Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Catatan Trotoar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Trotoar. Tampilkan semua postingan

Kemerdekaan Adalah Senyum Manis Buat Istri

Posted By Redaksi on Senin, 21 September 2020 | September 21, 2020

Oleh: Mahrus Andis

 


Kemerdekaan bukanlah kehebatan
meletupkan dahaga
di botol-botol minuman
Kemerdekaan bukan pula keberingasan
menjejal orasi tepi jalan
mengusung spanduk kematian
Kemerdekaan tidak juga bermakna kebebasan
menorehkan catatan kepentingan
di atas lembaran kehidupan
Kemerdekaan adalah senyum manis buat istri
mengalir di sungai nurani
Sepi
dari
penjajahan birahi.
 
(Balada Kursi-kursi, 2014)

Sahabat

Posted By Redaksi on Kamis, 17 September 2020 | September 17, 2020

Oleh: Maya Akhmad


Semilir angin 
Mengalir lembut 
Menyapa sukma
Hingga ke relung relung
Kian hampa
Berpacu detak jantung 
Menanti

Sahabat ...
Semasih purnama berganti
Rinduku tetap menanti
Di segenap denyut nadi
Sampai mati

Sahabat ....
Senyumlah seelok rembulan
Agar hatiku tetap damai
Bersama mimpi 
Yang panjang

Bumi Salassae tercinta, September 2020

Lorong Baru

Posted By Redaksi on Jumat, 04 September 2020 | September 04, 2020

Oleh: Maya Akhmad

Sering ku dengar 
Suara itu 
Suara seruling merdu
Sang petani
Tembangnya menggema
Dari desah dedaunan 
Di antara kaki bukit
Riuh suaranya
Lirih terdengar
Mendayu...

Di lorong baru 
Ada desah nafas cinta dan rindu
Tentang matahari 
Yang mencintai bumi
Tentang hujan
Yang membasahi tanah kering
Tentang langit dan mega 
Yang berkejar kejaran
Begitulah kidung sang petani
Begitu pun kehidupan
Suka duka silih berganti

Di lorong baru
Saban waktu sang istri mengeluh
Tentang hasil panen 
Yang tak memadai
Tentang harga pupuk
Yang melonjak
Tentang pupuk bersusidi
Yang langka
Mengeluh seperti berada
Di padang tandus
Mengeluh seperti berjalan
Pada  kerikil kerikil tajam
Kehidupan yang semakin membelit 

Di lorong baru
Semangat kehidupan
Mulai tumbuh
Seiring persaudaraan 
Semakin erat
Di temani secangkir kopi pahit
Kian terasa manis
Riuh senda gurau
Dan lintingan tembakau kampung
Memacu semangat
Yang tiada henti
Di lorong baru
Kehidupan akan segera mulai


(buat kawan di lorong baru)
Butta Salassa' tercinta 
4 September 2020

Petaka


Oleh: Adhe Lely Serly Dewi

Cincin perak melingkar di jari manisnya
Kepingan harapan berhamburan di sisinya
Mata sembab memerah, jadi muara air yang tak pernah usai mengaliri pipinya
Ditertawakan angin malam, membelai rambut yang mulai acak acakan
Ia calon pengantin yang esok hari akan menghadapi ribuan tanya atas segala perihnya.

Lelaki yang ia cinta memilih meninggalkannya saat ribuan mata telah mendoakan, 
Ia pergi dengan pengkhianatan, meminta untuk dikutuk atas segala dosanya.

Hari ini harusnya kita telah tersenyum bersama menyambut tamu yang datang, aku telah cantik dengan balutan busana pengantin pilihan mu kemarin, dan kau akan terlihat gagah dengan taksedo hitam yang jelas kesukaanmu, tepat sejam yang lalu seharusnya kita telah sah hidup bersama dan ku jadi wanita terbahagia saat itu.

Namun  itu hanya sekedar impianku, kini hanya tinggal luka yang ku yakini akan terus bersamaku hingga mati, cincin yang melingkar di jari manisku kini hanya jadi bahan cemooh mereka yang tak menyukai. Aku adalah calon pengantin yang di tinggal pergi oleh kekasih di hari pernikahan, di saat semua orang telah mendoakan hidup kita bahagia hingga nanti.

Malam ini seharusnya jadi malam bahagia untuk ku karna telah ada dirimu yang halal disisi, kini hanya angin malam yang menertawakan  nasib, di tinggal kekasihnya yang memilih untuk mendua, kau tahu saat ini hanya sesal yang kurasa, mengapa aku mencintaimu sangat, dan ingin hidup  bersamamu.

Malam ini bumi ibarat hancur berantakan tak ada alasan untuk menatap pagi di hari esok, hatiku masih tak siap menjawab segala tanya yang menghampiri, hidupku akan terus mengutukmu walau hati dengan bodohnya masih mencintai.

Adhe Lely Serly Dewi, gadis yang lahir di Salassae, Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 3 juni 1998. Menyelesaikan pendidikan terakhir di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Bisnis Islam dan Menejemen di UIM. Di sela-sela aktivitasnya pada bagian administrasi di PKM Desa Slassae, gadis ini banyak menulis termasuk puisi-puisi.

Nasib Kampung Pak Tani

Posted By Redaksi on Rabu, 02 September 2020 | September 02, 2020


Oleh: Ali Wardi

Tanah hitam nan luas terbentang, 
diselimuti permadani hijau. 
Bulir-bulir embun bersama mentari membelai lembut sepanjang tahun. 

Tak terlalu lama menanti, semburat hamparan kuning tangkai-tangkai padi memahkotai setiap rumpun permadani.

Indah sekali negeri ini. 
Keping surga yang jatuh ke bumi. 
Apa sebenarnya yang kita cari, 
sedang semua yang diperlukan semuanya sudah ada disini, 
berlimpah bila hidup memang hanya untuk mengabdi.

Tapi anak-anak ayam itu kelaparan di lumbung padi, 
berserakan mencari hidup jadi TKI,
Atau jadi babu-babu berdasi,
di kantor-kantor dan kawasan industri  

Ada yang salah dengan negeri ini.
Sudah terlalu lama larut menipu diri. 
Para pemimpin, mengukur baju di badan orang lain. Sadarlah wahai Pribumi.

Bogor, 2 September 2020

Sebuah Cerita Dari Kampung

Posted By Redaksi on Selasa, 25 Agustus 2020 | Agustus 25, 2020


Oleh: Maya Akhmad         

Aku berjalan
Menyeberang hulu sungai
Dihembus angin 
Meliuk dedaunan

Tentang aku
Dan cintaku 
Kepada lelaki 
Di dusun
Ingin kutuntaskan perjalanan ini 
Bersamanya

Aku merasa sejuk 
Di pematang sawah
Yang tumbuh ilalang
Siang terik
Matahari tegak lurus

Aku bernaung
Di sebuah dangau 
Mencari hari hariku yang hilang
Gemericik air membawaku
Ke irama alam 
Rasa kantuk tak mampu kuhalau
Dan akupun tertidur
 
Siang itu aku bersamanya
Lelaki dari dusun
Segenap jiwa raga aku mencintainya
Pun dia sangat menyayangiku
Sebagai pembuktian dan pembaktian
Anak bini yang meminta selalu

Segala letih pun hilang terbasuh
Dan serumpun cintaku
Di naungan langit biru
Cinta kami sederhana.                         

Agustus 2020
Salassae tercintaku and Bulu Lonrong
Jiwakamisatu

* Maya Akhmad, seorang Ibu rumah tangga. Di sela-sela aktifitasnya sebagai seorang perempuan tani, ia banyak menulis puisi. Perempuan ini suka membaca. Tinggal di dusun Bolongnge Desa Salassae, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.

Kepul Kopi dan Goreng Ubi

Posted By Redaksi on Minggu, 16 Agustus 2020 | Agustus 16, 2020

Oleh: Ilham

Kepul kopi dan goreng ubi 
genapi hari ini
Langit sunyi
Kembang mewangi
Meja sederhana dan kursi-kursi

Masa pandemi yang luka
Tak surutkan mereka
untuk mekar tak merana

Seperti matahari di celah rumah
Angin berembus ramah
Dan waktu terus
merayap searah.

Serupa

Posted By Alfian Nawawi on Kamis, 07 Juni 2012 | Juni 07, 2012


Berkebun lagi seusai menemani hujan.
"Matahari bertumbuhan
di bawah jendela rumah kita,” katamu, kicau-kicau
setiap hari.
“Ya, semestinya selalu begitu,” ujarku, letup-letup 
dari secangkir teh manis yang diletakkan hatimu setiap pagi.
Sementara itu barisan pohon-pohon gegas berpelukan. Serupa meminjam wajah dan tanganmu menyelinap lalu membangunkan aku tepat azan shubuh.
Serupa obrolan tentang sungai, dangau, prosa, musik, lukisan, buku, teater dan sungai lagi, prosa lagi.
"Kita serupa buah manggis dan pala," kataku, deru-deru.

Bulukumba, 2012

Prosa kecil ini diberi nama 'Hujan' di tengah Nopember

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 11 November 2011 | November 11, 2011

Prosa kecil ini diberi nama 'Hujan' di tengah Nopember. Sebenarnya tidak layak disebut prosa sebab hanya berupa tema tanpa figura berupa teks yang lazim. Tapi sepotong puisi yang pernah saya tulis di musim lalu masih tersisa dalam ingatan.  Mungkin ini akan melengkapinya kelak di musim berikutnya. Entah.

..dan mungkin akan kerap kali kita bacakan 
pada setiap ingatan tentang perhentian kereta
setiap kereta tentang riwayat lama.




Mohon doa restu dan kami harapkan kehadiran sahabat-sahabat blogger.


         Akan menikah:
Ivan Kavalera & Israwati Samad

Akad Nikah: Senin, 14 November 2011
Jalan Kopi No. L16 Tanete Kecamatan Bulukumpa.

Resepsi Pernikahan: Sabtu, 19 November 2011
Jalan Poros Bulukumba-Tanete, dekat Masjid Baburrahman,
Kelurahan Palampang, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulsel.

Namaku Hujan

Posted By admin on Rabu, 28 September 2011 | September 28, 2011

- buat is



namaku hujan.
aku ingin segera berkenalan dengan kemarau
lalu mencatat gejala.

setiap musim sama saja
jendela terbuka di pagi hari,
malam-malam bertukaran
dengan rindu yang pecah.
namaku  hujan.
tidak seperti menyusun rencana-rencana
aku jatuh dan mengalir saja
dan kelak juga ke matamu.


Is,
namamu sendiri siapa?


bulukumba, 29 september 2011.

Legislator Bulukumba dan Jurnalis Aksi Baca Puisi

Posted By admin on Jumat, 15 Juli 2011 | Juli 15, 2011

Sudah saatnya membangun komunikasi yang harmonis antara semua elemen masyarakat di Bulukumba. Salah satu bentuknya yakni mengemas sebuah kegiatan yang tidak biasa namun bisa membangun keharmonisan itu.

Beranjak dari dasar pemikiran itulah, legislator DPRD Bulukumba dan puluhan jurnalis akan tampil membacakan puisi dan esai di halaman Kantor DPRD Bulukumba Kamis malam (14/7/2011),

Penggagas dan Ketua Panitia Pelaksana, Andhika Mappasomba, menjelaskan, acara ini digelar untuk menyampaikan kritikan secara santun melalui karya sastra terhadap birokrat dan legislatif.

Andhika yang baru-baru ini meluncurkan buku antologi puisi "Mawar dan Penjara" mengatakan, beberapa seniman dan sastrawan lokal diundang di antaranya Dharsyaf Pabotingi, budayawan dan tokoh teater,  dan penyair senior, Andi Mahrus Andis. (rca/ik)
source: www.rca-fm.com

Gandrang Bulo di MTQ Mahasiswa Nasional

Posted By admin on Sabtu, 09 Juli 2011 | Juli 09, 2011

Musabaqah Tilawatil Qu'ran tingkat nasional bagi mahasiswa se-Indonesia yang berlangsung 10-15 Juli 2011 di Universitas Muslim Indonesia, Makassar  akan diwarnai nuansa kesenian daerah di Sulawesi Selatan. 

Saat ini peserta yang diketahui baru 324 orang tiba di Makassar dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Jumlah total PT yang ikut dalam daftar sebanyak 104 PT, dan secara keseluruhan mencapai 1.222 orang. Rencananya Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh akan membuka kegiatan.

"Kesenian daerah akan dipentaskan pada malam pembukaan nanti, Seperti, Gandrang Bulo, Manggaru', Tarian Pepeka Rimakka, nyanyian Sinriliq, dan Orkestra dari UKM UMI," kata Ketua Panitia kegiatan MTQ, Prof Dr Achmad Gani, di Media Center Kampus UMI di Makassar, Sabtu (9/7/2011).  

Konsep pementasan, sebanyak 200 anak secara bersamaan akan menari Gandrang Bulo sebagai simbol kemenangan pada masa perang dahulu, kemudian nyanyian sinriliq sebagai simbol bagaimana sejarah perjalanan Islam masuk di Sulawesi sehingga menjadi agama mayoritas.

10 Sastrawan Yogya Baca Puisi di Malioboro

Posted By admin on Sabtu, 25 Juni 2011 | Juni 25, 2011

Sepuluh sastrawan terkenal akan tampil dalam baca puisi di Malioboro. Mereka akan pentas dalam ajang Festival Malioboro 2011.

Para penyair yang akan tampil itu antara lain Iman Budhi Santosa, Budi Ismanto, Ulfatin CH, Mustofa W Hasyim, Sukma Ayu, Hamdy Salad dan Abdul Wachid BS.


Melalui siaran pers, Ketua Pelaksana Festival Malioboro 2011, Yunanto di Jogjakarta, Jumat (24/6/2011) menyebutkan, Festival Malioboro, 25 - 26 Juni ini diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dan sekaligus memantapkan posisi Yogyakarta sebagai Kota Kebudayaan. 


Festival Malioboro akan dipusatkan di tiga titik sekaligus, Taman Parkir Abu Bakar Ali, Dinas Pariwisata dan Kawasan Titik Nol Kota Yogyakarta. Dikatakan pula Festival Malioboro merupakan festival multi bidang yang pelasanaannya terfokus di kawasan Malioboro. 
sumber: rca-fm.com 

Institut Seni dan Budaya Akan Hadir di Sulsel

Posted By admin on Rabu, 22 Juni 2011 | Juni 22, 2011


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan kesiapannya untuk mendirikan institut seni dan budaya di Makassar, seperti yang diusulkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh.

"Tahun depan kami akan mulai melakukan persiapan. Saya menyanggupi dan akan mempersiapkan segalanya," kata Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Selasa (21/6/2011).

Ia mengatakan, untuk sementara sebelum ditempatkan di lokasi permanen, lembaga pendidikan seni dan budaya tersebut akan ditempatkan di Benteng Rotterdam.

"Sambil kami siapkan tanahnya untuk lokasi permanen untuk sementara dilaksanakan di Benteng Rotterdam. Tahun depan, harus jalan dengan demikian para mahasiswanya dapat menggelar pertunjukan secara rutin di benteng," jelasnya.

Menteri Pendidikan Muh Nuh menjelaskan, kehadiran  institusi tersebut akan semakin memperkuat fungsi pelestarian, melahirkan produk seni dan budaya dan mempererat persatuan dan kesatuan.

"Karena menjaga, merawat seni dan budaya tidak bisa diserahkan secara alami. Kalau dilakukan secara institusi jaminan kelajutan semakin ada. Saya usulkan di Makassar," katanya.

Kementerian, lanjutnya, akan memberikan dukungan surat izin pendirian dan administrasi lainnya sebagai modal dasar.

Kesiapan Sulsel menyanggupi pendirian institut, disambutnya dengan mengharapkan agar pemerintah provinsi mempersiapkan dengan baik seluruh perangkat baik fisik maupun non fisik.

Ide pendirian institut seni dan budaya ini tidak jauh berbeda dengan alasan penyelenggaraan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (LFS2N) dimana budaya adalah aset yang sangat mahal. 

"Kalau tidak dirawat tentu akan hilang. Kegiatan ini diselenggarakan untuk merawat dan menjaga produk-produk budaya bangsa,memberikan kesempatan anak-anak untuk berkreasi memperkaya produk-produk budaya," jelasnya. 

source: Antara 

Makassar International Writers Festival di Rumata'

Posted By admin on Senin, 13 Juni 2011 | Juni 13, 2011

Rumah Budaya Rumata’ menggelar Makassar International Writers Festival  (MIWF) 13-17 Juni 2011 dengan menghadirkan penulis dan penyair dari Belanda, Turki, Mesir, Amerika, Australia dan para penulis dari Makassar. Festival ini dirancang dalam format yang akrab dengan diskusi, tur penulis, dan debat interaktif  yang melibatkan warga. MIWF menggandeng Writers Unlimited The Hague sebagai mitra utama untuk mendatangkan penulis asing ke Makassar tahun ini.

Rumata’ adalah rumah budaya di kota Makassar yang digagas oleh sutradara film Riri Riza dan penulis Lily Yulianti Farid pada awal tahun 2010. RUMATA’ yang dalam bahasa Makassar bermakna rumah kita akan menjadi tempat yang mewadahi berbagai inisiatif komunitas seni di Makassar untuk mengembangkan potensi seniman lokal dan membuka minat masyarakat terhadap kegiatan seni sekaligus mendorong penciptaan pasar bagi kegiatan kesenian yang lebih luas, di samping menjadi penggerak kegiatan literasi dan kebudayaan secara umum.

MIWF bertujuan untuk memperkenalkan Makassar sebagai kota dunia yang menjadi tuan rumah berbagai kegiatan internasional, termasuk festival penulis yang mendatangkan para penulis dari berbagai negara, serta menumbuhkan minat baca serta apresiasi terhadap sastra karya tulis lainnya dengan menghadirkan penulis dan penyair dari Belanda, Turki, Mesir, Amerika, Australia dan para penulis dari Makassar.

Info lebih lanjut mengenai festival:
http://rumata-artspace.org
www.facebook.com/RumataArtspace
ikuti kami di Twitter: www.twitter.com/RumataArtspace
Media relations : Wulan Anita 081802698742

15 Penulis Indonesia Terpilih Ikuti Ajang UWRF

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 04 Juni 2011 | Juni 04, 2011


"Ubud Writers and Readers Festival" (UWRF) mengumumkan 15 penulis Indonesia terpilih untuk mengikuti ajang UWRF 2011 di Ubud, Gianyar, Bali pada Oktober.

Ke-15 penulis muda ini rata-rata berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan NTB. Semuanya terwakili dalam jajaran para penulis terpilih.

Para penulis terpilih adalah Alan Malingi asal Bima, NTB, Arafat Nur asal Aceh, Aulia Nurul Adzkia dari Ciamis, Budy Utamy asal Riau, Fitri Yani dari Bandar Lampung, dan Ida Ahdiah dari Tangerang.

Selain itu juga ada penulis asal Kendari, yakni Irianto Ibrahim, Pinto Anugrah dan Ragdi F Daye asal Padang, Rida Fitria dari Lumajang, Sandy Firly asal Banjarmasin, Sanie B Kuncoro asal Solo, Saut Poltak Tambunan dari Jakarta, Satmoko Budi Santoso asal Yogyakarta, serta Wahyudin asal Banten.

Para penulis terpilih itu diseleksi dari sekitar 235 penulis, dan dari 60 kota yang telah mengajukan karya-karyanya ke panitia UWRF 2011.

Tak hanya itu, para penulis terpilih ini akan diterbangkan ke Ubud untuk menghadiri dan berbicara dalam UWRF 2011 dan juga karya-karya terpilih mereka akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi bersama dalam festival.

Para penulis tersebut dipilih dalam sidang Dewan Kurator UWRF 2011 yang berlangsung di Sanur akhir Mei lalu. Dewan Kurator beranggotakan empat penulis senior, yaitu Kurnia Effendi dari Jakarta, Iyut Fitra dari Payakumbuh, Dorothea Rosa Herliany dari Magelang, dan Made Adnyana dari Bali.

UWRF diselenggarakan pertama kali pada 2004 dan kini telah berkembang menjadi salah satu festival sastra terbesar di dunia. Dan tahun ini UWRF akan mengangkat tema Nandurin Karang Awak atau Cultivate the Land Within yang diinspirasi oleh puisi tradisional karya mendiang Ida Pedanda Made Sidemen, pendeta-pujangga terbesar Bali di abad ke-20. 

(pelbagai sumber)

I La Galigo, Mahakarya Dunia yang Pulang Kampung

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 21 April 2011 | April 21, 2011


Meski tidak begitu lengkap, namun alhamdulillah saya tetap berusaha mengikuti persiapan pentas Mahakarya sastra terpanjang di dunia, I La Galigo di Fort Rotterdam Makassar, 23-24 April 2011. Naskah asli I Lagaligo dijamin masih ditampilkan secara utuh sesuai dengan sejarah masyarakat Sulawesi Selatan. Ini menjawab kekhawatiran sejumlah pihak adanya perubahan alur cerita I La Galigo di Makassar. 

"Babak-babak cerita akan disajikan sesuai naskah aslinya dan kami akan meninggalkan cerita ini sebagai lembaran karya yang baru di sini," kata Sutradara Pementasan I La Galigo, Robert Wilson, menjawab pertanyaan para  wartawan di Makassar, Kamis (14/4). 

Wilson berharap, pementasan berlabuhnya La Galigo di Makassar bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat Sulsel untuk melanjutkan karya besar ini dalam bentuk lain. Robert Wilson, adalah produser film dan drama Romoe dan Juliet, serta The Life and Times of Joseph Stalin dan nominasi drama untuk Pulitzer Prize (1986).

 
I La Galigo Bakal Difilmkan

Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia, Dr Muhlis Paini, mengatakan, La Galigo bakal difilmkan. Wacana tentang rencana difilmkan tersebut disampaikan Muhlis pada acara Tudang Sipulung La Galigo Sebagai pembentukan Karakter Bangsa di Gedung Ipteks Unhas, Tamalanrea, Makassar, Kamis (21/4/2011).  Menurutnya jika naskah I La Galigo difilmkan maka lebih mudah dipahami oleh generasi muda. Pada acara Tudang Sipulung tersebut juga dipamerkan naskah lontarak.
 
Pada 22 April, pementasan khusus ditujukan bagi sekitar 200 orang anak yatim piatu, mahasiswa, dan wartawan yang akan meliput dan memotret. Pada pementasan hari berikutnya, ditujukan khusus bagi tamu VIP seperti para pejabat tingkat menteri dan duta besar. Sedangkan pada hari terakhir dibuka untuk 800 tiket bagi masyarakat umum.

Harga tiket bervariasi antara Rp 50 hingga Rp 250 ribu, untuk kelas festival, gold, platinum, dan titanium. Tiket tersebut dapat diperoleh di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Makassar. Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Rusmayani Madjid, saat ini tiket sudah terjual sebanyak 80 persen dari 1.200 lembar tiket yang diperjualbelikan. Sebanyak 750 di antaranya, habis terjual di Jakarta.

Sedikit berbeda dengan pentas-pentas di kota lain, pentas I La Galigo di Makassar dilakukan outdoor dengan melibatkan 80 persen seniman musik dan tari asal Sulawesi Selatan. Mereka telah berlatih keras sejak awal April lalu. Peralatan panggung pun sebagian berasal dari Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan ke depan, pentas ini bisa dilanjutkan secara rutin oleh masyarakat Sulawesi Selatan sendiri.

Penggagas pementasan I La Galigo di Makassar adalah Tanri Abeng, tokoh nasional dari Sulawesi Selatan. Ia beberapa kali menyempatkan menonton langsung pertunjukan I La Galigo di beberapa negara.

Setelah melanglang buana ke berbagai kota di dunia seperti Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Melbourne, Milan, dan Taipei, I La Galigo kembali ke tanah kelahirannya.

Pada 2005, I La Galigo pernah sempat “pulang kampung” dengan pementasan di Teater Tanah Airku di Jakarta. Pementasan tiga jam yang disutradarai Robet Wilson ini pun sukses besar. Selain diprakarsai Tanri Abeng, pementasan I La Galigo di Makassar berlangsung berkat dukungan dan produksi Change Performing Arts (Italia) dan Bali Purnati (Indonesia), serta dukungan Pemerintah Kota Makassar. 

Teknisi Soundsystem Metallica hanya Menjadi Tukang Kabel

Para kreator dan teknisi telah menyulap benteng Panynyyua Fort Rotterdam Makassar menjadi panggung drama indoor sekelas Lincoln Center, New York, (AS), panggung Santiago de Compostella di Spanyol), atau Esplanade Theater di Singapura.

"Bayangkan saja, lighting consultant panggung untuk konser Slank dan Metallica di Indonesia, mas Doddy cuma kebagian tugas pegang cutter, lakban, dan potong-potong kabel," kata Zulham, event organizer Makassar.

Sejak 1 April lalu, sekitar 30-an kru yang dikontrak Change Performing Arts (Italia) dan Yayasan Bali Purnanti, sudah bekerja di Makassar. Change adalah produser teknis dan artistik pementasan ini.


Sebelum drama opera I La Galigo dipentaskan di kampung halamannya pada 23-24 April 2011, 11 pementasan  I  La Galigo telah mengawali pentas dunianya di Singapura pada 2004. Selanjutnya, sejak tahun 2005 lakon monumental ini keliling dunia mulai Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, dan Ravenna (2004);  New York dan Jakarta (2005), Melbourne (2006); Milan (2007); Taipei (2008); dan Singapura tahun 2009 lalu.
 

Koin Untuk Paus Sastra Indonesia

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 25 Maret 2011 | Maret 25, 2011


Sebuah kerugian besar bagi bangsa ini jika Gedung Pusat Dokumentasi Sastra HB Yasin terancam ditutup karena kurang dana. Padahal, bangunan yang telah berdiri sejak 34 tahun itu merupakan pusat dokumentasi sastra terbesar di dunia.  Di dalamnya terkumpul 50 ribu sejarah dan hasil karya sastrawan besar Indonesia. 

Diberitakan berbagai media nasional, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh telah mengirimkan tim untuk memverifikasi permasalahan yang dihadapi Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. M Nuh mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk membantu PDS HB Jassin agar tetap dapat eksis. Syukurlah, meski terhitung terlambat. Itupun setelah dipancing dengan gerakan koin para mahasiswa untuk pengumpulan dana gedung tersebut.

Gedung HB Yasin tampak sangat bersahaja. sama sekali berbeda 180 derajat dengan bagunan teater modern di sampingnya. Meski demikian, keindahannya masih terpancar. Begitu pintu dibuka, sebuah foto HB Yasin, sang Paus Sastra Indonesia terpajang gagah. Foto tersebut tetap dijaga untuk mengenang sang pendiri gedung dan pencinta sastra.

Gedung HB Yasin tidak hanya aset Indonesia semata. Karya-karya sastra di dalamnya kerap menjadi inspirasi mahasiswa dunia untuk belajar tentang sastra.

Namun, semua keindahan itu hampir sirna seiring keluarnya Surat Keputusan Gubernur 16 Februari lalu. Pasalnya, keputusan untuk memangkas dana bantuan pengelolaan menjadi Rp50 juta per tahun dirasa tidak mencukupi untuk membayar pegawai dan perawatan barang.

Ini pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Kita baru merasa kehilangan sesuatu jika sesuatu itu sudah tiada.


Tanpa Tanda Titik Dua

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 17 Maret 2011 | Maret 17, 2011


seperti membangunkanmu 
dengan cinta yang tidak lagi lengkap
aku hanya ingin mencuri perihal-perihal dirimu
termasuk sejak awal tentang 
pekarangan tubuhmu yang 
bunga
yang belum sempat juga 
kau ceritakan:
tanpa tanda titik dua
semesta penjelasan cinta tak pernah berbeda:
  aku kini hanya merasa begitu lengkap dengan   bunga                  
di salah satu pekarangan hatimu.
       
         
 bulukumba, 17 maret 2011




Contemporary Archeology Chapter Two

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 13 Maret 2011 | Maret 13, 2011


Contemporary Archeology Chapter Two mulai Sabtu 12 hingga 27 Maret  digelar SIGIarts Gallery, Jakarta. Ini adalah pameran bersama para seniman patung muda Indonesia, antara lain, Dita Gambiro, Faisal Reza, Hary Mahardika, Itsnataini Rahmadillah,Rangga Aditya, Rini Maulina, Risa Astrini, dan Teguh Agus Priyatno.

Arkeologi secara etimologis berarti "sejarah kuno", dari "masa lalu". Karena itu istilah contemporary archeology terdengar paradoks, yaitu arkeologi yang merujuk pada masyarakat masa kini. 

 Arkeologi  adalah disiplin ilmu yang berupaya memahami sejarah manusia dan masyarakat masa lalu melalui analisis terhadap benda-benda atau artefak buatan manusia. Arkeologi terutama terfokus pada masyarakat prasejarah, di mana tak tersedia catatan tertulis bagi para sejarawan untuk memahami masyarakat di zaman yang berbeda.

Karya-karya seni rupa kontemporer memang dipercaya merefleksikan situasi dan kondisi kebudayaan kontemporer. Karena itu karya seni dianggap bernilai karena konten representasinya. Dengan kata lain karya seni berharga karena potensinya sebagai "penanda" bagi persoalan yang diperkarakan oleh seniman.

Karya-karya para seniman dalam pameran ini bukan hanya bisa membangkitkan sensasi kepuasan estetik  namun juga membangkitkan kadar konseptual dan intelektual penikmatnya.

(pelbagai sumber)

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday