Beberapa tulisan terdahulu di blog sastra radio merekam jejak para penyair sufi dan karyanya. Lalu pagi kemarin, muncul pertanyaan sedikit kritis dalam hati kecil saya. Haruskah Tuhan dibatasi dalam makna puisi sufi? Tulisan ini adalah sebentuk antitesis terhadap beberapa tulisan terdahulu disebabkan pergolakan kecil dalam pemikiran saya. Dalam puisi, mestinya kita mengenal Tuhan dan harusnya semua puisi adalah puisi sufistik. Jangan-jangan yang kita kenal dengan puisi sufistik sekarang hanyalah pemaknaan sempit yang berkembang di jagad sastra.
Secara massif makna puisi sufi mengacu pada tasawuf di mana puisi yang bertemakan tentang tasawuf saja. Jadilah puisi sufi yang dikenal selalu diidentikkan dengan tasafuw muslim yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad. tasawuf atau sufisme sendiri sering dimaknakan bermacam-macam arti, asalnya dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa, ada yang bilang dari sha wa fa. Ada yang berkata berasal dari shafa yang berarti kesucian, ada pula yang berucap dari kata kerja bahasa Arab safwe yang berarti orang-orang terpilih.
Dari ranah puisi sufistik mungkin kita hanya akan berani menjelajahi para penyair sufi Persia Ibnu Arabi, Hafiz, Jalaluddin Rumi, dan Al-Hallaj. Lalu di Indonesia, Hamzah Fansyuri dengan Syair Perahu, atau misalnya Amir Hamzah dengan sajak romantik-religius. Karena ranah puisi sufistik bersifat esoterik, universal dan dapat melampaui batas-batas agama maka seharusnya kita mengenal penyair reformasi Hindu Rabindanath Tagore dan penyair Kristen Khalil Gibran. Untuk mendalami puitika sufistik, ternyata seseorang tak harus menjalani tarikat sufi atau ikut mazhab sufi tertentu untuk melahirkan karya sufistik. Kesufian ditentukan cara berpikir tentang kehidupan di dunia dalam olah batin dan sistem nilai dalam penguasaan jiwa guna dituangkan dalam karya sastra.
Saya pernah berpikir siapa tahu karya-karya Negarakeragama karya Empu Prapanca di Majapahit pada 1350-1389 yang mengenal Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa pun sebuah telaah pikir Ketuhanan yang dahsyat yang justru tidak pernah kita kelompokkan karya ini dalam sastra sufistik bukan? Puisi Chairil Anwar yang berjudul "Aku" semestinya juga tercatat di buku pelajaran anak-anak sekolah sebagai puisi sufi. Haruskah ada pelabelan puisi sufistik? Jangan-jangan itu hanyalah hasil kerjaan para kritikus dan pengamat sastra?
pagi mas,.....
BalasHapuspenjelasannya mantab, aku khoiril tergolong puisi sufistik ya?
emmm, aq kurang sependapat dg pandanganmu kawan, menurut pemikiranku sebuah puisi digolongkan sufistik atau tidak, juga harus melihat latar belakang penulisnya. Ketika dia total berada di rel religius sepanjang hidupnya maka bolehlah karya yang mrpkn pengejawentahan jalan hidupnya itu dikategorikan puisi sufistik. Tp kalo "AKU" milik C. Anwar mungkin memang bukan kategori itu, menapak pd biografi C. Anwar sendiri. itu sebatas pemahamanku loh... kurang lebihnya mohon dimaafin hehehe
BalasHapusberkunjung dipagi hari
BalasHapussebuah Puisi itu keluar dari gejolak hati sang penulis,dan sufistiknya sebuah puisi tergantung pribadi dan keimanannya pada sang pencipta ..
BalasHapusNice artikel seperti biasa ,untuk ivan ..sungguh dalam dan luas pengetahuan tentang sastra dan budayawan sufistik..salut.
Sepakat sobat. Puisi sufistik tidak selamanya harus ada unsur-unsur
BalasHapusagama. Justru, menurutku, setiap perenungan yg mengarah pada kerinduan dan kecintaan pd Sang Digjaya, itu sudah termasuk sufistik. Spt "Aku"-nya C. Anwar yang mengenang akan bakal kematiannya, merupakan jg sbuah perenungan thdp Tuhan.
Tp klo saya sih, sufistik atau tdk, bukan jd masalah dlm sebuah puisi. Karna kadang para penyair sendiri tidak mau digolongkan pd ini itu. Biasanya mrk menulis sprti apa yg mreka rasakan. Soal pnilaian, itu urusan org lain yg nyari kerjaan, hehe...
Ahmad flamboyant _Pagi mas. Menurut hati kecilku, ya.
BalasHapusRosi _Terimakasih mbak. Sebelumnya aku juga berpandangan seperti itu. tapi entah kenapa hati kecilku menalar pemikiran lain.
Cerita Tugu _Terimakasih kunjungannya sepagi ini. Aku akan ke rumah anda dalam waktu dekat ini, secepatnya.
Latifah Hizboel _Hehehe.. hanya sekedar sebuah esai pinggir jalan kok, mbak.
eNeS _He he terimakasih kang. Soal penilaian, itu urusan org lain yg nyari kerjaan, namanya saja esai pinggir jalan.Ha ha..
Tulisan bagus neh. Terus terang, saya tidak begitu suka dengan pelabellan. Di luar label-label yang diciptakan para kritikus itu sendiri, tentu setiap orang punya batasan sendiri tentang apa itu puisi sufistik. Bagi saya Serat Centhini itu puisi sufistik.
BalasHapusterimakasih infonya sob
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren infonya!
BalasHapushohohooh..ella datang pagi2 nih..
BalasHapusmet pagi.....semangaat!!!!
Nice artikel bang...
BalasHapuskalo penyair sufi di kalangan blogger kyknya si buwel ya? he he he...
BalasHapuswah sekedar esai malah bikin blue bertambah pengetahuannya heheh....lho koq jadi blue ...maaf!
BalasHapussalam dalam 2 musim
Wah, kalo muatannya puisi itu mengingatkan kita pada TUHAN keknya arti puisi sufistik deh...heheehhe
BalasHapusPuisi sufistik ya PUISINYA KAUM SUFI ya...?
BalasHapuskatanya puisi sufistik lebih dalam maknanya
BalasHapusada hantaran buka puasa ..digubuk blog cinta hakiki ,mohon diambil ya...
BalasHapusada hantaran buka puasa ..digubuk blog cinta hakiki ,mohon diambil ya...
BalasHapuspuisi sufistik sekedar label tapi sesensinya tetap ada dalam karyanya, meski dilabeli sufistik tapi jika karyanya bertemakan cinta sesama manusia tentu bukan sufistik, ya kan mas?
BalasHapushohoho....senang rasanya jika bisa mengajakmu "ekspress your mood!"
Duh bingung mas komentarnya. Sama bingungnya ketika harus melebelkan sastra islami. Pandangan seperti ini sebenernya sudah banyak yang membahasnya (tapi, kalau di puisi jarang mas, saya seringnya tahu pada karya penulisan cerpen dan novel)
BalasHapusJadi inget temen pernah berkata tentang di kotomi sastra. Waktu itu mikir... Ini dapet kalimat mas Ivan, saya semakin berfikir (syukur deh masih menggunakan daya fikirnya) :)
Kalau lihat makna sufi sendiri banyak kali yah.. di luar yang mas Ivan sebut tadi juga kalau gak salah masih ada. Tapi saya lupa sumber bukunya apa. Makasih sharenya mas...
jadi inget bukunya Martin Lings, "Wali Sufi Abad 20" ada kata2 yang saya ingat, "Dewasa ini tasawuf adalah sebuah nama tanpa kenyataan, tetapi sebelumnya adalah suatu kenyataan tanpa nama." By, Hujawiri
Wallahu'alam. Afwan mas Ivan, banyak ngoceh...
sahurrrrrrrrrrrrrrrrr..............
BalasHapuskira2 masih banyak gak yah yg berminat untuk mengembangkan puisi sufistk, khusunya kaum muda kayak saya, Anda dan yang koment di sini???
BalasHapusSaya kira,tergantung seberapa banyak dan luas pengikutnya bro.
BalasHapusBiasanya puisi sufistik menggunakan kata2 yg tidak awam tentang Ketuhanan. Sekalian menyampaikan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
BalasHapusSore Ivan ...
BalasHapusNice posting, ah tulisanmu emang selalu menarik.
Kalo saya sih tidak begitu melihat soal pengelompokkan, dan puisi sufistik bagi saya adalah yang bila dibaca menimbulkan sensasi ruhani yang dalam, tak peduli apakah sang penulis tergolong penyair sufistik atau bukan.
Oh ya ... ada Tag Book untukmu, Van. Diambil, ya. Ditunggu, lho!
tulisan yang menarik.. :)
BalasHapustapi saya perlu baca beberapa kali dulu..
masih kurang ngerti.. hehe
Aku asli gak ngerti mas..
BalasHapuskayanya yang ngerti ini sekelas sastrawan usmar Ismail
kalo aku puisi ala kangen Band aja
udah mendingan..
Saya setuju bang..oh ya bang..
BalasHapusSelamat menyambut hari raya idul fitri , Mhn maaf lahir dan batin.
Dari
Sudinotakim&keluarga
HADIIIIIIIIIIIIRRRRRRRRR
BalasHapusMENYAPA SAHABAAAAAAAAt
BalasHapusSalam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllll
Tertunduk ku dimalam ini
BalasHapusTerdiam mencoba berucap nada CINTA
Alunan Zikir alam semesta sayup terdengar
menyapa mesra diri lemah tiada daya
kudengungkan dalam qolbu terdalam
Nyanyian pengagungan dan penyembahan
Hadirkan diri dalam CINTA membara
Perlahan tapi pasti getar menyambut
Bagaikan gelombang membuat diri tergetar
Hanyut sudah dalam buaian syahdu
Diri hilang lenyap dalam pangkuanNYA
Terang benderang padang terawangan..
hilang.. lenyap.. tiada keberadaan..
duuuuuuuh nikmatnya..
@ All _Terimakasih kunjungan anda semua, sahabat-sahabat hatiku. Selamat hari Raya Idul Fitri 1430 Hijriah. Minal Aidin Wal Faizin. Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
BalasHapusvan, taqabballahu minna wa minkum ya.. sekalian tuker link yah.. aku add...
BalasHapusapdeett atuh.. :)
berkunjung..puisi memang indah tk tau label na sufi ataupun tda. puisi qt adlh hsir rnungan,pmikiran,dr hati n pikiran yg qta rasakan ataupun pengalaman prbdi yg mendlam n qt tuang dlm sbh tlisan.. smua puisi apapun jenis na it adlah sni tulisan yg mnrtq plg tggi.succez truz blog na oke bgt hehe
BalasHapus