Latest Post

Sekelompok Angin Membunuh Sebaris Puisi Dalam Tidurku

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 10 Agustus 2010 | Agustus 10, 2010


Sekelompok angin membunuh sebaris puisi dalam tidurku malam ini. Apakah hujan masih berpihak? Waktu berdetak. Kalimat-kalimat cinta berteriak.

"Maa,..." seorang anak kecil membangunkan malam dan ibunya.

Sebentar lagi sahur. Sebentar lagi lapar. Dengan cinta ternyata Tuhan tidak berteriak.

Rumingkang



Menyaksikan tarian Rumingkang mungkin bisa mengingatkan kita pada kehebatan dan semangat  Saung Angklung mang Ujo,  seni Wayang Golek modern dari Giriharja I, II, III, dalang Asep Sunandar Sunarya dan keluarganya, serta budayawan lainnya  yang sukses menampilan budaya dan kesenian daerah ke mancanegara bahkan bisa komersil.

Terlepas dari prestasinya di ajang IMB (Indonesia Mencari Bakat) di Trans TV, para bocah penari “Rumingkang” memang layak diberi apresiasi. Juga terlepas dari kontroversi seputar orisinalitas karya mereka yang belakangan sempat diberitakan di beberapa media. 



Bagi yang kurang suka terhadap tari pasti berpendapat sama bahwa mereka begitu menarik dan sangat bagus dalam membawakan tarian khas Jawa Baratnya bahkan sempat tampil di daerah Jawa Timur. Mereka masih anak-anak namun dikelola dengan baik oleh pecinta budaya dan kesenian sunda sehingga bisa menampilkan tarian sunda yang begitu indah. Kemasannya cukup apik, unik, dan menarik perhatian, setiap tampil selalu dengan kostum dan gaya tarian yang berbeda-beda namun cukup menarik perhatian para penonton. Maka dengan kelompok penari inilah budaya dan kesenian daerah menjadi komersil karena bisa dikomersilkan oleh pengelola yang bisa mengolahnya.



Profil Rumingkang
RUMINGKANG INDONESIA
Alamat                        : Bandung Jawa Barat
Pimpinan sanggar   : Buyung Rumingkang
Koreografer               : Buyung Rumingkang
Manager                     : Tati Karwati
Penari                         : Aulia Permatasari  ( SMP N 30 kls 7D)
Nurul Fitri Anggraeni ( SMP N 30 kls 8G)
Febby Laniarti Rizki ( SMP Kemala Bhayangkari kls 8)
Elsa Khoerunnisa  ( SD N Gumuruh 1 kls 6)
Shenie Indriani  ( SD N Panyileukan 1 kls 5)
(data April 2010)
Untuk melihat videonya ada di sini 


(berbagai sumber) 

Lukisan Monalisa Kembali Diteliti

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 18 Juli 2010 | Juli 18, 2010

Lukisan misterius wajah Monalisa nampaknya masih terus mengundang rasa penasaran para ilmuwan maupun para penikmat lukisan. Untuk kesekian kalinya, lukisan karya Leonardo da Vinci kembali diteliti oleh para ilmuwan.

Penelitian kali ini menggunakan teknologi sinar X untuk memahami bayangan yang terlihat di wajah Monalisa, yang kini tersimpan di Museum Louvre, Paris, Prancis, seperti dikutip dari BBC News.

Monalisa adalah satu dari tujuh mahakarya Leonardo da Vinci yang diselidiki Phillipe Walter dan rekan-rekannya dari Pusat Riset dan Restorasi Museum Louvre, Paris.

Hasil investigasi yang dimuat dalam jurnal Angewandte Chemie ini menunjukkan adanya lapisan-lapisan pigmen tipis yang digunakan untuk membuat transisi cahaya dari terang ke gelap.

Penelitian ini menghasilkan informasi tentang teknik yang dikenal dengan nama sfumato, yang oleh Da Vinci dan para pelukis masa Renaisans lainnya digunakan untuk menghasilkan gradasi warna di atas kanvas.

"Salah satu hal luar biasa yang bisa Anda lihat di depan lukisan ini adalah Anda tidak bisa melihat adanya goresan kuas atau sidik jari," kata salah seorang peneliti Dr Laurence de Viguerie.

"Semuanya sangat bagus. Semuanya menyatu. Itu sebabnya sering dikatakan lukisan-lukisan ini mustahil dianalisa karena lukisan-lukisan ini tidak memberi petunjuk sama sekali," papar De Viguerie kepada BBC News.

Penelitian sebelumnya sudah terlebih dulu menegaskan aspek-aspek kunci sfumato, namun Philippe Walter dan rekan-rekannya memberikan informasi tambahan tentang bagaimana Da Vinci menguasai teknik tersebut.

Para peneliti menggunakan spektometri sinar X fluoresence (WRF) yang tidak merusak lukisan untuk menentukan komposisi dan ketebalan setiap lapisan cat.

Sembilan lukisan wajah, termasuk Monalisa, diteliti dari tujuh lukisan yang dibuat Da Vinci selama 40 tahun karirnya.

Para ilmuwan mampu merinci berbagai 'ramuan' yang digunakan Da Vinci ini untuk menciptakan efek bayangan dalam lukisan-lukisan wajah ini. Selain Monalisa, lukisan-lukisan yang diteliti, antara lain, Virgin of the Rocks, Saint John the Baptist, Annunciation, Bacchus, Belle Ferronnière, Saint Anne, the Virgin, dan the Child.

Analisa itu menjelaskan bahwa Da Vinci mampu mengaplikasikan sapuan lapisan yang tebalnya hanya beberapa mikrometer. Dan semua lapisan ini ketebalannya hanya sekitar 30-40 micrometer.

Perempuan Bertubuh Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 15 Juli 2010 | Juli 15, 2010


perempuan bertubuh puisi. kembali melewati rumahmu tanpa rindu yang dahulu. potret potret ilalang kali ini cukup dititipkan oleh sungai sungai perasaan
tanpa arus keinginan yang dahulu. kembali menatap jendela kamarmu. 
perempuan bertelapak matahari, pertemuan pertemuan  itu ternyata masih menjadikan kita puisi
tanpa kata tentang  rasa yang biasa.

makassar, 15 juli 2007

 

Menikmati Puisi-puisi Trie "Iie" Utami

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 12 Juli 2010 | Juli 12, 2010

Saat pertama kali membaca puisi-puisi penyanyi senior, Tri Utami yang dimuat di Kompas pada edisi Rabu, 20 Mei 2009 lampau saya hanya bisa memberikan kesimpulan dalam satu kalimat,"Illuminanya begitu perempuan yang bertubuh puisi dan sangat berkelamin Indonesia."

Beberapa puisi mbak Iie di bawah ini mungkin bisa mewakili kesimpulan saya di atas.

ILLUMINA 1.7

apakah ia kekasihku ?
bukan,
tapi aku cinta padanya
apakah ia belahan jiwaku ?
bukan,
namun aku separuh hatinya
apakah ia cinta padaku ?
tidak,
namun ia kekasihku
apakah ia separuh nyawaku ?
tidak,
namun aku pelengkap hidupnya.


ILLUMINA 1.6

dinginnya ia bukan udaraku
namun gigilnya milikku
sepinya ia taklah mendekatiku
namun senyapnya untukku
gelapnya ia jauh dariku
namun pekatnya dimataku
lukanya ia tak teraba
namun perihnya disekujur tubuhku
demikian aku terikat padanya
walau aku merasa buta
tak tahu siapa dia sebenarnya


ILLUMINA 1.5

ia hidup didalam halimun
seperti ia tinggal didalamnya
wajahnya
hatinya
jiwanya
isi kepalanya
berkabut
bahkan kata-katanya !!!
untukku ialah halimun itu
hanya getarannya yang sampai
diujung kuku
ditepi hati
dilasar jiwa
dipuncak teriak
ia tumbuh didalam halimun
menjadi kabutnya


ILLUMINA 1.4

ia temannya duka
maut adalah karibnya
yang ia panggil berkali-kali
berulang-ulang
seolah kekasih
namun begitulah
dunianya sunyi
sekelilingnya dingin
yang hangat cuma jemarinya
menuliskan cinta
di luas cakrawala
ia temannya duka
maut adalah cintanya
yang ia cumbui berkali-kali
berulang-ulang
serupa istri

Enam Seniman Indonesia Di Myanmar-Indonesia Art Exchange

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 11 Juli 2010 | Juli 11, 2010


Seni senantiasa universal. Berakar dari bangsa manapun, maka seni akan selalu mencari jalannya sendiri untuk berbicara tentang dirinya di hadapan publik. Pada sebuah momentum yang pas, para seniman pun sepakat dengan bahasa seni yang universal bertekad memperkuat akar budaya dan memunculkan semangat bersama yang kuat dari Asia Tenggara untuk tampil di dunia global.

Enam seniman Indonesia yakni Nyoman Sujana Kenyem dan Antonius Kho (Bali), Bahtiar Dwi Susanto, Ronald Apriyan, Muhammad Lugas Syllabus, dan Heri Purwanto (Yogyakarta) diundang mengikuti program Myanmar-Indonesia Art Exchange 2010, 13-22 Juli di Yangon, Myanmar.

Mereka bersama enam seniman Myanmar Sandy, Sandar Khine, Kyu Kyu, Hnin Darli Aung, Aye Ko, dan Kaung Su akan terlibat dalam aktivitas pameran, diskusi, simposium, dan demo seni di Yangon, kota terbesar di Myanmar.

Dalam program bertajuk Ongoing Echos ini ke-12 seniman akan saling bertukar pikiran dan pengalaman melalui proses berkesenian serta berdialog untuk saling memahami latar seni dan budaya masing-masing. Momentum ini diharapkan kian mempererat hubungan persahabatan dua negara terutama dalam bidang seni dan budaya.

Selain pameran bersama yang digelar di Beik Thano Aert Gallery, ke-12 seniman akan mengikuti simposium di Gedung New Zero Art Space. Masing-masing diminta mempresentasikan gagasan, proses, dan pandangan dalam berkarya. Pihak pengundang memberikan kebebasan kepada peserta untuk mengirimkan karya dengan media yang beragam mulai kanvas, kombinasi cetak tinta maupun pigmen, dan kemungkinan media lainnya.

 (berbagai sumber)

Seharusnya Sedang Tidak Ingin Menulis Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 06 Juli 2010 | Juli 06, 2010


seperti bendera-bendera hati yang dikibarkan
menuju pulang ke rumah
ingatkan saja kepada pagi
tentang kecambah-kecambah ide yang telah kita tanam
di dasar lembah
maka seharusnya
sedang tidak ingin menulis puisi

seperti rebana-rebana sunyi sepanjang jalan
seharusnya. maka
telanjang saja kita di sini
dibiarkan angin
lantas hujan membacanya.

lembah di sidrap, 7 juli 2010

(Masih permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para sahabat blogger. Saya belum bisa berkunjung balik ke rumah sahabat semua disebabkan saya sementara ini hanya bisa update di warnet-warnet sepanjang jalan. Saya masih dalam perjalanan 'jurnalisme khusus' di beberapa daerah di Sulsel jadi ruang dan waktu yang sempit belum bisa memungkinkan untuk blogwalking.)

Sepanjang Jalan

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 29 Juni 2010 | Juni 29, 2010


mungkin bukan termasuk merindukan
hanya sebuah perjalanan yang tidak terduga. kebetulan wajahmu di sepanjang jalan
mungkin juga bukan termasuk  pelarian. hanya sekedar melewati musim hujan
dan bulan
yang mengapung di atas kota-kota

bukan merindukan hujan
hanya unggun
yang dinyalakan
kebetulan dari sudut luka.

bone, 29 juni 2010

Makhluk-makhluk Aneh Krisna Widiathama

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 28 Juni 2010 | Juni 28, 2010


Apa yang terjadi jika seorang profesor melakukan kesalahan ketika membuat resep atau formula? Hasilnya adalah makhluk-makhluk aneh, ganjil, berfigur lucu tapi juga menyeramkan.

Profesor yang salah membuat resep itu hanyalah pikiran nakal perupa Krisna Widiathama, 27 tahun. Alumnus seni grafis Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 2009 ini membayangkan profesor, salah satu tokoh komik popular Puff Girl, melakukan kesalahan ketika meramu resep untuk menciptakan anak-anak yang baik.

Maka, lahirlah figur-figur aneh pada lukisan berjudul Falled Recipe to Making Good Girls, pada pameran tunggalnya bertajuk “Dark Sayings, Long Life Disorderly” di Tembi Contemporary Gallery, Bantul, Yogyakarta, sepanjang 22 Juni – 13 Juli 2010. Figur aneh itu berupa tiga sosok gadis bermata besar dengan potongan rambut poni atau dikepang.

Sekilas, gadis-gadis itu tampak lucu dengan rambut poni dan mata besarnya. Namun, mereka berubah menjadi sosok yang menyeramkan dengan mulut yang menyeringai, memperlihatkan deretan gigi besar yang tak beraturan. Mereka juga memiliki ekor seperti sengat kalajengking.

“Itu pikiran iseng saya saja. Saya membayangkan seorang profesor, seorang tokoh komik, salah membuat resep,” kata Krisna Widiathama.

Figur-figur aneh yang muncul pada karya Krisna pada pameran ini tak lepas dari keseharianya yang berada di luar arus besar masyarakat, khususnya pada selera musik dan komik underground. Namun, Krisna tak sekadar memindahkan figur kartun underground ke atas kanvas. Ia mengubah dan mengawinkannya dengan bentuk-bentuk lain sehingga muncul figur baru. “Saya selalu tidak puas dengan bentuk-bentuk yang sudah mapan dari figur-figur populer,” ia menjelaskan,

Keisengan Krisna tak hanya sebatas pada kartun Jepang. Ia bahkan membenturkan agama dan seks pada karyanya yang berjudul Orgasmic Trancendent to Golgota. Menurut Krisna, kondisi trance dicapai melalui meditasi atau ritual agama. Krisna juga berpendapat, orgasme juga bisa membuat seseorang dalam kondisi trance. Maka, muncullah sosok yang dalam kondisi trance, sedang mencekik malaikat dengan tiga salib di keningnya.

Tiga salib itu mengingatkan pada bukit Golgota, tempat penyaliban Yesus Kristus. “Ini hanya pikiran nakal saya dalam memainkan simbol. Tidak ada maksud lain yang lebih dalam,” katanya.

Makhluk-makhluk aneh itu kembali muncul dalam karya-karya grafis hitam-putih dengan teknik cukil kayu, seperti pada karya Mutant Land Series yang terdiri atas enam panel. Juga pada satu karya tiga dimensi Peasant Hospitality dari kayu jati dikombinasi resin dan stainless steel.

Posisi Krisna, yang tidak ingin berada di arus utama dunia seni rupa, dibuktikan dengan tiga buah karya printing ink di atas MDF (jenis bahan yang lebih keras dari hard board). MDF biasanya dipakai sebagai cetakan dan kemudian dibuang setelah selesai untuk mencetak karya grafis dengan teknik cukil kayu. “Saya justru menbuat karya di atas media yang biasanya dibuang,” ujarnya.

Menurut kurator Rain Rosidi, karya-karya Krisna pada pameran ini menampilkan tema-tema kekerasan dari dunia fantasi dengan latar belakang musik dan kartun kegemarannya. “Segala bentuk kekejian, kekerasan, ketidaknyamanan itu dikelola dengan baik oleh Krisna melalui gaya visualisasinya,” tulis Rain Rosidi dalam katalog pameran.

sumber: tempointeraktif.com

Pentas Seni Budaya Daerah 2010 Di Bira

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 19 Juni 2010 | Juni 19, 2010


Dinas Seni Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bulukumba menggelar Pentas Seni Budaya Daerah 2010. Kegiatan budaya ini dipusatkan  di kawasan Wisata Tanjung Bira selama 7 bulan berturut-turut yang dimulai hari ini Sabtu 19 Juni hingga Desember mendatang.

Kepala Disbudpar, Dra. A. Bahagia, mengatakan, kegiatan budaya ini dilaksanakan secara kolosal dan memuat materi berbagai lomba berupa permainan tradisional dan kesenian daerah Bulukumba yang sudah agak langka. Beberapa di antaranya seperti mangngasing, mallongga' (enggrang), basing-basing (pantun kematian suku Kajang yang diiringi seruling) dan Suara pabbuntingang.

Peserta Pentas Seni Budaya Daerah Bulukumba 2010 terbuka untuk para pelajar mulai tingkat SD, SMP, SMA, perguruan tinggi dan umum. Pendaftaran secara gratis.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi even yang mampu mengakrabkan kembali generasi muda utamanya pelajar dan mahasiswa dengan seni budaya daerah yang kini  kian tergerus oleh perkembangan zaman dan teknologi. Saat ini Bulukumba menyimpan begitu banyak kekayaan seni budaya daerah yang patut untuk dilestarikan tapi justru belum dikenal oleh dunia luar.

sumber: rca-fm.com 

Pagelaran Budaya Indonesia di Gedung UNESCO Paris

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 13 Juni 2010 | Juni 13, 2010


KBRI Paris bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menggelar malam budaya Indonesia di Gedung UNESCO, 25 Avenue de Suffren, Paris, Prancis.

Sekitar 1.250 undangan hadir yang terdiri atas pejabat pemerintah, anggota Parlemen dan Senat, kalangan diplomatik, wartawan, masyarakat Perancis, dan warga Indonesia yang bermukim di Paris.
Malam budaya Indonesia ini digelar menyambut Tari Saman yang saat ini dinominasikan untuk masuk sebagai "Intangible Cultural Heritage" UNESCO, yang pemilihannya akan ditentukan pada Juli 2010.

Penyelenggaraan malam budaya itu merupakan apresiasi Indonesia kepada masyakarat Internasional, khususnya Perancis atas perhatian dan simpati yang diberikan bagi pemulihan Aceh dan Nias setelah bencana alam tsunami Desember 2004.

Tim Kesenian Aceh Darussalam pada pagelaran malam budaya tersebut menampilkan beberapa tarian antara lain Peumulia Jamee, Phok Teupeun, Guel, Saman, Kipah Sikarang, Rapai Geleng, Prang Sabilillah, Rampoe Aceh dan musik Aceh.

Para pengunjung malam budaya berdecak kagum melihat tari-tarian Aceh tersebut, khususnya tari Saman dan Rapai Geleng. Dengan iringan musik secara live, penari dengan gerakan sangat cepat, ritmis-harmonis dan sempurna menarikan tari-tarian ditengah-tengah gemuruh tepuk tangan penonton yang tidak jarang berdiri dan berteriak "bravo, bravo."

Bunyi seruling dan gendang membahana di ruangan yang memiliki arsitektur akustik secara baik setelah sebelumnya pada tarian Pemulia Jamee, pengunjung terlihat antusias menyambut penari yang turun dari panggung membagi-bagikan cenderamata khas Aceh. Interaksi seperti ini sangat positif untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi para penonton terhadap budaya dan kesenian Indonesia, khsususnya Aceh.

sumber: KBRI Paris

Orkes Puisi Suluk “Pintu Terkunci” Masuk Best World Fusion

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 12 Juni 2010 | Juni 12, 2010



Orkes Puisi Sampak GusUran adalah sebuah komunitas musik yang unik. Unik dalam arti idealisme bermusik yang sengaja keluar dari pakem-pakem musik yang mapan. Keunikan itu mengantarkan mereka sukses menggelar pentas orkes puisinya bertitel “Suluk Duka Cinta Indonesia” di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 15 Mei lalu. Kini dua lagu mereka yang diciptakan Anis Baasyin  mendapatkan respons bergengsi sebagai Best World Fusion oleh Garageband di Tunes, Amerika Serikat.  

Dongeng Anak Sedunia Di Goelali Children’s Film Festival

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 10 Juni 2010 | Juni 10, 2010

 
Daripada kasak-kusuk mencari video mesum yang beberapa hari belakangan menjadi trending topics di mana-mana, lebih baik mengajak anak-anak kecil di sekitar kita untuk menonton film-film berkualitas. Tengoklah Goelali Foundation yang kembali menggelar Goelali Children’s Film Festival dengan tema "A Celebbration of Fun Activities for All Children", yang berlangsung selama sepuluh hari, 12‐20 Juni 2010, di Miniapolis, Hall C Lantai 3 Plaza Indonesia dan Studio Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Festival ini menggabungkan kegiatan bengkel kerja dan pemutaran film. Total ada 79 film dari Asia dan Eropa yang diputar, termasuk 19 film panjang. Acara ini akan dibuka dengan film La Veritable Histoire Du Chat Botte (The True Story Of Puss & Boots) dari Prancis. Film produksi tahun 2009 ini mengisahkan Si Kucing Bersepatu Bot, salah satu tokoh popular di film Shrek. Adapun film penutupnya adalah IEP! dari Belanda, yang mengisahkan petualangan Viegeltje, anak perempuan yang punya sayap di punggungnya, yang ingin pergi ke selatan bersama burung-burung lain.

Film-film lain yang diputar adalah, antara lain, Karlas Kabale (Karla’s World) dari Denmark, yang mengisahkan kehidupan Karla, gadis berumur 10 tahun, yang kecewa karena keluarganya tidak berkumpul bersama di malam Natal. Ia mengalami masa-masa sulit dengan orang tua yang sudah bercerai, ayah tiri yang terlalu sibuk, saudara laki-laki yang menjengkelkan, dan ayah kandung yang tak pernah menepati janji.

Ada pula film Stormheart dari Finlandia yang mengisahkan persahabatan anak perempuan dengan seekor anjing di masa sesudah runtuhnya Tembok Berlin. Mozart in China dari Austria mengisahkan petualangan bocah lelaki keturunan Cina-Austria bersama Mozart si boneka tali dan kawan-kawannya saat menghabiskan liburan musim panas di rumah kakeknya di Pulau Hainan, ujung selatan Cina.

Festival tahun lalu diikuti 4.200 anak. Mereka tak hanya menonton film secara cuma-cuma, tapi juga bisa mengembangkan kreativitas mereka lewat berbagai macam pelatihan dan kegiatan yang terkait perfilman, seperti pembuatan panggung sederhana, merancang kostum, dan efek-efek film. Kegiatan serupa juga dilakukan di tahun ini. Hampir seluruh kegiatan festival ini gratis. Untuk menonton film, tiketnya dapat diambil di Multifunction Hall Information Desk, Lantai 2 Plaza Indonesia, selama festival berlangsung pada pukul 10.00-18.00. 

sumber: Goelali Foundation

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday