Latest Post

Bejana Teks Keluarga Kami dalam Rumah Putih, Antologi Puisi Serumah

Posted By Alfian Nawawi on Sabtu, 14 Desember 2013 | Desember 14, 2013


Sebuah kesyukuran besar. Setiap peristiwa literasi adalah juga bagian penting dari sejarah. Termasuk peristiwa unik ini yang pertama kali dilakukan di dunia khususnya di jagad sastra tanah air. Satu keluarga, tujuh penulis dari tiga generasi dalam satu rumah akhirnya diizinkan Allah SWT untuk merampungkan sebuah buku antologi puisi "Rumah Putih, Antologi Puisi Serumah.” Penerbit Ombak Jogjakarta.

Para Ahyarian berkumpul di Makassar, 15 Desember 2013

Posted By Alfian Nawawi on Minggu, 06 Oktober 2013 | Oktober 06, 2013

Seorang Ahyar Anwar adalah seutas cinta yang senantiasa terulur hingga batas-batas yang tak terduga. Dia salah satu sungai kata paling artistik di bumi yang pernah dikirimkan Tuhan. Karya-karyanya berdebur dan mungkin kita tidak sadar saat dia ikhlas mencumbui pasir-pasir pantai ketidaksadaran kita. 

Sastra memang telah seharusnya mampu mendobrak apa-apa yang telah ada. Tidak sekedar bertujuan sampai ke muara di mana sastra dinikmati di sana dengan sukacita. Sebelum tiba, seyogyanya sastra memang telah menghantam logika di tengah perjalanan. Semasa hidupnya Ahyar kerap melakukan itu dan tidak mengeluh. Sebaliknya tetap melenguh. 

Sepeninggalnya, karya-karyanya tetap menjitak dengan cantik. Dia layak senantiasa diingat walaupun suatu ketika sebagian dari sastra mungkin terjatuh dan mengaduh.

Bira Itu

Posted By Alfian Nawawi on Jumat, 04 Oktober 2013 | Oktober 04, 2013




bira itu bunga santigi
tumbuh langka di batu karang,
perjalanan estetik
mendaki mistik
ke bukit puang janggo,
burung-burung camar berkabar
jala-jala nelayan ditebar,
bira itu paha bule
dan pasir putih
berjemur gratis di antara kerang
dan sampah
seramai selangkang
para pelacur
berbau menyengat
dari mulut pejabat,
bira per detik
dikunjungi lalat.



bulukumba, 9 Juli 2013

Berenang di Samudera Puisi, Berenang di Samudera Ilahi

Posted By Alfian Nawawi on Rabu, 07 Agustus 2013 | Agustus 07, 2013

Inilah geliat sekumpulan anak muda penggila sastra dan salah satu penanda ingatan usia 11 tahun program Ekspresi di RCA 102,5 FM Bulukumba.

Pada Ahad malam, 4 Agustus 2013 pukul 20.30-23.00 Wita, Sekolah Sastra Bulukumba (SSB) bersinergi dengan Program Ekspresi RCA 102,5 FM menggelar hajatan sastra bertajuk "Tadarus Puisi Ramadhan" bertema "Berenang Di Samudera Puisi, Berenang Di Samudera Rahasia Illahi".

Acara ini disiarkan secara live dari pelataran studio RCA FM Jl Pepaya, No.1 Bulukumba melalui tiga media sekaligus, yaitu RCA 102,5 FM, RCA TV Online di http://www.rca-fm.com/ dan http://rcafm.listen2myradio.com/

Di tengah temaram cahaya beberapa obor, dua buah properti unik berupa radio tua dan vespa tua di depan panggung,  satu persatu santri dan santriwati SSB tampil membacakan puisinya penuh magis. Diselingi pembacaan puisi dari beberapa orang penonton dan dipandu oleh dua host, Andy Satria dan saya sendiri, Ivan Kavalera, suasana semakin mencair dan penuh keakraban ketika pelataran RCA semakin ramai oleh para penonton. Suasana semakin meriah ketika salah seorang pendengar RCA bernama Tantri Wimayoga menelepon dan ikut membacakan puisi.


Salah seorang santri SSB, Try Juanda mengungkapkan bahwa sastra seharusnya merakyat dan berhasil ditunjukkan melalui kegiatan tersebut.
"Setiap perubahan besar di dunia pada dasarnya tidak alpa dari peranan puisi," katanya, Selasa (6/8/2013).

Dewi Arlianti Daeng Makarra, salah seorang santriwati SSB menambahkan, puisi berhasil membuktikan bahwa puisi dapat dinikmati oleh berbaga kalangan. 
"Terbukti kegiatan tersebut dipadati penonton dan didengarkan banyak wara masyarakat. Bukan hanya di Bulukumba tapi juga di berbagai belahan dunia," jelasnya.

Kegiatan Tadarrus Puisi Ramadhan SSB didukung pula oleh Laskar Kelor, Malewa, Butiq Dhika Pandawa, Cempaka Fans Community (CFC), Warkop Teras Bambu dan Temanta' Semua. Selain menghadirkan para pesastra tanah air dan internasional, kegiatan ini juga diikuti oleh umum yang ingin tampil membaca puisi. Beberapa peserta dari luar SSB yang turut tampil baca puisi di antaranya, Edy Manaf (Wakil Ketua DPRD Bulukumba), Arie MD (Ketua CFC) dan Anto, seniman dan pemilik Warkop Teras Bambu.

Nampak hadir pula di tengah penonton, para pesastra Bulukumba di antaranya Anis Kurniawan, seorang cerpenis. Tadarrus puisi berakhir klimaks dengan penampilan penutup dari Direktur SSB, Andhika Daeng Mamangka didampingi aksi teatrikal putranya di sampingnya yang masih berusia satu tahun. (*)

Sumber: RCA FM 

Menyetubuhi Kembali Tradisi dalam Festival Budaya Tu Karama Sampeang Bulukumba

Posted By Alfian Nawawi on Rabu, 05 Juni 2013 | Juni 05, 2013

Sekali waktu, kembalilah ke masa silam untuk menyetubuhi tradisi yang esok hari mungkin tak ada lagi. Setelah sukses menghadirkan dua sastrawan dan budayawan nasional,  KH. Zawawi Imron dan Ahyar Anwar pada Mei lalu, di bulan Juni ini kembali sebuah geliat dari gerakan kebudayaan dihelat di Bulukumba. Berlokasi tidak jauh dari kampung kelahiran saya, Palampang. Tepatnya di Desa Karama Sampeang, sahabat saya, Andhika Mappasomba yang  sastrawan dan budayawan muda Bulukumba menjadi salah satu penggagasnya.


Di zaman ini di mana segala sesuatu semakin tanpa bentuk, maka revitalisasi kebudayaan sangat diperlukan. Salah satu revitaliasi yang dapat dilakukan adalah dengan melombakan tradisi masyarakat yang pernah eksis di masa silam. Misalnya permainan rakyat ataupun kegiatan rakyat lainnya semisal berburu.

Sebagai salah satu upaya revitalisasi budaya atau tradisi tersebut, Forum Pemuda Karama Sampeang, bekerjasama dengan DPD KNPI Bulukumba, Laskar Kelor, Sekolah Sastra Bulukumba, dan Sanggar Seni Al Farabi Bulukumba menggelar Festival Budaya Kampong Tu Karama Sampeang Bulukumba dengan menggelar beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat terhadap tradisinya.

Tema kegiatan tersebut adalah "Kami Cinta Kampung dan Adat Kami." Festival ini dihelat pada hari Jumat 21 Juni 2013 sampai dengan hari Ahad 23 Juni 2013 di wilayah Desa Karama, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba.


Berikut Lomba-Lomba Festival yang akan digelar:
1. Lomba Mewarnai Gambar untuk siswa Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar pada hari Jumat, 21 Juni 2013, pukul 08.00 Pagi – selesai
2. Lomba Jalan Sehat, pukul 15. 30 (Sore – selesai) star di perbatasan Desa Swatani-Desa Karama sampai Perbatasan Desa Karama-Desa Bonto Haru lalu ke Finish di Lapangan Makkantu Pajjenekang (Pa’lappassang toayya-Dusun Katangka Desa Karama)
3. Ritual Art (Pementasan Seni) oleh Sanggar Seni Budaya Al Farabi Bulukumba di Sungai Mannyoleng (Depan Lapangan Pa’lappasang Toayya)
4. Pementasan Seni; Malam Usai Shalat Isya
5. Foto dan Film aktivitas desa
6. Lomba Cokki-Cukke digelar pada hari Sabtu, Pukul 09 Pagi- Selesai di Lapangan Pa’lappassang Toayya (Makkantu Pajjenekang)
7. Lomba Melempar Tombak (Ammoke) digelar pada pukul 15. 00 (Sore) Sampai selesai (Lurayya-Sekitar Makam Tau Karama’a ri Sampeang)
8. Penerimaan Hadiah dan Pementasan Seni serta Pemutaran Film Foto Kegiatan
9. Pada hari Ahad, digelar kegiatan Ammaurang Bahi (Berburu Babi) bersama Masyarakat Sampeang. 


Saatnya memulai dari kampung kecil kita masing-masing. Revitalisasi kebudayaan bermula dari sana.(*)

Penjaga Bumi di Bulukumba Bawa Ma'jaga Lino ke International Performing Art

Posted By Alfian Nawawi on Jumat, 12 April 2013 | April 12, 2013

Dimulai dari semesta kesadaran menjaga bumi, para penjaga bumi dari Bulukumba melakukan kontemplasi di tengah alam. Kelahiran, kematian, bencana, realitas zaman dan perjuangan manusia diurai menjadi sebuah karya monumental berjudl "Ma'jaga Lino". Inilah sebuah ritual ribuan tahun lalu di Bulukumba yang kemudian dipindahkan ke dalam rekonstruksi seni teater bernama Ritual Art Performance.

Sanggar Seni Al Farabi Bulukumba akan mementaskan "Ma'jaga Lino" karya Ichdar Yeneng Al Farabi, teaterawan muda Bulukumba di International Performance Art "Taman Srawung Seni Segara Gunung" Musium Manusia Purba Sangiran, Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 18 dan 22 April 2013.

Dalam bahasa Bugis-Makassar, Ma’jaga Lino artinya 'menjaga bumi'.  Pementasan teater dengan genre Ritual Art Performance memang identik dengan Al Farabi, sanggar seni yang telah berdiri sejak enam tahun lalu di Bulukumba.

Sebagai bagian dari  pra-kondisi termasuk meminta restu dari masyarakat dan pemerintah Bulukumba, Al Farabi lebih dulu menggelar karya mereka di Gedung PKK Kabupaten Bulukumba, Kamis malam (11/4/2013). Dengan dihadiri ratusan penonton, Bupati Bulukumba melepas secara resmi tim kesenian Bulukumba ini ke Jawa Tengah untuk pentas di sebuah ajang internasional.

Berikut ini sejarah singkat Sanggar Seni Budaya (SSB) Al-Farabi Bulukumba, dikutip dari laman mercusuarnews.com

Al-Farabi lahir  sebagai sebuah wadah untuk mengasah, menampung, dan menyalurkan bakat generasi muda di bidang seni dan budaya baik itu seni tradisional maupun modern.

SSB AL-Farabi berdiri pada tanggal 5 agustus 2007 oleh sekelompok pemuda yang di motori oleh Ichdar Yeneng alias Ichdar Al Farabi yang selanjutnya dipercayakan untuk menjadi ketua pada saat Musyawarah Besar kelompok tersebut.

SSB Al-Farabi-Bulukumba terdiri dari empat divisi kekaryaan diantaranya divisi Teater, Tari, Penulisan, Kerajinan (Rupa). Seiring berjalannya waktu, SSB Al-Farabi telah mementaskan karyanya di berbagai even, baik yang dilaksanakan sendiri oleh organisasi maupun Pemerintah Kabupaten dan pihak-pihak lain diantaranya :
1. Festival Musik Pelajar yang diadakan tiap tahun sejak berdirinya SSB Al-Farabi
2. Pagelaran seni Kolaborasi seni modern dan tradisi, 10 september 2007 di Kecamatan Rilau Ale, Bulukumba
3. Berpartisipasi pada hari jadi Bulukumba tahun 2008, mementaskan keseniaan tradisional Orkes Turiolo
4. Pementasan teater SANG PEWARIS sutradara Ichdar Yeneng pada bulan maret 2008 di lapangan pemuda Bulukumba, Pertunjukan Seni, Salam lebaran dan Halal Bi Halal
5. Pelaksana dan pengisi acara Indonesia Bangkit tahun 2008
6. Ketua umum SSB Al-Farabi ( Ihdar Yeneng ) terpilih mewakili Sul-Sel pada ajang temu Komposer Muda se Indonesia di Bandung tahun 2009
7. Pementasan Teater Sang PewARIS 2, tahun 2009 di lap. Pemuda Bulukumba
8. Pementasan Tari kreasi tradisi “ Papanambe “ dan “ Pajaga Bine “ koreografer Erna NIngsih SPd, agustus 2009
9. Pementasan seni Akhir tahun “ Setangkai Mawar Untuk Bulukumba “ 2009
10. Pengisi acara di ajang Pesta Rakyat Simpedes II dan III yang diadakan BRI unit Bulukumba
11. Pementasan seni pertunjukan “Ode Bulukumba-Ku” tesk dan sutradara Ihdar Yeneng dipentaskan pada puncak peringatan hari jadi Bulukumba, Februari 2010
12. Pementasan teater jalanan “ Kepada Sang Pembunuh Seni budaya “ april 2010, di bundaran Pinisi Bulukumba
13. Seni pertunjukan “ Bulukumba Damai “ Maret tahun 2010, Bundaran Phinisi Bulukumba
14. Pementasan seni pertunjukan “ Zhimphony Tanah Merdeka “ dipentaskan pada acara Resepsi Kenegaraan HUT RI ke 65, di halaman rujab Bupati Bulukumba
15. Pertunjukan seni ritual Appa Sulapa ri salo Bijawang ( mappano ri wae ) sejak tahun 2011.
16. Pertunjukan seni massal Spirit of Dato Tiro pada penutupan STQ tingkat Provinsi Sulsel
17. Emergenci Culture ( kepada sang pembunuh seni budaya ) I, II tahun 2011 2012
18. Kidung Senja Pantai Bira ( ritual art ) 2011
19. Pertunjukan Musik Harmoni Bulukumba pada puncak hari jadi Bulukumba 2012
20. Kolaborasi kerja Perkampungan Budaya Bersama Laskar Kelor dalam Festival Pinisi tahun 2011 dan 2012
21. Pementasan "Sejarah Pengislaman Masyarakat Bulukumba oleh dato Ri Tiro" dalam Peringatan 605 tahun Dato Tiro, di Hila-Hila Bontotiro, 2013.

Itulah sebahagian karya yang telah dihasilkan oleh Sanggar Seni Al-Farabi dalam menggeliatkan seni budaya dan memberi makna bagi lingkungannya. (*)

Ketika Si Kecil Membaca Dongeng Lalu Mulai Mendongeng

Posted By Alfian Nawawi on Jumat, 29 Maret 2013 | Maret 29, 2013

Bismillah. Bersama tiga orang senior sekaligus kawan yang luar biasa: Anis Kurniawan, Andi Mahrus, Abdul Haris kami berempat mulai melakukan gerakan kecil-kecilan dimulai sejak satu tahun lalu. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Prosesnya menghabiskan cukup banyak energi.

Ilustrasi
Selama hampir satu tahun, kami berusaha mengumpulkan bahan-bahan lisan cerita rakyat yang tercerai berai kemana-mana. Bahan-bahan lisan itu sebahagian besar hanya menyisakan materi  yang jauh dari utuh. 

Kami harus memulainya dari metodologi sederhana seperti wawancara di kampung-kampung, pengembaraan mencari literatur-literatur kuno yang nyaris sudah tanpa sisa, hingga merekonstruksi imajinasi yang tercecer.

Pada akhirnya, kami berhasil mengumpulkan 16 cerita rakyat asli Bulukumba, Sulawesi Selatan. Alhamdulillah, saya sendiri diberi kesempatan oleh Allah SWT mengumpulkan sepuluh cerita rakyat. Kawan-kawan dalam tim kecil ini juga memberikan kepercayaan kepada saya untuk menggarap ilustrasinya. Kemudian semua bahan lisan dan ilustrasi  itu dipindahkan ke dalam bentuk teks. Proses ini memakan waktu selama tiga bulan. 

Akhirnya, dengan melalui proses pemilah-milahan yang sangat sulit, jadilah dua belas cerita rakyat Bulukumba kami kumpulkan. Teman yang bertindak sebagai editor  lalu melakukan proses penyuntingan selama satu bulan. Sebahagian besar cerita rakyat tersebut agak panjang jika dipindahkan ke dalam bentuk bentuk teks. Kami harus memperpendeknya agar mudah dikonsumsi anak-anak nantinya. Kami pun mesti merancangnya agar orang dewasa  bisa ikut menikmatinya.

Setelah itu, kami berpikir lagi untuk melanjutkan gerakan kecil ini dengan sebuah hajatan. Hajatan inilah yang sengaja dikaitkan dengan "World Story telling Day" atau "Hari Mendongeng Sedunia" 6 Maret 2013.

Beruntung ada sponsor yang mau membantu kami. Kami menggandeng Penerbit P3i Press Makassar, P3i Intermedialine, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Bulukumba dan RCA 102,5 FM Bulukumba menggelar "Lomba Mendongeng Antar Sekolah Dasar Se-Kabupaten Bulukumba".


Meski hadiahnya tidak begitu istimewa namun kami berharap semoga dapat membahagiakan para pendongeng cilik itu. Hadiahnya berupa Tabungan BRI Britama Junio ratusan ribu rupiah bagi juara satu sampai juara harapan tiga.

Pendaftaran pun dibuka mulai hari Rabu  27 Maret 2013 sampai satu jam sebelum acara digelar pada pukul 07.30 Sabtu pagi 6 April 2013 di Gedung JSN '45 Bulukumba.

Insya Allah dan tolong doakan kami agar kedua belas cerita rakyat daerah Bulukumba itu segera dapat kami persembahkan dalam bentuk sebuah buku antologi cerita rakyat Bulukumba yang juga dapat dinikmati di seluruh penjuru republik ini. Di samping itu kami memang memproyeksikannya untuk menjadi bahan muatan lokal di semua sekolah dasar di Bulukumba. Semoga bisa menjadi sekumpulan teks yang bermanfaat bagi semua, terkhusus anak-anak. Amin Ya Rabb.

Hujan Lentik-lentik di Januari

Posted By Alfian Nawawi on Selasa, 01 Januari 2013 | Januari 01, 2013

Hujan lentik-lentik di Januari. Oii, aku 
menangkapinya di sini. Tanah gembur dan sepasang burung 
kecil tak sepi-sepi
menghuni
pepohonan, belukar dan angin yang berpelukan.
Senyummu riak-riak di telaga. Oii, aku dijatuhi 
cinta.

Bijawang, Bulukumba 1434 Hijriah


Puisi yang saya tulis di atas tentu saja sangat subjektif. Puisi di atas belum bisa mempresentasikan sepotong surga kecil di bawah ini. Secara obyektif, kita lihat puisi yang sesungguhnya dalam bentuk foto-foto.

Lokasi wisata masa depan di Bumi Parita Lopi. Bayangkan jika di sini dibangun villa, lesehan, restauran, waterboom 150 meter, telaga tempat memancing ikan, arung jeram dengan rute darat yang pendek dan jalur sungai yang panjang. Cocok juga dibangun Playing Fox. Pepohonan yang rindang dan berbagai species burung dan hewan lainnya. Dilengkapi dengan lansdscap persawahan. Jaraknya 7 kilometer dari kota Bulukumba, Sulawesi Selatan. Berada di pinggir jalan nasional. Sangat mudah diakses. Tinggal menunggu investor. BERMINAT? SILAHKAN HUBUNGI  PEMILIKNYA: ABDUL KHALIK, S.Ag HP 085242555667.







 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday