Home » » Mental Gerilya

Mental Gerilya

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 02 September 2010 | September 02, 2010



Mental birokrasi yang korup meninggalkan kotoran sosial di mana-mana. Salah satu ironi itu dapat terlihat jelas dalam lukisan-lukisan karya perupa Stefan Buana, 39 tahun, yang dipamerkan di Tony Raka Art Gallery, Ubud, Gianyar, Bali, hingga 17 September mendatang. Pameran bertajuk Mental Gerilya tersebut digelar atas kerja sama Tony Raka dengan Tembi Contemporary Jogjakarta. 

Uniknya, Stefan menggunakan bahan-bahan nonkonvensional, seperti asap lilin, lempengan besi berkarat, arang, paku, campuran serbuk kayu, dan benang, di atas kanvas. Uniknya, Stefan tak segan merobek, memaku, dan melubangi kanvas lukisannya bila cara itu dianggapnya yang paling pas untuk mewakili  hatinya.

Siluet hitam menimpa semak belukar. Sepintas, siluet itu hanya merupakan bayangan seorang tentara yang tengah mengendap-endap dalam sebuah peperangan. Tapi, bila diamati lebih jauh, bayangan dalam lukisan bertajuk Mental Gerilya itu tak sekadar mengajak penikmatnya bernostalgia dengan masa revolusi. Lukisan itu hendak menyatakan saat ini kita juga harus memiliki mental yang sama seperti para gerilyawan itu, karena kita berhadapan dengan belukar persaingan dan ketidakpastian.

Semangat baja para gerilyawan juga tegas tersirat dalam seri 12 lukisan wajah berjudul Rakyatku Bermental Gerilya. Meski bersifat karikatural, wajah-wajah yang diklaim mewakili rakyat Indonesia itu menyiratkan kegigihan, keberanian, dan kekayaan strategi untuk bertahan hidup. Beberapa di antaranya tampak berlagak seperti badut atau dengan muka yang dipenuhi gincu.
 
Stefan juga membebaskan dirinya dari satu gaya melukisnya. Selain bergaya figuratif, karikatural, dan sebagian lagi vulgar, ia memainkan gaya surealistik. Itu tampak dalam karya Unknown Warrior, ketika ia meletakkan dua jejak kaki--satu kaki bersepatu dan satu lainnya tidak--di hamparan padang pasir serta sepucuk senjata di sudut yang lain. Ada juga karya yang hanya menampilkan sebuah ruang dengan anasir lipatan-lipatan kertas bertajuk Ranah Hukumku yang Kini Gamang.

(berbagai sumber)

Share this article :

6 komentar:

  1. mari kita bangkitkan kembali mental gerilya itu.. Merdeka..!!!

    BalasHapus
  2. Stefan Buana, perupa yang kreatif. Sebagaimana gerilya sebagai sebuah pilihan dari bentuk perjuangan.

    BalasHapus
  3. wah saya baru tahu tentan Stefan ini
    ternyata pelukis toh

    BalasHapus
  4. Berjuang,....Berjuang dan terus berjuang,....

    BalasHapus
  5. saya masih bingung mengartikan tulisan di atas

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday