Cukuplah kutipan tulisan Ki Hajar Dewantara di atas yang terkenal itu sebagai bahan renungan kita di hari ini.Tulisan beliau itu terdapat dalam artikel berbahasa Belanda berjudul Als ik eens Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Sungguh sebuah artikel yang paling berani pada zamannya. Dimuat dalam surat kabar de Expres tahun 1913. Artikel itu ditulis akibat perasaan gerah Ki Hajar Dewantara terhadap rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan hari kemerdekaan Belanda.
Banyak aksi heroisme yang tetap dikenang dari beliau walau mungkin hanya sebatas kenangan. atau juga hanya tersimpan dibalik lipatan buku-buku sejarah. Bahkan program pendidikan gratis pun yang mulai dicanangkan pemerintah Indonesia saat ini belum bisa menandingi apapun yang pernah dilakukan oleh beliau untuk pendidikan bangsa.
Salah satu ucapan terkenal lainnya dari tokoh dan pahlawan pendidikan nasional ini adalah:
“Tanah air kita meminta korban. Dari sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. Akan tetapi percayalah di baliknya masih ada matahari yang bersembunyi… kapan hujan turun dan udara menjadi bersih karenanya?”