Home » » Bom Itu!

Bom Itu!

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 31 Juli 2009 | Juli 31, 2009


Beberapa hari ini setiap mendengar kata "bom" seketika pikiran saya bercabang kepada dua makna bahan peledak. Bom yang pertama adalah suatu benda yang bisa meledak atau pun diledakkan lalu akibat darinya pasti sudah bisa dibayangkan. Bom jenis kedua adalah bom dengan seni. Bom jenis ini tentu tidak akan menimbulkan korban nyawa ataupun harta benda. Seorang anak tetangga bahkan pernah mengajak saya untuk ngebom dengan jenis kedua ini.

Pada malam-malam tertentu kami pernah beraksi di beberapa sudut kota. Anak itu memang bomber. Bahan peledak utamanya adalah cat aerosol. Aksi ledakannya sungguh mengagumkan. Orang-orang yang lewat keesokan harinya di samping tembok kota itu pasti akan menengok sejenak atau malah berlama-lama menikmati graffiti yang kami lukis semalam.

Anak tetangga yang bomber itu ternyata punya alasan jitu setiap ditanya tentang motivasi utamanya ngebom tembok-tembok kota dengan lukisan grafity. Katanya selain untuk memperindah kota juga untuk menunjukkan jati diri mereka sebagai seniman grafity. Daripada mabuk-mabukan atau mengkonsumsi narkoba lebih baik uang digunakan untuk membeli cat aerosol.
Apakah anak ini telah melakukan vandalisme? Kemungkinan besar tidak sama sekali.

Dalam dunia graffiti tidak dikenal istilah merusak maupun membongkar tembok. Aksi ngebom justru memberi kesan indah dengan sentuhan artistik pada tembok. Lokasinya pun tidak sembarangan, tidak asal ngebom. Sasaran utama ngebom adalah tembok yang tidak terawat. Bukan hotel mewah seperti hotel JW Marriot, misalnya. Definisi tembok yang tidak terawat menurut mereka adalah tembok kumuh dan banyak tempelan poster dan iklannya. Musuh bagi mereka adalah poster iklan dan pamflet yang ditempel sembarangan dan semrawut. Musuh mereka yang lainnya adalah bomber udik yang hanya meninggalkan coretan asal-asalan (tagging) yang justru memperburuk citra graffiti di masyarakat. Seorang bomber sejati menganggap pantangan besar jika ngebom candi, tempat bersejarah dan semacamnya. Iklan- iklan yang mengotori dinding-dinding kota itulah yang justru lebih buruk pemandangannya daripada graffiti. Kesimpulannya graffiti bukan sebagai sampah visual yang mengotori kota.

Graffiti yang dianggap berhasil adalah graffity yang mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat. Para bomber yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai seniman artistik tembok kota itu jelas memang jauh berbeda dengan bomber bunuh diri yang telah meluluhlantakkan image bangsa di mata dunia. Seorang bomber graffity sahabat saya yang kini kuliah di Kanada pernah mengirimkan sebuah e-mail, intinya berbunyi: ..percayalah, kawan. Bom bunuh diri itu dilakukan oleh para santri lugu yang direkrut (ditipu) secara ideologis dan pemahaman salah kaprah oleh antek-antek dinas rahasia Yahudi Amerika yang memang didanai untuk ngebom tanah air kita di sana sini. Misi utamanya adalah menghancurkan image islam. Yang paling potensial digarap adalah islam di Indonesia. Kok Nurdin M.Top nggak pernah ngebom di Malaysia atau Brunei misalnya? Atau gak pernah ngebom serdadu Amerika di Irak atau Palestina? He he, namany aja orang bayaran. Gak pernah berhasil ditangkap. Yang kasihan pemerintah kita. Lama-lama jadi cecunguk Yahudi beneran. Oh ya, masih sering ngebom? Saya juga masih suka ngebom tapi dengan puisi lho..he he he..


Share this article :

10 komentar:

  1. banyak cara mengekspresikan diri dengan 'bom' tapi yang paling tidak aku suka adalah bawang 'bom'bay ntah neapa...?? kalo bomber grafiti bagus tuh..stadion gajayana di Malang juga penuh grafiti temboknya salam persaudaraan bang...

    BalasHapus
  2. Bom beneran memang meresahkan van. Tapi kalau bom tulisan, bisa asyik, tergantung tulisannya juga. Kalau isinya teror dan penyebaran faham aneh dan penyebaran keresahan, tentu menyebalkan, maaf saja. Kalau bom tulisan ivan,hm... selalu mantap.

    BalasHapus
  3. kalau saya ngebom di kamar kecil, mas. he he he...

    seni grafiti seharusnya bisa disalurkan agar tidak merusak tembok2 yg sudah bersih.

    BalasHapus
  4. salam sobat,,setuju..ngebom harusnya ditempat yg tidak terawat dan harus yang kosong penghuninya...

    BalasHapus
  5. gratitinya bikin gemes aq..pengen bisa buat kayak gitu..gurunya ga ada gmn mau bikin..tapi tetep semangat koq..heheh

    BalasHapus
  6. * fia al Kurosawa @gGrafitti di kota Malang pernah saya lihat setahun lalu. Memang bagus2. Salam persaudaraan juga ya..
    * Newsoul @Bom yg dahsyat salah satunya adalah tulisan2 bunda Elly. Ok yuk ngebom pake tulisan..he he
    * Sang Cerpenis bercerita @Seni grafiti yg sejati memang demikian aturannya. Cuma masyarakat kadang gak bisa bedakan antara grafiti dg tagging(coretan dinding). ok yuk ngebom dg cerpen, mbak..he he..
    * NURA @Kapan2 saya ajak teman2 bakal ngebom di tempat anda he he tapi yg t4 yg tidak terawat dong.
    * rezKY p-RA-tama, benar..dan banyak jenisnya. Anda juga bomber kan? hahaha Tapi bomber info2 unik di blog anda. keren.
    * Sigit @hmmm, sama gemesnya saya dg puisi2 anda he heh..

    BalasHapus
  7. Masih agak batuk 2 dikit nih..tapi ada yg kurang bila tidak mampir kesini..mencari sesuatu yg saya tidak tahu dan ternyata disini ada dan menjadi tahu..
    Bom itu ! ...kalo aku sih kena bom flu nih..hehe

    BalasHapus
  8. Bom flu? Hmmm, mbak Ateh harus banyak2 istirahat dulu nih. Semoga cepat pulih kembali ya mbak. Amiin.

    BalasHapus
  9. Saya salut sama gambar2 yang ada di dinding2 kota. Dinding yang kelihatannya kumuh jadi nampak indah dan cantik.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday