
Sebenarnya tujuan karikatur tidaklah untuk merubah pendapat atau kebijaksanaan seseorang. Dengan karikatur kita bisa menciptakan dialog dalam masyarakat tentang masalah yang kita lontarkan. Entahlah jika semua elemen mau berdialog akibat hebatnya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebuah karikatur.
Disamping nilai seni dan humornya yang paling utama tentu saja adalah kadar kritiknya. Masalahnya, orang yang dikritik melalui karikatur masihkah mau melihat surat kabar yang memuat karikatur tersebut? Sebuah karikatur kritik yang terlalu menusuk bisa menghasikan komunikasi yang terputus. Malah bisa-bisa diganjar pembredelan (tapi hanya di era orde baru). Entahlah pada rezim yang lainnya tapi dengan bentuk pembredelan yang mungkin lebih halus.
Lantas bagaimana sebaiknya karikatur yang cocok untuk bangsa ini? Apakah mesti karikatur yang mampu membuat tersenyum bagi siapa saj? Senyum bagi yang dikritik juga senyum bagi si pengkritik dan senyum bagi masyarakat yang merasa terwakili untuk bicara. Di sana letak kerumitannya. Itu mungkin yang bisa menjadi jawaban apabila orang banyak mempersalahkan bahwa kehidupan karikatur di Indonesia belum dewasa. Pelukis karikatur telah sangat dewasa namun yang dijadikan obyek yang kadang tak kunjung mengerti apa makna sebuah kritik lewat gambar lucu.
Sudahkah anda mencoba-coba membuat karikatur diri sendiri? Pasti sangat lucu. Tidak perlu bagus yang penting gambar karikatur itu jujur.