Apa kabar seni tradisional tanah air? Ini adalah pertanyaan yang tidak harus dijawab. Saya sendiri tidak akan mampu menjawabnya. Saya hanya bisa merasakan kerinduan pada masa kecil ketika melihat paman bermain gasing dan main hadang bersama teman-teman sepermainannya di sekolahan. Di waktu yang lain di lapangan sekolah pasti akan ada waktu untuk bermain sepak takraw setiap kali jam istirahat tiba. Pada waktu itu teman-teman paman lainnya di seluruh tanah air pasti menikmati hal yang sama. Dari Sabang sampai Merauke, sebahagian besar dari mereka mahir bermain Makyong, Menora, Wayang bahkan Ludruk, Ketoprak dan Lenong. Di pelosok lainnya ada yang mahir memainkan serunai, serulung, kendang dan gamelan. Lihatlah, pasti ada yang selalu unggul dalam kerapan sapi, perisaian, palak babi, zawo-zawo dan masih banyak lagi yang tak terhitung jumlah jenis dan macamnya.
Seni tradisional tanah air mulai dari alat musik, permainan anak-anak, tari sampai drama kini telah berada di zaman museum. Zaman museum lebih merupakan sebuah etape sejarah di mana material dan pemaknaan diletakkan pada "peninggalan." Di sisi lain, menghidupkan seni tradisional dengan cara "pelestarian" semisal festival, seremoni dan semacamnya juga telah berada di titik kejenuhan. Generasi-generasi baru yang lahir kemudian tentu tidak dapat disalahkan jika mata rantai apresiasi terputus. Mereka lahir di zaman yang berbeda. Generasi game, playstation, mall dan handphone itu tidak dapat dipertemukan secara utuh dan massif ke dalam pemahaman kolektif. Lihatlah misalnya acara lawak Opera Van Java di salah satu televisi swasta, yang menghibur generasi seperti saya. Tapi yakin saja, acara itu pasti membuat bingung bagi mereka yang lahir pada dekade 1930-1940-an.
Pergeseran waktu dan zaman bisa saja menghilangkan material budaya seperti seni tradisional secara massif. Namun perubahan waktu tak akan dapat menghilangkan kerinduan tertentu terhadap seni tradisional. Rasa memiliki adalah apresiasi yang sulit ditumbuhkan jika masyarakatnya sendiri apatis dan skeptis. Seni tradisional adalah elemen kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Masyarakatlah yang menentukan seni tradisionalnya akan dibentuk menjadi apa saja.
Lalu apakah seni tradisional di tanah air kini memang benar-benar telah tergerus? Paling tidak, meletupkan kerinduan adalah salah bentuk pelestarian yang bisa berujung pada rekonstruksi ruang dan waktu.
salam sobat
BalasHapussemoga seni tradisional tanah air tetap dilestarikan dan dibudayakan.
siip sobat,,artikelnya.
salam balik, mbak Nura. Gimana kabar Al-Jubail nih?
BalasHapusHmmmmmmm mantabb...lagi dan lagi kepeduliaan itu muncul di sini...salute....
BalasHapusKicir kicir ini lagunya
BalasHapusLagu lama ya tuan dari Jakarta
Saya menyanyi ya tuan memang sengaja
Untuk menghibur menghibur hati nan duka
Burung dara burung merpati
Terbang cepat ya tuan tiada tara
Bilalah kita ya tuan suka menyanyi
badanlah sehat ya tuan hati gembira
Buah mangga enak rasanya
Si manalagi ya tuan paling ternama
Siapa saya ya tuan rajin bekerja
pasti menjadi menjadi warga berguna
---
Note :
Indonesian old traditional song
Free public song & non commercial copyrighted song lyric
aku pun ikut berpartisipasi mengcopas lirik lagu kicir2, lagu tradisional jakarta ^_^
@ Kang Buwel
BalasHapus@ a-chen, wah salut nih untuk anda. Salah satu bukti kepedulian anak bangsa terhadap seni tradisional. Itu lagu Jakarte ya? Top banget.
@ buwel, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekaarng kapan lagi? Semantabb kang Buwel. Ngopi yuk. He he he..
BalasHapuskesenian tradisional memang sudah jarang banget ada
BalasHapusapalagi di kota2 besar
tapi, dengan semangat agustus ini
saya akan mencoba menaikkan kembali seni tradisional indonesia
karnaval nanti aku ikutan jaran kepang lhoseru dechh pokoknya
hehehehe
@ Yanuar, mantap bro. Anak rasta yg cinta seni tradisional. Salut.
BalasHapussemakin banyak diakui tetangga kah?!??!
BalasHapus@ Lata, budaya tidak butuh untuk dihargai oleh negara tetangga tapi oleh kita sendiri. Itu baru bisa menunjukkan bangsa yg besar. Salam budaya.
BalasHapussetuju, Bang..
BalasHapustp, kyknya udah mulai deh, walaupun msh berupa progam2 oleh pemerintah dan LSM, yg mengusung permainan tradisional dll..
tp, nyatanya blm berpengaruh bnyak pd masyarakat Indonesia khususnya anak2.
anak2 skrng lebih nyaman main game online ketimbang main gobak sodor (misalnya) atau permainan tradisional lainnya di luar rumah.
permainan2 tradisional hanya ada di festival2 yg sifatnya temporary saja.
pun, ketika melihat ada yg menjual permainan2 anak tsb mis; gasing, kelereng (yg skrng sdh langka), atau yg lainnya...ini di jual di toko suvenir yg harganya jauh lebih mahal. coba tengok di psr tradisional, jarang yg jual!..
*maaf, kalau komenya terlalu panjang...
kalo kita sendiri ga bangga, ga mustahil semua produk kebudayaan lokal bakalan musnah :(
BalasHapus@ bunda Tisti, ya benar udah mulai sih..tapi kayaknya belum cukup ya? Thanks dg commentnya yg panjang, saya suka banget.
BalasHapus@ quinie, ya..sepakat. Kita semua harus berupaya melestarikan dg cara kita masing2.
BalasHapusBenar sekali bang..budaya2 tradisional,seperti permainan2 masa kecil perlu dilestarikan oleh kita2 yang peduli...agar tidak hilang dilanda arus mordenisasi...nice post..
BalasHapus.. Salam Persahabatan..
@ Sudino Dinoe, Makasih. Salam persahabatan. Salam budaya.
BalasHapussemoga seni yg kita miliki tetep dipertahankian sip
BalasHapusJika pada zaman dahulu perubahan budaya biasanya terjadi dalam waktu lama dan gradual, namun pada zaman yang kian modern berkat kemajuan teknologi dan juga globalisasi dalam segala aspek kehidupan manusia di bumi ini sehingga perubahan budaya terjadi cukup cepat dan tidak jarang radikal. Tidak heran jika di Indonesia pun terjadi kegamangan budaya karena intervensi budaya modern dari luar yang makin gencar.
BalasHapusSelain itu, generasi muda kita sebagai produk modernisme semakin kurang tertarik terhadap hal-hal yang berbau tradisi karena dianggap kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik generasi tua belaka. Menghadapi keadaan itu, pemerintah dan segenap kelompok masyarakat yang peduli sebenarnya tidak tinggal diam. Karena bagaimanapun budaya tradisional patut dilindungi dan dilestarikan.
walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau lambat, budaya tradisional kembali akan bergairah
Pagi Mas Ivan, kunjungan Perdana ini, salam kenal aja dulu ya...
BalasHapusSekalian aku follow blognya, nanti gantian yo...
hmmm... aku juga jadi ikutan miris ngeliatna sekarang anak-anak utamanya di daerah kota yang dah kenal inet semuanya maen game online yang nggak ada seninya ma sekali... kebudayaan kita makin lama makin tergerus... tapi koq aku bisanya cuma ngomong kek gini doank ya??? maklum aku lom mampu untuk berbuat lebih....
BalasHapusayo bang ivan dan bang iwan... dirimu bisaaa... lho koq bang iwan yaks hihihi...??? keknya blogger sulsel di sini ada berapa yaa????
semoga seni traditional indoensia tetap abadi
BalasHapusBerarti kita juga harus memulai kampanyenya beramai-ramai. Karena anak muda zaman sekarang biasanya menganggap kesenian tradisional itu sebagai hal yang kolot dan enggan untuk terlibat di dalamnya. Harus ada kampanye yang menarik dan dilakukan secara terus menerus, agar generasi muda bisa menghargai kesenian aslinya
BalasHapusSalam
ella datang......lagi pengen coklat nih...
BalasHapusdisini ada coklat gaaa???? huhuhuu
@ Mas Doyok, dengan kepedulian kita semua. Amin.
BalasHapus@ Seti@wan Dirgant@Ra, Mantap. Sepakat pak.
@ Be A Great Person, terimakasih. Jangan pernah bosan main kesini ya.
@ zujoe, dg gagasan maka itu juga sudah terhitung berbuat, teman.
@ nietha, semoga..
@ Perempuan Rumahan, ok mulai sekarang kita harus kampanye dalam berbagai bentuk.
@ Susy Ella, he he bunda Susy pengen coklat. Ntar saya bawain ktapi harus ada kopi ha ha ha..
gak akan tergerus jika kita mau melestarikannya
BalasHapusmbak Fanny benar. Mesti segera ditularkan virus pelestarian ke mana-mana.
BalasHapusya... mari kita dukung seni tradisional kita... jangan sampai hilang bahkan dijiplak negara lain
BalasHapustidak...jangan sampai seni dan budaya kita punah dinegeri sendiri..
BalasHapustak kuat daku membayangkannya..
semangat tuk melestarikan budaya sendiri..berjuang!!!!
Seni tradisionil tanah air, kabarnya mungkin tidak terlalu baik. Kitalah yang harus memajukannya. Maaf van telat kesini, ada pekerjaan yang mendesak hari ini.
BalasHapuskayaknya seni tradisional memang dtakdirkan untuk hilang ditelan oleh kemajuan zaman...
BalasHapusbuktinya lama kelamaan generaasi muda semakin tidak tertarik...
betul nggak?
@ fidi, tugas berat itu adalah tanggung jawab kita semua.
BalasHapus@ Sigit, makasih semangatnya, sobat.
@ Newsoul, gak apa2 kok bunda. Dimaklumi selalu. Gimana kondisi ibunda?
@ Berry Devanda, iya sih..tapi jika sikap skeptis dipertahankan maka apa gunanya menjadi bagian dari negeri ini, kan?