang mewajibkan diri mereka untuk menyanyikan "Bengawan Solo" setiap menggelar konser. Di mana musisi yang lain? 

Musik keroncong yang merupakan budaya asli Indonesia ternyata tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini musik keroncong justru tengah berkembang pesat di Malaysia. Mereka juga mempromosikan musik keroncong melalui radio serta televisi kabel ke berbagai belahan dunia. Hal itu membuat banyak warga Eropa yang mengira musik keroncong berasal dari Malaysia..

Saat ini pelajaran musik keroncong telah menjadi kurikulum di berbagai sekolah di Malaysia. Ini bukti musik keroncong memang sangat dihargai di negara itu.

Meski demikian, perkembangan musik keroncong di Malaysia harus ditanggapi secara positif oleh warga Indonesia sebagai pemilik asli musik keroncong. Dalam hal ini, Indonesia hanya membutuhkan pengakuan jika musik keroncong merupakan budaya asli dari Indonesia. 

Untuk membutuhkan pengakuan, sepertinya kita memang selalu terlambat untuk sedikit 'berusaha.'

Tidak cukup jika hanya kesadaran seniman dan pemerintah untuk dapat mengembangkan musik keroncong di tanah air. 

Tidak cukup jika hanya berupa program musik keroncong di televisi dan radio. Tidak cukup dengan hanya artikel di blog ini, misalnya. Atau jangan-jangan kita memang tidak membutuhkan musik keroncong yang merupakan bagian penting sejarah musik tanah air? 

Dan Gesang? Siapa tahu kita memang sedang tak ingin mewarisi kecintaan beliau terhadap budaya bangsa ini.

Share this article :

13 komentar:

  1. Mungkin mereka sudah lupa budaya asli Indonesia van...

    BalasHapus
  2. biasanya mulai gencar dilestarikan stelah ada yg mengakuaku apa yg kita miliki... hehe...

    BalasHapus
  3. anu van karena generasi muda cuma bisa ikut-ikutan jangan kan keroncong dandut aja kalau ada anak muda yang suka dangdut dianggap kampungan, artis kita sendiri kalau nyebut dangdut biasa terkesan meremehkan

    BalasHapus
  4. Kita kebanyakan melamun kali van. Lha buktinya kita berkutat soal pro dan kontra UAN, tanpa pernah berpikir untuk merubah kurikulum, memperbaiki mutu pendidikan kita.

    BalasHapus
  5. Kita terlalu tergila gila dengan budaya luar. Sampai sampai budaya budaya kita banyak dicuri.

    BalasHapus
  6. pemikiran pemerintah ini keknya aneh dan sangat berbelit-belit sehingga kok susah amat mengambil kebijakan publik untuk membudayakan keroncong maupun musik tradisional lain.

    padahal hal ini bisa dengan menerapkannya di mata pelajaran musik lokal (materi lokal), sehingga musik2 budaya lokal bisa diingat, dimainkan dan dikembangkan.

    BalasHapus
  7. saia jg salut dg bondan prakoso...hehhehe
    prihatin siyh...
    tp mau gmn lg...
    knyataannya memang keberadaan musik keroncong sdh hampir punah di negeri ini... :)

    BalasHapus
  8. Wahhh Hebatt!! tapi jangan sampe keroncong diembat juga ma Malaysia.. kita harus melestarikannya!!!

    BalasHapus
  9. dan munggkin generasi seninya sudah terbengkalai oleh rasa luar kali y om
    salam hangat dari blue


    p cabar

    BalasHapus
  10. Itulah negara kita yang selalu terlambat, kalau sudah diklaim orang lain baru heboh.

    BalasHapus
  11. ebenarnya musik keroncong tuh berasal dari mana sih, asli musik indonesia atau berasal dr negara lain yah

    BalasHapus
  12. Barangkali kita adalah generasi yang asal British, kemudian lupa akan budaya sendiri. Ada apa dengan kita? tiba-tiba harus merasa malu mendengar pertanyaan itu.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday