Tidak semua karya sastra-sejarah bisa dijadikan rujukan dalam metodologi penelitian sejarah. Salah satu contoh, kitab Darmogandhul. Mungkin di antara karya-karya sastra kuno berbahasa Jawa, kitab Darmogandhul adalah salah satu sastra Jawa yang sangat kontroversial. Selain isinya banyak memutarbalikkan ajaran agama tertentu, juga kitab ini sarat dengan sejumlah keganjilan-keganjilan sejarah sebenarnya.
Walaupun menggunakan latar belakang kisah runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak Bintara, namun kisah Darmogandhul mencuatkan hal-hal yang tidak masuk akal pada zamannya. Hal ini didapati pada untaian kisah berikut:
… wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis, …
Maksudnya: pasukanMajapahit menembak dengan senapan, sedangkan pasukan Giri berguguran akibat tidak kuat menerima timah panas. Apakah zaman itu sudah digunakan senjata api dalam berperang? Hal tersebut tidak mungkin sebab senjata api baru dikenal sejak kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara. Darmogandhul ditulis setelah kedatangan bangsa Eropa, bukan pada saat peralihan kekuasaan dari Majapahit ke Demak Bintara.
Lalu siapakah sebenarnya penulis kitab ini? Sampai saat ini belum ada yang bisa menunjukkan secara pasti siapakah pengarang kitab ’ngawur’ ini. Namun dari sejumlah analisis tulisan dan latar belakang sejarah dalam kitab itu, Darmogandhul ditulis pada masa penjajahan Belanda. Penulis Darmogandul bukan orang yang tahu persis sebab-sebab keruntuhan Majapahit yakni Perang Paregreg yang menghancurkan sistem politik dan kekuasaan Majapahit, juga hilangnya pengaruh agama Hindu. Kitab Darmogandhul diduga hanya produk rekayasa sastra Jawa yang dipergunakan untuk kepentingan penjajah Belanda.
Menurut tokoh kejawen almarhum Mr. Wongsonagoro, Isi Darmogandul sebenarnya mengenai penyebaran Islam di Jawa (dari kawasan pesisir utara) dan runtuhnya Kerajaan Majapahit (di pedalaman), yang dituturkan secara fiktif. Paham keagamaan di dalamnya merupakan cerminan perbenturan nilai setelah datangnya agama baru, juga antara kerajaan pesisir yang Islam dengan kerajaan pedalaman yang masih Budha-Hindu. Orang Jawa, ketika itu, hanya menerima nilai-nilai Islam yang rada-rada cocok dengan paham lama lalu mencampur-adukkannya -- yang belakangan melahirkan paham kepercayaan yang sinkretis.
Yang mengundang keresahan masyarakat Islam ialah penyajian pikiran pikiran tentang seks dalam buku itu, yang dipakai sebagai usaha untuk meletakkan "penafsiran" materi ajaran Islam pada kedudukan pornografis -- yang tidak lepas dari kerangka pertentangan politik dan budaya antara kedua kerajaan itu, antara "Jawa" dan "Islam". Semangat anti-Islam muncul akibat trauma keruntuhan Majapahit yang diserang oleh Raden Patah, putra raja Majapahit Brawijaya V sendiri yang sebelumnya diangkat sebagai adi~pati di Demak. Raden Patah dinilai sebagai anak~ durhaka, apalagi ia sebenarnya bukan "Jawa asli" tapi lahir dari rahim~ ibundanya yang~ berdarah Cina (tepatnya: Campa,Kamboja).
Sampai sekarang "kambing hitam" keruntuhan Majapahit adalah Raden Patah. Padahal, menurut Tardjan Hadidjaja dan Kamajaya dalam Serat Centhini Dituturkan dalam Bahasa Indonesia Jilid I-A, sesungguhnya Raden Patah hanyalah merebut kekuasaan Girindrawardhana, yang sebelumnya telah lebih dahulu memporak-porandakan Majapahit dari dalam. Darmogandul juga melukiskan, meski Brawijaya V akhirnya dibaiat sebagai muslim oleh Sunan Kalijaga "secara lahir batin", banyak rakyat dipaksa masuk Islam. Ini tentu penilaian sepihak, sebab para wali di Jawa selama ini dikenal sebagai penyebar Islam yang akulturatif. Seperti digambarkan oleh Dojosantosa dalam buku Unsur Religius dalam Sastra Jawa, meski agama Budha dan Hindu sudah berakar berabad-abad, orang Jawa menerima Islam "dengan senang hati untuk memperkaya peradaban".
Sementara itu, menurut dosen sastra Jawa UGM, Dr. Kuntara Wiryamartana, Darmogandul bukanlah sastra Jawa yang punya arus yang kuat. Karena itu, beberapa ilmuwan kurang setuju buku itu dilarang beredar pada beberapa tahun lalu.
informasi yang perlu diketahui tentang sejarah - sejarah di indonesia seperti yang di bahas diatas.....
BalasHapusBaru dengar judulnya, om..
BalasHapusJADI PENASARAN PENGEN NGUBER..
BalasHapussekedar informasi saja untuk anda yang berkeinginan untuk mempelajari kitab darmogandul secara menyeluruh, kebetulan saya da bukunya, mungkin anda berminat , klik saja http://tumbasbuku.com
Hapushrga bersaing gan..
sebuah referensi yg oke juga nih sob.
BalasHapussalam budaya
BalasHapusblognya mantap sekali, keren, dan unik pemilihan konsepx (Sastra di Radio, top abis)
BalasHapusKunjungan balik dong, http://panrita-shared.blogspot.com/
Menurut saya betul salahnya sejarah di tentukan oleh ideologi golongan politik masing masing :)
BalasHapusmemang sebenarnya sulit memastikan tentang 'kebenaran' sebuah literatur sejarah, apalagi di masa yang sangat lampau.. sebagai contoh kasus G 30 S PKI saja; banyak pelaku sejarah yang masih hidup termasuk orang tua/kakek kita, tapi tidak tahu persis bagaimana kronologi yang sebenarnya terjadi.. gud review mas :)
BalasHapusartikelnya bagus nih mas
BalasHapusmakasih
ada serat centini gak??
BalasHapuswah, bener 2 misteri.
BalasHapussekedar informasi saja untuk anda yang berkeinginan untuk mempelajari kitab darmogandul secara menyeluruh, kebetulan saya da bukunya, mungkin anda berminat , klik saja http://tumbasbuku.com
BalasHapushrga bersaing gan..
hancurnya majapahit terjadi pada sekitar akhir abad XV dan awal abad XVII, pada masa ini juga berkembang teknologi senjata baik di asia maupun eropa.
BalasHapuskeberadaan pedagang dari seluruh penjuru dunia yang singgah di majapahit tidak menutup kemungkinan keberadaan senjata api. karena di kerajaan Ottoman dan eropa senjata api mulai digunakan
mungkin kitab itu ad benarnya cb liat lagi sejarah majapahit bahwa d bawah pemerintahan gajahmada sdh menggunakan meriam hasil rampasan dan alih teknologi dari pasukan mongol yg menyerang tanah jawa sekedar refrensi
BalasHapus