Latest Post

Lukisan Monalisa Kembali Diteliti

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 18 Juli 2010 | Juli 18, 2010

Lukisan misterius wajah Monalisa nampaknya masih terus mengundang rasa penasaran para ilmuwan maupun para penikmat lukisan. Untuk kesekian kalinya, lukisan karya Leonardo da Vinci kembali diteliti oleh para ilmuwan.

Penelitian kali ini menggunakan teknologi sinar X untuk memahami bayangan yang terlihat di wajah Monalisa, yang kini tersimpan di Museum Louvre, Paris, Prancis, seperti dikutip dari BBC News.

Monalisa adalah satu dari tujuh mahakarya Leonardo da Vinci yang diselidiki Phillipe Walter dan rekan-rekannya dari Pusat Riset dan Restorasi Museum Louvre, Paris.

Hasil investigasi yang dimuat dalam jurnal Angewandte Chemie ini menunjukkan adanya lapisan-lapisan pigmen tipis yang digunakan untuk membuat transisi cahaya dari terang ke gelap.

Penelitian ini menghasilkan informasi tentang teknik yang dikenal dengan nama sfumato, yang oleh Da Vinci dan para pelukis masa Renaisans lainnya digunakan untuk menghasilkan gradasi warna di atas kanvas.

"Salah satu hal luar biasa yang bisa Anda lihat di depan lukisan ini adalah Anda tidak bisa melihat adanya goresan kuas atau sidik jari," kata salah seorang peneliti Dr Laurence de Viguerie.

"Semuanya sangat bagus. Semuanya menyatu. Itu sebabnya sering dikatakan lukisan-lukisan ini mustahil dianalisa karena lukisan-lukisan ini tidak memberi petunjuk sama sekali," papar De Viguerie kepada BBC News.

Penelitian sebelumnya sudah terlebih dulu menegaskan aspek-aspek kunci sfumato, namun Philippe Walter dan rekan-rekannya memberikan informasi tambahan tentang bagaimana Da Vinci menguasai teknik tersebut.

Para peneliti menggunakan spektometri sinar X fluoresence (WRF) yang tidak merusak lukisan untuk menentukan komposisi dan ketebalan setiap lapisan cat.

Sembilan lukisan wajah, termasuk Monalisa, diteliti dari tujuh lukisan yang dibuat Da Vinci selama 40 tahun karirnya.

Para ilmuwan mampu merinci berbagai 'ramuan' yang digunakan Da Vinci ini untuk menciptakan efek bayangan dalam lukisan-lukisan wajah ini. Selain Monalisa, lukisan-lukisan yang diteliti, antara lain, Virgin of the Rocks, Saint John the Baptist, Annunciation, Bacchus, Belle Ferronnière, Saint Anne, the Virgin, dan the Child.

Analisa itu menjelaskan bahwa Da Vinci mampu mengaplikasikan sapuan lapisan yang tebalnya hanya beberapa mikrometer. Dan semua lapisan ini ketebalannya hanya sekitar 30-40 micrometer.

Perempuan Bertubuh Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 15 Juli 2010 | Juli 15, 2010


perempuan bertubuh puisi. kembali melewati rumahmu tanpa rindu yang dahulu. potret potret ilalang kali ini cukup dititipkan oleh sungai sungai perasaan
tanpa arus keinginan yang dahulu. kembali menatap jendela kamarmu. 
perempuan bertelapak matahari, pertemuan pertemuan  itu ternyata masih menjadikan kita puisi
tanpa kata tentang  rasa yang biasa.

makassar, 15 juli 2007

 

Menikmati Puisi-puisi Trie "Iie" Utami

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 12 Juli 2010 | Juli 12, 2010

Saat pertama kali membaca puisi-puisi penyanyi senior, Tri Utami yang dimuat di Kompas pada edisi Rabu, 20 Mei 2009 lampau saya hanya bisa memberikan kesimpulan dalam satu kalimat,"Illuminanya begitu perempuan yang bertubuh puisi dan sangat berkelamin Indonesia."

Beberapa puisi mbak Iie di bawah ini mungkin bisa mewakili kesimpulan saya di atas.

ILLUMINA 1.7

apakah ia kekasihku ?
bukan,
tapi aku cinta padanya
apakah ia belahan jiwaku ?
bukan,
namun aku separuh hatinya
apakah ia cinta padaku ?
tidak,
namun ia kekasihku
apakah ia separuh nyawaku ?
tidak,
namun aku pelengkap hidupnya.


ILLUMINA 1.6

dinginnya ia bukan udaraku
namun gigilnya milikku
sepinya ia taklah mendekatiku
namun senyapnya untukku
gelapnya ia jauh dariku
namun pekatnya dimataku
lukanya ia tak teraba
namun perihnya disekujur tubuhku
demikian aku terikat padanya
walau aku merasa buta
tak tahu siapa dia sebenarnya


ILLUMINA 1.5

ia hidup didalam halimun
seperti ia tinggal didalamnya
wajahnya
hatinya
jiwanya
isi kepalanya
berkabut
bahkan kata-katanya !!!
untukku ialah halimun itu
hanya getarannya yang sampai
diujung kuku
ditepi hati
dilasar jiwa
dipuncak teriak
ia tumbuh didalam halimun
menjadi kabutnya


ILLUMINA 1.4

ia temannya duka
maut adalah karibnya
yang ia panggil berkali-kali
berulang-ulang
seolah kekasih
namun begitulah
dunianya sunyi
sekelilingnya dingin
yang hangat cuma jemarinya
menuliskan cinta
di luas cakrawala
ia temannya duka
maut adalah cintanya
yang ia cumbui berkali-kali
berulang-ulang
serupa istri

Enam Seniman Indonesia Di Myanmar-Indonesia Art Exchange

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 11 Juli 2010 | Juli 11, 2010


Seni senantiasa universal. Berakar dari bangsa manapun, maka seni akan selalu mencari jalannya sendiri untuk berbicara tentang dirinya di hadapan publik. Pada sebuah momentum yang pas, para seniman pun sepakat dengan bahasa seni yang universal bertekad memperkuat akar budaya dan memunculkan semangat bersama yang kuat dari Asia Tenggara untuk tampil di dunia global.

Enam seniman Indonesia yakni Nyoman Sujana Kenyem dan Antonius Kho (Bali), Bahtiar Dwi Susanto, Ronald Apriyan, Muhammad Lugas Syllabus, dan Heri Purwanto (Yogyakarta) diundang mengikuti program Myanmar-Indonesia Art Exchange 2010, 13-22 Juli di Yangon, Myanmar.

Mereka bersama enam seniman Myanmar Sandy, Sandar Khine, Kyu Kyu, Hnin Darli Aung, Aye Ko, dan Kaung Su akan terlibat dalam aktivitas pameran, diskusi, simposium, dan demo seni di Yangon, kota terbesar di Myanmar.

Dalam program bertajuk Ongoing Echos ini ke-12 seniman akan saling bertukar pikiran dan pengalaman melalui proses berkesenian serta berdialog untuk saling memahami latar seni dan budaya masing-masing. Momentum ini diharapkan kian mempererat hubungan persahabatan dua negara terutama dalam bidang seni dan budaya.

Selain pameran bersama yang digelar di Beik Thano Aert Gallery, ke-12 seniman akan mengikuti simposium di Gedung New Zero Art Space. Masing-masing diminta mempresentasikan gagasan, proses, dan pandangan dalam berkarya. Pihak pengundang memberikan kebebasan kepada peserta untuk mengirimkan karya dengan media yang beragam mulai kanvas, kombinasi cetak tinta maupun pigmen, dan kemungkinan media lainnya.

 (berbagai sumber)

Seharusnya Sedang Tidak Ingin Menulis Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 06 Juli 2010 | Juli 06, 2010


seperti bendera-bendera hati yang dikibarkan
menuju pulang ke rumah
ingatkan saja kepada pagi
tentang kecambah-kecambah ide yang telah kita tanam
di dasar lembah
maka seharusnya
sedang tidak ingin menulis puisi

seperti rebana-rebana sunyi sepanjang jalan
seharusnya. maka
telanjang saja kita di sini
dibiarkan angin
lantas hujan membacanya.

lembah di sidrap, 7 juli 2010

(Masih permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para sahabat blogger. Saya belum bisa berkunjung balik ke rumah sahabat semua disebabkan saya sementara ini hanya bisa update di warnet-warnet sepanjang jalan. Saya masih dalam perjalanan 'jurnalisme khusus' di beberapa daerah di Sulsel jadi ruang dan waktu yang sempit belum bisa memungkinkan untuk blogwalking.)
 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday