Home » » Syair Islam: Cikal Bakal Puisi Indonesia

Syair Islam: Cikal Bakal Puisi Indonesia

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 07 Juni 2009 | Juni 07, 2009


Sejak kapan orang Indonesia mengenal puisi? Sejarah kesusastraan nusantara membuktikan masuknya Islam pada abad ke 10 yang membawa istilah syair. Syair berasal dari bahasa Arab yaitu, ‘syi’r’ yang berarti puisi. Syair merupakan serapan dari bahasa Arab yang banyak diartikan sejenis puisi lama yang berkembang di Indonesia. Awal-awal digemarinya syair, puisi Arab dan Parsi mempengaruhi bentuk-bentuk syair Melayu Nusantara. Berabad-berabad kemudian syair ber-evolusi melewati banyak zaman keemasan dari kerajaan-kerajaaan yang bergiliran jatuh bangun di nusantara. 

Awal mula Islam masuk ke Nusantara, ternyata para ulama telah akrab dengan budaya menulis. Tulisan tangan asli para ulama yang disebut manuskrip, merupakan bukti sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Manuskrip berbentuk tulisan tangan asli yang berumur minimal 50 tahun dan pasti punya arti penting bagi peradaban, sejarah, kebudayaan dan sebagainya.


Di Indonesia ada tiga jenis manuskrip Islam. Pertama, manuskrip berbahasa dan tulisan Arab. Kedua, manuskrip Jawi yakni, naskah yang ditulis dengan huruf Arab tapi berbahasa Melayu. Agar sesuai dengan aksen Melayu diberi beberapa tambahan vonim. Ketiga, manuskrip Pegon yakni, naskah yang ditulis dengan huruf Arab tapi menggunakan bahasa daerah seperti, bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Buton, Banjar, Aceh dan lainnya. Manuskrip Islam tertua berjudul Batu Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14) ditemukan di Terengganu, Malaysia. Para ahli menyimpulkan manuskrip ini sebagai yang paling tertua di nusantara.

Pernah ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh. Hal ini membuktikan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada Abad 14 pada massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di Semenanjung Malaka. Rentang abad 16–17, di kawasan lain juga ditemukan manuskrip seperti Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Hasanuddin, Babat Tana Jawi, Babad Cirebon, Babat Banten, Carita Purwaka Caruban Nagari. Di Sulawesi tersebutlah Hikayat Gowa, Hikayat Wajo dan lainnya. Syair Kerajaan Bima, Bo’Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima ditemukan di Nusa Tenggara. Hingga Hikayat Hitu di Maluku. 

Lahirlah Hamzah Fansuri di Aceh, menulis banyak syair dan tulisan lainnya dalam rentang abad 16–17. Hamzah Fansuri seorang sufi, disepakati dalam sejarah sebagai penyair pertama di nusantara. Lalu penyair lainnya, Syekh Nuruddin ar-Raniri alias Syeikh Nuruddin Muhammad ibnu 'Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-Raniri al-Quraisyi. Ia dikenal sebagai ulama pada masa kejayaan Kesultanan Aceh di bawah tampuk kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani abad 16. Jauh setelah kilas balik ke belakang, kini kita berada di zaman puisi Indonesia moderen. Wajah puisi Indonesia, entahlah besok akan mencatat siapa dan bagaimana lagi.
Share this article :

1 komentar:

  1. Por ahí te leí un comentario en español, pero aquí todo está en otro lenguaje.
    Un gusto visitarte desde el otro lado del mar.
    Saludos.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday