Seni patung kayu merupakan bentuk seni mengurangi (subtraction art form) yang tingkat kesulitannya berbeda dibandingkan dengan misalnya seni keramik yang berprinsip menambah (addition art form). Apalagi patung-patung kayu tradisional Bali yang cenderung tidak diwarnai, apabila ada penambalan atau perbaikan, akan sangat mencolok mata.
Seni patung kayu tradisional Bali pada dasarnya mengikuti bentuk alami kayunya itu sendiri. Maka bentuk akhir karya merupakan perpaduan kerja dari imajinasi senimannya ketika berhadapan dengan kayu itu dan ketekunannya memproses imajinasi itu menjadi bentuk nyata.
Pameran tunggal seniman patung tradisional Bali I Wayan Darlun kali ini merupakan kelanjutan pameran patung bersama, “In The Morning of the World” di Jakarta, bertepatan dengan acara Emerging Market Forum, September, 2006. Kala itu beberapa patung karya I Wayan Darlun menarik perhatian banyak khalayak.
Kurangnya apresiasi kolektor masa kini maupun museum terhadap seni patung tradisional Bali membuat warisan tradisi ini tak lagi populer, karena mereka lebih tertarik pada perkembangan seni rupa kontemporer yang demikian melambung. Dampaknya, kini sedikit sekali pematung Bali yang tekun dan mau terus melestarikan seni patung tradisional Bali yang bermutu tinggi.
I Wayan Darlun seorang pematung unik. Ia beruntung mendapat kesempatan bekerja dan belajar dengan bimbingan maestro patung ayah-anak, Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem pada 1950-an. Kedua maestro tersebut dua di antara sedikit tokoh sentral seni patung tradisional Bali. Dalam kesederhanaan, Darlun melanjutkan spirit yang mereka wariskan.
Darlun berkarya seperti juga berlaku sembah bagi Sang Pencipta. Mungkin itu sebabnya setiap karya Darlun menjadi dialektika hidup antara dirinya dan sang kayu. Yang tercipta adalah komposisi sederhana nan elegan. Sebuah dialog yang tak berkesudahan.
Sosok setiap patungnya tak bersudut, tak putus-putus, seperti judul pameran yang diusulkan Profesor Dr. Wayan Windia, putra mendiang pematung Wayan Pendet, yakni Tan Matepi –makna dua kata bahasa Bali itu, Tiada Bertepi.
Pameran yang berlangsung hingga 18 Juli mendatang ini merupakan salah satu upaya agar kreativitas I Wayan Darlun, dan seniman patung Bali lainnya, terus mengalir tak berkesudahan.
(berbagai sumber)
Bali memang kaya dengan karya seni
BalasHapusada dengar kabar gak, klo keroncong jd kurikulum pembelajaran di sekolah malaysia, lalu ada apa dgn Indonesia sendiri ??? :/
BalasHapusSip neh sen Patung Balinya, makasih...
BalasHapusSemoga lestari neh kesenian patung Bali
BalasHapusSukses selalu Budaya Indonesia
memang di Indnesia negara'y para seniman..
BalasHapussalam kenal...bagus blognya
BalasHapusitulah indonesia punya berbagai macam bentik keseniah
BalasHapusMANTAP
BalasHapuswah, keren...
BalasHapusLuar biasa.. Indonesia memang kaya akan seniman2..
BalasHapusSelama ini tak terpikirkan olehku bahwa.... seni patung merupakan seni mengurangi...
BalasHapusJadi... kalau salah sulit utk membetulkan ya..?
berbicara tentang bali,...
BalasHapusg da mati nya deh,..
salam kenal :)
BalasHapusaku sudah follow
untuk membuat Seni patung kayu tradisional dibutuhkan intusisi seni yang dalam dari penciptanya, sayang yah...kini popularitasnya kian padam.
BalasHapus