Latest Post

Penghargaan Kepada Tubuh, Hari Tari Sedunia di Makassar

Posted By Alfian Nawawi on Selasa, 24 April 2012 | April 24, 2012


Penghargaan Kepada Tubuh, itulah tema dari Hari Tari Sedunia yang kembali diperingati di Makassar, Minggu 29 April 2012. Sebagaimana tahun lalu, peringatan akan dipusatkan di pelataran kantor Tribun Timur di Jl Cenderawasih No 430 Makassar.

Ilustrasi
Salah satu konsep acara ini, ratusan peserta akan ikut menari dengan tema Penghargaan Kepada Tubuh. Pesertanya berasal dari berbagai etnis dan suku serta berbagai komunitas seni yang ada di Makassar dan Palopo.

Seperti dikutip dari makassar.tribunnews.com,
penggagas acara ini, Dr Halilintar mengatakan, puluhan mahasiswa asing yang berlatarbelakang pendidikan musik juga akan hadir mengekpresikan diri di acara ini. Puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara itu kebetulan sekarang sedang berada di Makassar.

Seorang panitia lainnya, Asia Ramprapanca, menjelaskan, Peringatan Hari Tari Sedunia kali ini di Makassar semakin menginternasioal karena diikuti puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara. Karenanya acara ini benar benar akan dikemas sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan mendalam dari para mahasiswa asng itu.

Masyarakat umum juga dipersilakan mengikuti acara ini karena tidak membatasi hanya para seniman atau para penari. Masyarakat umum boleh mengikuti acara ini untuk melakukan tari apa saja.(*)

Bahaya Laten Aslan Abidin

Posted By Alfian Nawawi on Minggu, 01 April 2012 | April 01, 2012

Penyair asal Kota Kalong Soppeng Sulawesi Selatan, Aslan Abidin mewakili Makassar dalam pementasan baca puisi bersama puluhan penyair dari berbagai negara di dunia dan berbagai kota di Indonesia. Mereka  tergabung dalam Forum Penyair Internasional Indonesia (FPII).

Kegiatan seni ini berlangsung hingga 12 April 2012. Sebanyak 17 penyair dari berbagai negara serta 10 dari dalam negeri pada tanggal 1-3 April 2012 berada di Magelang, 4-6 April di Pekalongan, 7-9 April di Malang, dan 10-12 April di Surabaya.

Aslan Abidin memiliki buku antologi puisi perdana yang terkenal berjudul  "Bahaya Laten Malam Pengantin" yang diterbitkan oleh Ininnawa, 2008. Saat itu agak terasa aneh bagi kalangan penyair dan kritikus, sebab 79 sajak yang ada dalam buku tersebut ditulis dalam rentang waktu tiga belas tahun, dari 1993 hingga 2006 saja. Tapi Ahyar Anwar, Doktor Sosiologi Sastra UGM mengatakan, Aslan Abidin adalah satu dari sedikit penyair Sulawesi Selatan yang mendapatkan tempat terhormat dalam jagad sastra nasional hanya dengan dua-tiga sajak. 
Penyair yang masuk dalam angkatan abad 21 ini memiliki karakter karya yang khas di antara penyair-penyair Sulawesi-Selatan. Kekhasan itu muncul pada sajak-sajaknya yang kerap kali menggunakan ‘tubuh’ sebagai latar. Lihat saja salah satu puisinya:Polispermigate

perempuan jalang bertubuh pualam
pada simpang jalan itu menyimpan
bejana di tubuhnya. ia menjadi tempat minum
para lelaki pejabat yang datang
menghabiskan uang hasil rampokan
perempuan jalang di simpang jalan,
entah mengapa aku suka mengkhayalkan
diriku tersesat di kamarmu.
dan sebagai bentara para penjahat,
kau kisahkan padaku seluruh
riwayat dari negeri subur para perarmpok
“aku seperti nawang wulan dan
mereka adalah beruang yang rakus mengisap
madu tubuhku. mereka takut aku
menemukan baju dan segera
menguap ke udara.” tapi nawang wulan, aku juga
suka membayangkan kau membuka
celana untukku. dan mungkin aku
akan terkesiap menatap kemaluanmu yang mangap
seperti polisi yang siap menerima suap.

Sebuah puisi yang erotis tapi begitu rapi dalam penyampaian realitas sosial.


Para penyair yang ikut bergabung dalam acara
Forum Penyair Internasional Indonesia antara lain Ulrike Draesner, Michael Augustin, Arne Pautenberg (Jerman), Sujata Bhatt (India), Charl Piere Naude, Vonani Bila, Rustum Kozain, Mbali Bloom (Afrika Selatan), Chirikure (Zimbabwe), Hans van de waarsenburg, Hagar Peeters (Belanda), Adam Wiedewitsch (USA), Martin Glaz Serup (Denmark), Gerdur Kristny (Islandia), Sarah Holland Batt (Australia), Courtney Sina Meredith (SelandiaBaru), Nikola Madzirov (Makedonia).

Sedangkan penyair dari Indonesia antaralain Samargantang (Bali),D Zawawi Imron (Madura), Fikar W Eda (Bekasi), Gracia Asri (Paris), Ribut Wiyoto (Surabaya), Hamdy Salad (Yogyakarta), Kusprihyanto Namma (Ngawi), Ari MP Tamba (Jakarta), KH Mustofa Bisri atau Gus Mus (Rembang).

Lalu penyair yang membaca puisi di Pekalongan yaitu Stephanie Mamonto (Jakarta), Ragil Supriyatno Samid (Malang), Mikael Johani (Tangerang), Ratry Nindia (Depok), Wowok Hesti Prabowo (Tangerang).

Kemudian yang membacakan di Malang yaitu F Azis Manna (Surabaya), Y Thendra BP (Yogyakarta), Hasta Indriyana (Yogyakarta), W Haryanto, Mahendra, Nanang Suryadi (Malang). Dan pembaca puisi di Surabaya yaitu Aslan Abidin (Makasar), Ratna Ayu Budiarti (Bali), Anis Sayidah (Bandung), John Waromi (Papua), Akhudiat (Surabaya). 
(*)
 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday